Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merayakan Kemenangan
Di sebuah gang sepi. Elis tiba dengan napas terengah-engah, matanya menyapu sekeliling. Gang itu kosong, kecuali dua Polisi yang berdiri di tengah lorong itu, sedang memperhatikan sesuatu ditanah.
Elis berjalan mendekat, "Permisi, Pak. Apa yang terjadi di sini?"
Salah satu Polisi menoleh, "Kami juga tidak tahu pasti. Anda sendiri siapa?"
"Saya... saya mencari teman saya. Dia hilang."
"Hilang? ...Siapa namanya?"
Tiba-tiba, telepon Polisi berdering. Dia menjawab, mendengarkan dengan seksama, lalu menutup telepon.
"Kami harus pergi. Ada panggilan darurat."
Elis cemas, "Tunggu! Apa yang terjadi?"
Polisi tidak menjawab, mereka bergegas pergi. Elis menatap kepergian mereka, lalu kembali meneliti gang. Matanya terpaku pada bercak darah di tanah.
Elis berbisik, "Arcy..."
Kilasan memori muncul di benaknya: tawa Arcy, senyumnya, janji yang pernah dia ucapkan. Elis menggelengkan kepala, mencoba mengenyahkan pikiran buruk.
Elis dalam hati, "Tidak mungkin... Arcy tidak mungkin mati."
Rasa khawatir mencengkeram hatinya. Dia melihat sekeliling dengan panik, mencoba memusatkan perhatiannya, mencari jejak Arcy. Namun, dia sama sekali tidak bisa merasakan keberadaan temannya itu, seolah telah lenyap dari dunia.
Elis frustrasi, "Tidak! Arcy masih hidup. Aku yakin dia ada di suatu tempat." Namun, perasaan takut yang mendalam terus menghantuinya.
Disebuah villa mewah, seorang pria mengenakan handuk kimono duduk santai di sofa mewah, menikmati segelas anggur. Dua anak buahnya berdiri tegak di sisinya, mengawasi sekeliling.
Dengan pikiran yang berkecamuk, pria itu tak menyangka anak itu menguasai lima elemen, dan bisa mengimbangi kedua bawahannya, sesuatu yang mustahil baginya.
Dia menyesap anggurnya, matanya menyipit. Dalam hatinya, "Dari organisasi mana dia berasal? Jika dia dibiarkan berkembang, dia bisa menjadi ancaman besar. Aku harus melenyapkannya, jika tidak bisa membuatnya tunduk."
Ia lalu menekan tombol di telepon, "Cari tahu siapa anak lelaki yang menyerang kediamanku. Bawa dia ke hadapanku."
Suara di seberang telepon menjawab dengan cepat, "Siap, Tuan."
Pria itu mematikan telepon, lalu menggoyang-goyangkan gelasnya dengan wajah yang serius.
***
Ibu Arcy berjalan menuju pintu apartemen Arcy, wajahnya cemas. Dia membuka pintu, masuk, lalu memanggil nama Arcy. Tidak ada jawaban.
"Arcy? Kamu di mana?"
Apartemen Arcy terasa sunyi dan dingin. Debu menutupi perabotan yang tertata rapi, seolah tempat ini sudah lama tak berpenghuni. Cahaya pagi yang masuk melalui jendela menambah kesan suram pada ruangan itu.
Dia memeriksa kamar Arcy, tetapi kosong. Kekhawatiran semakin besar, dia mencoba menghubungi Arcy lagi, tetapi panggilannya tidak dijawab.
Ibu Arcy gelisah, "Ke mana anak ini?"
Dia keluar dari apartemen, berniat mencari Arcy di sekolahnya. Saat dia berjalan keluar, dia melihat Elis berjalan ke arahnya dengan wajah tertunduk. Dia hendak memanggil Elis, tetapi kemudian melihat Elis berhenti di depan pintu apartemen sebelah.
Ibu Arcy terkejut, tercekat, "Apa... apa yang dia lakukan di sana?"
