Li Bao Jia, Selir Pertama Putra Mahkota Dinasti Ming, dicopot gelarnya serta di cerai oleh sang putra mahkota setelah melahirkan putra pertama mereka karena dituduh melakukan kudeta terhadap kerajaan.
Ayahnya yang merupakan mantan Jenderal peperangan sejak zaman kepemimpinan Raja sebelumnya di tuntut hukuman mati.
Bao Jia yang baru saja kembali ke kediamannya dengan berbagai macam hinaan dan cemoohan, tiba-tiba mendapatkan serangan dari pasukan kerajaan, semua anggota keluarganya dan pengikut setia ayahnya dibantai.
Adik kesayangannya, Li wang-shu dibunuh dengan kejam, sementara di detik-detik terakhir hidupnya Ia melihat, Pamannya, Li Tuo-li tersenyum dan berkata, "Akhirnya Kamu yang terakhir. selamat tinggal ****** kecil!"
Diantara hembusan nafas terakhirnya, Bao Jia bersumpah, Jika Ia bisa mengembalikan waktu, maka Ia tidak akan pernah menjadi selir putra mahkota, Ia akan mendengarkan nasihat Ayahnya dan tetap bersama keluarganya.
'Tolong Beri Aku kesempatan!' jeritnya dalam hati!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Apa Yang Mulia Putra Mahkota itu Lintah???
Huang terus memperdalam ciumannya. Ia baru berhenti setelah Bao Jia hampir kehabisan nafas, tapi kemudian Dia kembali menghisapnya.
Liang Yi merasakan firasat aneh, jadi dia dengan hati-hati mengetuk pintu.
"Nyonya?"
"Tetap Di luar"
Huang-Fu berteriak. Kemudian mengibaskan tangannya.
Tak
Tak
Tak
Pintu itu langsung terkunci rapat dari atas sampai ke bawah.
Liang Yi seketika merinding dan secara naluriah mundur beberapa langkah, meskipun Ia ingin sekali menendang pintu itu sampai terbuka. Dalam benaknya, mungkin saat ini Nyonya-nya sedang dalam bahaya.
Sementara didalam kamar itu. Huang Fu benar-benar kehilangan kendali. Ia tergesa-gesa melepas jubahnya, sementara tangannya dengan lincah meraih gaun Bao Jia yang berlapis, dengan sekali tarik gaun itu langsung rusak dan berhamburan di lantai.
Bao Jia ingin berteriak tapi mulutnya masih di sumpal oleh suaminya, dengan bibir tentunya ☺️🙏
Bao Jia terus bergelut dengan pikirannya, Ia mencoba mengontrol dirinya agar bisa menahan semua tindakan Huang, tapi pria itu terlalu pandai.
Huang sibuk mencari kesibukan dengan tubuh istrinya, tangannya bergerilya kemana-mana mencari apa saja yang bisa di genggam.
Semua perlakuan itu membuat Bao Jia yang sudah kualahan menjadi semakin pusing.
Huang sepertinya sadar bahwa Bao Jia mulai jinak, Dia pun mulai memperlambat gerakannya. Ciumannya yang kasar berubah menjadi lebih lembut, Ia menelusuri semua bagian tubuh Bao Jia dengan lembut dan penuh perasaan.
Bao Jia pada akhirnya menyerah, Otaknya tidak sejalan dengan reaksi tubuhnya.
Pada akhirnya Mereka berdua melewati malam yang panjang itu dengan penuh kobaran api dan gairah yang baru meredup setelah hari hampir fajar.
*****
Huang Fu menatap Bao Jia yang masih tertidur, tentu saja. Ia sadar bahwa Ia hampir saja membunuh istrinya itu karena tidak bisa berhenti memacu kebutuhan batinnya.
