Kiara merupakan seorang gadis yang masih berusia 18 tahun, saat ini dia baru dinyatakan lulus SMA, Akan tetapi takdir malah membuat dia terjebak dalam ikatan pernikahan dengan pria asing bernama Arya. akankah pernikahan yang dijalaninya berakhir bahagia? ataukah akan sebaliknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rosnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkarnya Rahasia
Amplop berwarna coklat yang dipegang oleh Kiara jatuh kelantai. Tangannya bergetar, namun dia masih berusaha mengendalikan emosinya saat itu.
Meraih isi amplop yang berserakan dilantai itu. Tubuh Kiara ikut merosot kelantai dia tak mampu menahan rasa kecewa dihatinya.
Kiara kembali meraih amplop tersebut, dia mencari selembar kertas berwarna putih. Kiara meraih kertas itu, tangannya semakin bergetar.
Menatap selembar kertas yang bertuliskan klinik kehamilan. Kiara membuka lembaran itu dan disana jelas tertulis kalau Felicia positif hamil.
Kiara menggenggam erat kertas dan foto-foto yang diberikan Felicia, sebagai bukti perbuatan keduanya.
Kiara berteriak kuat, dia kehilangan keseimbangan nya saat itu. Bik Marni yang sedang memasak di dapur berlari keluar.
Dia mengetuk-ngetuk pintu kamar Kiara yang terkunci dari dalam. Namun Kiara tidak juga membuka pintu tersebut. Bik Darmi sayup-sayup mendengar Isak tangis.
"Nyonya, ada apa? Buka pintunya!" pinta Bik Marni.
Namun tak juga Kiara membuka pintu, Bik Marni merapatkan telinganya ke daun pintu. Namun suara Kiara sudah menghilang, Bik Marni pun panik.
Dia mengambil handphonenya yang ada didalam kantong baju yang dia pakai. Mencoba untuk menghubungi Arya.
Bolak-balik Bik Marni i menelpon namun Arya tak juga mengangkat. Sampai akhirnya Bik Marni mengirimkan sebuah pesan kepada Arya untuk segera pulang.
Dan Bik Marni juga menanyakan kunci serap kamar majikannya itu. Sudah hampir setengah jam Bik Marni menunggu namun Arya tak juga membalas.
Bik Marni yang mondar-mandir didepan kamar Arya memutuskan menelpon kembali.
"Hallo Bik!" terdengar suara Arya diseberang.
" Iya Tuan, tolong tuan segera pulang!" ucap Bik Marni panik.
" Ada apa Bik? Sepertinya Bibi begitu panik?" tanya Arya yang ternyata belum membaca pesan Bik Marni.
"Tuan, tadi saya sudah mengirim pesan dan menelpon."
" Sepertinya terjadi sesuatu dengan nyonya." jawab Bik Marni semakin panik.
" Saya pulang sekarang."
Arya langsung mematikan teleponnya, dia bahkan tak mengatakan dimana kunci serap itu berada.
Setelah mematikan telpon, Bik Marni kembali memanggil-manggil Kiara. Namun tetap tak ada jawaban bahkan Isak tangis itu pun tak lagi terdengar.
Bik Marni semakin panik, sampai akhirnya dia mendengar suara mobil milik Arya. Bik Marni menyongsong kedatangan tuannya.
"Ada apa sebenarnya Bik?" tanya Arya panik.
" Saya juga tidak tau Tuan, tadi saya mendengar teriakan nyonya. " jawab Bik Marni buru-buru masuk kembali.
"Arya memanggil Kiara, namun sama seperti apa yang dikatakan oleh Bik Marni tak ada jawaban.
Arya meminta Bik Marni mengambilkan kunci serap di laci ruang kerjanya di lantai atas. Sambil terus memanggil istrinya itu.
"Ada apa sebenarnya?" Arya semakin gelisah.
Bik Marni datang setang berlari membukakan pintu kamar majikannya saat itu. Dan begitu kagetnya Arya melihat Kiara tergeletak di lantai.
Dia langsung berlari dan menggendong tubuh Kiara ke tempat tidur.
"Sayang bangun, kamu kenapa?" panggil Arya .
Namun yang dipanggil namanya tak berkutik sama sekali. Bik Marni sudah pergi untuk mengambilkan minyak gosok.
Arya bangun untuk menelpon dokter keluarga mereka, namun tanpa sengaja dia memijak kertas dan amplop coklat yang berserakan dilantai.
Dengan ragu Arya berjongkok, meraih kertas tersebut. Tulisan pertama yang dia lihat adalah klinik kehamilan.