Saat Elis hendak membuka pintu, sebuah suara memanggilnya. Elis menoleh, lalu terdiam membeku melihat orang yang memanggilnya.
Di sebuah rumah mewah bergaya eropa.
Seorang pria sedang merayakan pesta dengan meriah. Pria itu adalah Indra, dia tertawa, dikelilingi gadis-gadis cantik dan satu orang pria. Pria itu adalah sekretarisnya, orang yang pernah menyewa Zarthus untuk menculik Arcy.
Indra mengangkat gelas, "Untuk keberhasilan kita!"
Yang lain membalas, "Untuk keberhasilan kita!"
Semua orang bersorak, merayakan kemenangannya.
Asisten Indra menyesap minumannya, namun pikirannya jauh dari pesta yang sedang berlangsung. Ia teringat penuturan bosnya tentang Arcy dan "Si Kembar Maut"
Dia tak menyangka Arcy adalah seorang Awakener yang kuat, bisa imbang melawan "si kembar maut" yang bahkan Zarthus pun belum tentu mampu. Ia merasa Zarthus akan tetap gagal tanpa campur tangan Yuan. Dalam anggapannya, "Pasti ada sesuatu yang tidak dia ketahui."
Instingnya mengatakan bahwa Arcy bukanlah orang biasa. Tidak mungkin anak seusianya bisa sekuat itu. Ia mulai penasaran dengan sosok Arcy ini.
Kembali ke apartemen, Ibu Arcy menatap Elis dengan terkejut.
"Elis? Apa yang kamu lakukan di sini?"
Elis menoleh, sama terkejutnya. "Tante?"
Ibu Arcy mendekat, memastikan. "Kamu... kamu tinggal di sini?"
"Iya, Tante. Saya tinggal di sini."
Ibu Arcy menunjuk pintu di sebelah, "Berarti... apartemenmu bersebelahan dong, dengan Arcy?"
Elis mengangguk, menjawab dengan canggung, "Iya, Tante."
Ibu Arcy tertegun, lalu tertawa kecil, mencoba menutupi kebingungannya.
Elis tersenyum tipis. "Mari, Tante. Masuk dulu."
Elis membuka pintu apartemennya, mempersilakan Ibu Arcy masuk. Mereka berdua masuk ke dalam.
Ibu Arcy duduk di sofa, mengamati sekeliling. Apartemen Elis tampak sangat bersih dan rapi. Dalam hati, "Wah, rapi sekali. Pantas jadi menantu idaman."
Elis masuk dari dapur, membawa nampan berisi teh dan kue.
"Silakan, Tante. Maaf kalau cuma ada teh sama kue."
Ibu Arcy tersenyum, "tidak apa-apa. Tidak usah repot-repot." Ibu Arcy menyesap tehnya, lalu memuji, "Wah, enak sekali tehnya. Kue ini juga enak. Siapa yang buat?"
Elis malu-malu menjawab, "Saya sendiri, Tante."
"Enak sekali... kamu ini memang luar biasa. Tante harap Arcy bisa terus dekat sama kamu."
Elis tersipu mendengar pujian itu. Elis lalu bertanya, "Tante datang ke sini mau ketemu Arcy?"
Ibu Arcy terdiam sejenak, "...Iya, lis. Tante mau ketemu Arcy, tapi dia nggak ada di apartemen. Tante telepon juga nggak diangkat-angkat, tante khawatir dia kenapa-kenapa. Tante mau coba cari dia di sekolahnya."
Elis terdiam, tampak gelisah. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Dia tidak bisa bilang yang sebenarnya kalau Arcy sedang dalam bahaya besar.
Elis mencoba tersenyum, berkata dalam hatinya, "Arcy pasti baik-baik saja, Tante. Dia pasti akan kembali."
Sementara itu ditempat yang aneh. Dua lautan terpisah oleh garis waktu, satu sisi siang, satu sisi malam. Seorang anak lelaki tampan terbaring di tepi pantai.
Kelopak mata anak lelaki itu bergerak, perlahan terbuka.