Kemarahannya, kecemburuannya membuatnya tidak bisa menahan diri. Dan, Huang baru mengakui bahwa Bao Jia memiliki proporsi tubuh yang sempurna. Ia merasa tidak pernah menikmati kehangatan seperti yang dimiliki Bao Jia. Sangat menyenangkan dan memabukkan.
Huang tertawa kecil, baru kali ini Ia merasakan tidak ingin bangkir dari tempat tidur.
Namun, tiba-tiba Ia teringat dengan bayi itu.
"Apa bayinya baik-baik saja?"
Huang kemudian menyentuh perut istrinya yang tampak semakin menonjol dan keras, tentu saja, jika dihitung sekarang usia kandungannya sudah memasuki 16 Minggu.
Pria itu Kemudian menurunkan kepalanya dan mengecupnya.
"Maafkan Ayah, apa Ayah menyakitimu kacang kecil?"
Huang Fu tersenyum. Dia kemudian mendongak untuk menatap wajah Bao Jia.
"Hmm, Aku ingin tidur sebentar lagi, tapi Pekerjaan istana tidak ada habisnya. Apa... Aku kerjakan di sini saja?"
Huang tersenyum kemudian Ia bangkit, memakai kambali pakaiannya dan menutup tirai kelambu tempat tidur Bao Jia untuk menutupi istrinya yang hanya tertutup selimut.
Huang berjalan kemudian membuka pintu.
Baru saja pintu terbuka, Wajah Liang Yi yang pucat dengan kantong mata yang menghitam langsung menyambutnya. Huang nyaris saja memukulnya Karen mengira Ia adalah hantu.
"Mu Liang Yi! Apa yang sedang Kamu lakukan! Mengagetkan saja!"
"Nyonya-ku..."
"Bao Jia sedang tidur... Jangan bilang Kau... tidak tidur semalaman dan berdiri disini???"
Seru Huang Fu setelah menutup pintu dan berdiri diluar kamar, berhadapan dengan Liang Yi.
Mendengar pertanyaan Huang Fu, meski gemetar, Liang Yi tetap bergeming. Ia tidak akan mundur sebelum memastikan Majikannya baik-baik saja.
Huang Fu tahu betapa setianya Liang Yi pada Bao Jia, Ia membuang nafas kasar kemudian bertanya,
"Kau benar-benar ingin melihatnya?"
Dengan gagah berani Liang Yi mengangguk, matanya yang setengah tertutup tiba-tiba terbuka lebar. Huang Fu sebenarnya ingin tertawa melihat betapa konyolnya penampilan Liang Yi, Tapi Ia menahannya karena Ia adalah seorang Putra Mahkota yang harus tetap menjaga wibawanya.
"Masuklah. Tapi segera keluar setelah melihatnya"
"Terima kasih Yang Mulia!!" Serunya dengan mata berkaca-kaca. Ia pun segera masuk untuk mengecek keadaan Bao Jia. Jika Bao Jia baik-baik saja, Ia pasti akan sangat lega.
Liang Yi kemudian dengan perlahan membuka kelambu tempat tidur Bao Jia, Ia menghela nafas lega begitu mendengar dengkuran halus Majikannya itu.
Saat Ia pertama kali melihat Bao Jia, wajahnya langsung memerah. Liang Yi seketika merasa malu saat melihat Bao Jia hanya tertutup selimut dan sekujur tubuhnya penuh bekas ....
"Apa Yang Mulia Putra Mahkota itu lintah?"
Liang Yi tidak bisa lagi menahan malu, Ia pun segera keluar dari kamar majikannya itu.
"Sudah melihatnya?"
Liang Yi mengangguk. Sebenarnya Ia ingin memaki calon raja di depannya ini, tapi Dia takut mati, kalau Dia mati maka tidak ada yang akan menjaga Bao Jia di istana yang penuh bahaya ini.
"Baiklah, sebaiknya Kamu beristirahat sekarang. Aku yang akan menjaganya"
Liang Yi tetap diam. Selama Ia hidup di dunia ini, belum pernah Ia merasakan ketidakpercayaan pada seseorang seperti ini.
