NovelToon NovelToon
Perlindungan Anak Mafia

Perlindungan Anak Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Himawari Daon

Jameson, anak Mafia yang hidup di Kanada. Dia terpaksa menculik Luna, seorang barista di Indonesia demi melindunginya dari bahaya.

Ternyata, Luna adalah Istri Jameson yang hilang ingatan selama 5 tahun dan perjalanan dimulai untuk mengembalikan ingatan Luna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himawari Daon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 : Cincin Pernikahan

Welcome… 

...Happy Reading...

.... ...

.... ...

.... ...

Siklus akhir sudah Luna lewati, perjuangannya selama satu pekan mendapatkan hasil yang bagus. Ingatan Luna seluruhnya kembali, namun ia mencoba untuk menyembunyikan fakta tersebut dari Jameson. 

Dan hari ini, Luna sangat bersemangat sekali memilih pakaian yang akan dikenakannya. Sudah hampir satu jam, dia masih bimbang dengan pakaian yang telah menumpuk di kasur. 

Wanita itu berdiri di depan cermin sambil membawa dua pakaian yang masih tergantung. Satu dress berwarna putih dengan motif bunga kuning, sedangkan satunya lagi dress berwarna kuning polos. 

Luna masih tampak bimbang. 

Jameson yang sejak tadi mengamati istrinya itu di sandaran pintu menghembuskan napas panjang. Dia menggelengkan kepala melihat kelakuan istrinya. 

Kemudian dia berjalan mendekati Luna dan duduk di tepian ranjang. 

“Sayang, kamu belum selesai milihnya?” tanya Jameson heran. 

Luna menoleh ke arahnya, “Menurutmu, aku cocok pakai dress warna putih atau dress warna kuning?” Bukannya menjawab, Luna malah melontarkan pertanyaan yang membuat pria itu menghembuskan nafasnya lagi. 

Jameson memperlihatkan senyuman yang paling lebar, “Kamu cocok pakai yang mana saja, sayang. Mau itu dress putih atau kuning, kamu tetap cantik dimataku.”

Luna tersenyum malu mendengar gombalan Jameson, lalu dia melempar dengan cepat dress berwarna kuning itu ke atas kasur. 

“Tunggu sebentar, aku ganti pakaian dulu!”

Sembari menunggu Luna ganti pakaian, Jameson di luar menyiapkan mobil yang akan dibawa. 

Sejak kemarin, Luna terus menagih janji Jameson untuk menemaninya ke Mall. Sebenarnya, Luna sudah menagihnya begitu lama. Akan tetapi, Jameson masih mengkhawatirkan kondisi Luna. 

Di dalam perjalanan, Luna tidak berhenti-hentinya tersenyum. Dia terlihat begitu senang karena hari ini akan menghabiskan waktunya bersama Jameson untuk bersenang-senang. 

“Kau terlihat sangat senang sekali,” gumam Jameson tersenyum saat melihat istrinya begitu antusias. 

Luna menoleh ke arahnya dengan cepat, “Tentu saja. Aku sudah lama tidak bersenang-senang.”

Jameson melihatnya turut bahagia, kemudian pandangannya ke arah sopir yang mengantarkannya. 

“Seven, hari ini mengapa kau yang mengantarkan kita? Kemana Ten? Sudah beberapa hari ini aku tidak melihatnya.” Jameson menanyakan keberadaan Ten yang memang beberapa hari tidak masuk kerja dan tidak mengabari Jameson. 

Seven melirik Tuannya melalui spion atas, “Aku tidak tahu, Tuan. Memangnya dia tidak menghubungi Tuan?”

“Kalau dia menghubungiku, pasti aku tidak bertanya padamu.” Terlihat jelas ada sedikit kekhawatiran dengan Asistennya itu. Bagaimanapun juga Ten sudah menemaninya selama lima tahun. Jadi, pantas Jameson akan mengkhawatirkannya. 