Apa maksud dari kertas tersebut, Arya melihat isi surat itu, disana jelas tertulis. Nama Felicia, jantung nya berdetak tak karuan.
Dia Kembali meraih amplop coklat dan melihat foto-foto dirinya dan Felicia saat dihotel.
Arya berlutut dilantai, hal yang paling dia takutkan terjadi juga. Dia menarik kasar rambutnya sendiri.
"Apa yang akan terjadi setelah ini?" ucap nya.
Arya membuang kertas tersebut kedalam tempat sampah yang ada dikamar. Dan menelpon dokter untuk melihat kondisi Kiara.
Dia tak perduli kalau Kiara akan membencinya, yang penting perempuan yang saat ini mulai dicintainya itu baik-baik saja.
Dia kembali mengguncang pelan tubuh Kiara, namun sama, tidak da pergerakan. Arya memanggil Bik Marni.
"Bik, apa Felicia kerumah ini tadi?" tanya Arya.
" Tidak Tuan, nyonya juga tidak kemana-mana setelah pulang dari kampus." jawab Bik Marni menjelaskan.
Arya mencoba mengingat-ingat, dan dia sadar terjadi perubahan sikap dari Kiara saat dia menjemput nya di kampus.
Begitu dokter datang, Arya keluar untuk menelpon Felicia. Dia sudah dipenuhi oleh amarah.
"Akhirnya kamu menghubungi ku juga Arya!" ucap Felicia begitu telpon Arya tersambung.
"Apa yang kamu lakukan?" ucap Arya begitu marah.
" Aku hanya memberitahu nya, yang seharusnya dia tahu."
" Aku tidak akan memaafkan apa yang kamu lakukan hari ini, Jika terjadi sesuatu dengan Kiara! " ucap Arya dengan penuh amarah.
" Wow, Aku sangat takut Arya." jawab Felicia diseberang telpon.
" Sebegitu cintanya kamu sekarang dengan perempuan itu Arya. "
" Tapi kamu pasti tau, jika kamu sudah melihat apa yang aku kirimkan kepada istrimu. "
" Saat ini aku mengandung anakmu Arya."
" Kamu Jagan pernah lari dari tanggung jawab. " ucap Felicia.
Arya mematikan handphone nya, dia begitu gelisah. bagaimana dia menjelaskan semua itu kepada Kiara. Apalagi saat ini Felicia hamil anak dari nya.
"Bik Marni, tolong titip Kiara!"
"Saya harus pergi sebentar, karena ada urusan penting."
Arya tiba-tiba pergi,meninggalkan Kiara yang masih belum sadar. Bik Marni masuk ke kamar Kiara begitu melihat dokter sudah siap memeriksa.
"Bik, saya permisi pulang!"
"Semua hasilnya akan saya sampaikan dengan pak Arya." ucap dokter sambil berlalu dari sana .
"Iya dokter, terimakasih!" jawab Bik Marni.
Melihat Kiara yang masih belum sadarkan diri, Bik Marni duduk di samping tempat tidur Kiara, dan mengelus lembut punggung tangan nya.
"Nyonya , cepat sadar!" ucap Bik Marni yang terlihat khawatir.
Dan benar saja, tak berapa lama Kiara tersadar, membuka matanya namun dengan tatapan kosong. Seolah-olah sedang ada hal berat yang dipikirkan oleh nya.
"Syukurlah nyonya sudah sadar! " ucap Bik Marni begitu melihat Kiara membuka mata.
Dia melihat ke sekeliling nya saat itu, sepertinya mencari sesuatu.
"Nyonya sedang mencari apa?" tanya Bik Marni.
" Apa mencari Tuan? " tanya nya lagi.
"Tuan?" tanya Kiara bingung.
"Iya nyonya, tadi tuan sudah kembali. Tapi tiba-tiba pergi lagi karena ada urusan penting." jawab Bik Marni menjelaskan.
Namun bukan Arya yang dicarinya, tapi amplop yang tadi membuat nya sampai seperti ini. Namun Kiara tak menemukannya. Apakah telah dibawa Arya?
Kiara bertanya pada dirinya, dan jika benar berarti Arya telah tau semuanya. Dan apa itu artinya semua sudah waktunya berakhir?
Dia tidak mungkin menghalangi itu semua, jika apa yang dilihat dari yang dikirimkan Felicia itu benar.
Dan mungkin saat ini sudah waktunya dia mundur, melepaskan Arya untuk bersama Felicia. Sakit, namun semua sudah terjadi.