Melihat Liang Yi yang tetap bergeming. Huang kemudian berjanji.
"Aku benar-benar hanya akan menjaganya. Kamu bisa memegang janjiku sebagai Putra Mahkota Kekaisaran ini"
Barulah setelah itu, liang Yi mengangguk dan pergi ke kamarnya. Huang Fu menggelengkan kepalanya dengan heran, tapi juga kagum atas kesetiaan pelayan istrinya itu.
Hingga sore hari, Bao Jia baru bangun tidur. Saat membuka matanya dan bergerak, Bao Jia merasakan tulang-tulangnya bahkan berbunyi. Tubuhnya terasa remuk redam.
Dan, seketika Ia teringat kejadian semalam. Ia kemudian dengan kesadaran penuh berkata,
"Dasar bajingan gila! Oh! Dia hampir saja membunuhku!"
"Jangan mengumpati Suamimu, nanti Kamu dikutuk Dewa"
Mendengar suara itu, Bao Jia seketika membuka tirai kelambu ranjangnya dan menatap Huang Fu dengan garang.
"Kenapa? Kenapa A-Anda masih disini?"
"Kenapa? Kamu seperti mayat hidup, Aku merasa bertanggung jawab jadi, aku memutuskan untuk melakukan pekerjaanku disini sambil menjagamu. Tidurmu kelihatannya sangat lelap"
'Tentu saja ini tanggung jawabmu dasar gorila gila!'
"Jangan mengumpat dalam hati, Aku bisa mendengarnya"
"Bagus kalau Anda mendengarnya, sekarang Saya sudah bangun, jadi, Anda bisa melakukan pekerjaan Anda di ruang kerja istana"
Ucap Bao Jia ketus.
"Tidak perlu, ini sudah sore, Aku akan menyelesaikannya disini dan makan malam, baru setelah itu pergi"
Bao Jia menarik nafas dalam-dalam.
'Masih ada acara makan malam dengannya' ???' Batinnya menjerit.
Lalu seketika Ia terkejut begitu tahu bahwa saat ini sudah sore. Ia membuat janji bertemu dengan Huan Ran setelah makan siang! Bao Jia sangat kesal sampai tidak tahu harus berkata apa.
Jadi Bao Jia memilih diam, kemudian Ia bergarak untuk bangkit dari tempat tidurnya seraya melilitkan selimut itu keseluruh tubuhnya.
"Untuk apa di tutupi, Aku sudah menjelajahi semuanya"
Bao Jia seketika ternganga begitu mendengar ucapan tidak tahu malu itu.
"Yang Mulia, Kenapa Anda menjadi sangat tidak tahu malu?"
"Aku memang begini, Kamu saja yang belum mengenalku dengan baik. Oh ya, satu lagi, Aku sudah menyiapkan pakaianmu"
Ucap Huang seraya mengangkat dagunya, menunjuk pada setelan gaun berwarna peach yang sudah disiapkan oleh Liang Yi.
Bao Jia mengambil pakaian itu dan langsung keluar kamar untuk mandi terlebih dahulu.
Huang melihatnya kemudian tersenyum. Dia meletakkan pena tinta yang sedang ia gunakan diatas meja dengan tumpukan buku-buku tebal berisi laporan.
"Maaf Istriku, Aku menggagalkan pertemuanmu dengan Kakakku Huan. Aku... tidak menyukainya"
Ucap Pria itu, kemudian kembali menggoreskan pena, melanjutkan pekerjaannya.
Bersambung...
sedappp kannn rasanya/Facepalm/
semangat Thor update nya ditunggu 💪
sedih kalau gantung ceritanya soalnya ceritanya GG
alur ceritanya enak tuk dibaca
kita terbawa emosi,keren semangat Thor
semangat/Determined//Determined//Determined//Determined/