Luna mendengar pembicaraan mereka, akan tetapi dia pura-pura tidak mendengarnya dan berfokus keluar jendela mobil. 

Di tempat lain, Ten sedang berada di apartemennya. Tempat tinggal yang tidak seorang pun tahu kalau dirinya tinggal di sana. 

“Kau kemana saja selama ini? Sudah aku hubungi berkali-kali tidak bisa!” tanyanya dengan nada dingin dan raut wajahnya memperlihatkan kalau dia kesal. 

Seorang perempuan berpakaian serba hitam kini melepaskan topi dan masker yang ia kenakan. Memperlihatkan wajah cantik dan seksi. 

“Bodoh, kau tidak sadar. Sekarang aku jadi buronan anak buah Jameson!” balasnya dengan suara tinggi. 

“Lagian, kenapa kau terlalu ceroboh memberikan obat perangsang untuk Jameson! Jika kau sabar sedikit saja, pasti dia sekarang ada dalam genggamanmu!” Ten menyalahkan perempuan di depannya. 

“Maaf, aku memang tidak sabar untuk mencicipi tubuh Tuanmu itu.” Dia menyeringai. 

Sejak memberikan obat perangsang untuk Jameson. Nine kabur dan jadi buronan anak buah Jameson. Pria itu sengaja tidak melaporkan polisi karena ingin menangkapnya hidup-hidup. Agar bisa menyiksanya terlebih dahulu. 

Ten menatap Nine dengan tajam, dia memandang wajah perempuan itu dengan intens. 

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” protes Nine dengan kesal. 

Tanpa mengalihkan pandangannya, Ten justru mencondongkan tubuhnya lebih dekat di depan Nine. Membuat perempuan itu terlihat risih. 

Ten terlihat tertawa remeh. 

“Kau gila ya! Kenapa kau malah tertawa?!”

“Kau ada tugas baru dari Tuan Johny,” ujar Ten raut wajahnya langsung berubah serius. 

“Apalagi yang dia inginkan dariku?” tanya Nine ingin tahu. 

“Dia ingin kau masuk ke rumah itu lagi dan merusak hubungan Jameson dan juga Luna,” jawab Ten datar. 

Nine tertawa, “Dia sudah gila! Kalau aku masuk ke rumah itu lagi, itu berarti aku seperti menyerahkan diri ke kandang singa.”

Ten menyandarkan punggungnya lagi ke sofa miliknya, “Maka dari itu, Tuan Johny menyuruhku menemuimu untuk–”

“Untuk apa?” potongnya tak sabar.

“Untuk memberitahukan padamu kalau kau harus transplantasi wajah!” lanjut Ten kini menyeringai. 

“Transplantasi wajah? Maksudnya bagaimana?” Nine mengerutkan keningnya bingung. 

“Dengan transplantasi wajah orang lain, kau bisa dengan mudah masuk ke dalam rumah itu lagi,” jelasnya dengan penuh penekanan. 

Nine mengangguk paham akan apa yang dijelaskan Ten kepadanya. 

“Tapi melakukan transplantasi wajah beresiko tidak?” tanya Nine penuh selidik. 

Ten menghembuskan nafas panjang, “Maka dari itu, jika kau mau melakukannya dan berhasil menyelesaikan tugasmu. Tuan Johny tidak segan memberikanmu salah satu bisnis yang dia miliki.”

Nine membulatkan mulutnya tak percaya apa yang dia dengar. “Kau serius? Salah satu bisnisnya bisa jadi milikku?”

“Benar.”

“Bisnis Klub Malamnya juga termasuk?” tanyanya lagi memastikan. 

Ten mengangguk. 

Nine benar-benar tak percaya, dia sepertinya akan kejatuhan rejeki nomplok sebentar lagi. Tanpa pikir panjang, Nine langsung menyetujui tawaran tersebut. 

Kembali lagi dengan sepasang suami istri yang sedang menghabiskan waktu bersama di salah satu Mall di Kanada. 

Mereka kini terlihat masuk ke salah satu butik yang menjual beberapa pakaian wanita dan pria. Luna melihat-lihat dress wanita dengan sangat senang dan Jameson yang menyadari hal itu tersenyum tipis karena juga merasakan kebahagiaannya. 

Dan Luna sejak tadi sudah mencoba beberapa pakaian, namun ia masih merasakan kurang puas dengan pakaian yang ia coba. Hingga Jameson memilihkan satu dress berwarna hitam panjang. 

Tanpa mencobanya terlebih dahulu, Luna langsung memilih dress tersebut untuk dibeli. Bukan apa-apa, Luna sangat senang dress tersebut adalah pilihan suaminya. Jika dia memakainya pasti Jameson sangat menyukainya. 

Selain membeli pakaian, Luna juga dibelikan Jameson tas, sepatu, bahkan perhiasan. 

Kali ini Luna tampak  membulatkan matanya tak percaya. Jameson membelikan sepasang cincin berlian, dia mengatakan cincin tersebut pengganti cincin pernikahan mereka yang sudah lama hilang. 

Luna memakai cincin tersebut dengan bahagia. Sepanjang perjalanan pulang, dia terus memandangi jari manisnya yang sudah terpasang cincin. 

Jameson yang melihat tingkah Luna hanya dapat tersenyum lebar karenanya. 

“Kau terlihat senang sekali,” gumam Jameson tertawa kecil. 

Luna menoleh, “Bagaimana aku tidak senang, kau memberikanku cincin ini.”

“Kau tahu, ini adalah cincin pernikahan kita.”

“Aku tahu.” Luna membalasnya dengan yakin. 

Jameson menatapnya dengan penuh tanda tanya namun sorot matanya tersirat bahwa dia juga senang karenanya. 

“Kamu jauh berbeda dengan Luna yang sebelumnya,” ujar Jameson mencoba mengingat masa lalu. 

“Maksudnya?” Luna mengerutkan keningnya bingung. 

“Saat pertama kali aku membawamu kemari, kamu terus berusaha kabur dariku. Jauh sekali dengan yang sekarang,” Jameson menoleh memandang wanita di sampingnya. 

Luna diam sejenak mencoba mencerna apa yang Jameson katakan. 

“Itu semua berkat Pil yang kau berikan padaku,” balas Luna melirik Jameson sekilas lalu memandang cincin di jarinya kembali. 

“Sepertinya aku harus memberikan Pil Memori lagi padamu ya.”

Luna melirik ke arahnya dengan tajam seakan ingin menerkamnya. 

“Kenapa?” tanya Jameson takut dengan tatapan Luna. 

“Kau tidak tahu ya, efek obat itu sangat luar biasa!”

Jameson mengangguk, “Benar, efeknya bisa membuatmu mengingatku, iya kan?” Pria itu menyeringai. 

Luna menghembuskan nafas pasrah, “Terserah kamu lah.”

Luna melihat jalanan kota, dia mengerutkan keningnya bingung karena jalan yang mereka lalui saat berangkat berbeda. 

“Kita mau kemana, Jame?” tanya Luna menoleh ke arah Jameson. 

“Kau akan tahu nanti, sebentar lagi kita akan sampai.” 

To be continued

Huhuhu... Maafkan aku gaess, baru bisa update sekarang. Author lagi sakitt soalnya 😭😭

1
Emmanuel
Bahasanya keren abis.
Himawari Daon: Hehe, terima kasih kakak 🥰 Ini juga baru belajar. Ditunggu bab selanjutnya ya 🤗
total 1 replies
Yoi Lindra
Author, tolong jangan biarkan saya menunggu terlalu lama, update sekarang juga!
Himawari Daon: hehe, siap ditunggu ya gaes😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!