NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

APA KAMU INGIN MATI

Aurora keluar ruangan dengan wajah yang pucat, bahkan tanpa dia sadari sampai menjatuhkan ponselnya.

Tatapannya kosong seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi.

Aurora pergi ke kantin kantor dengan membeli sebotol air mineral dingin untuk mengurangi rasa kagetnya.

Dia meneguk seluruh isi air di botol tersebut sampai habis, mengusap bibirnya lalu membanting tubuhnya di kursi kantin.

Aurora menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan tangan yang memegang keningnya.

'Apa maksud William pergi begitu saja bahkan dia tidak mencari ku bahkan dia sekarang jadi General Manager,' Ucapnya dalam hati.

Setelah hampir lima belasan menit dia di kantin, dia pergi dengan perasaan yang kecewa. Tanpa dia sadari, Devandra berada tepat dibelakangnya dan dia mengikuti pelan kemana arah Aurora berjalan.

Saat Aurora menaiki lift dia berdiri paling belakang dan melamun sampai bunyi ponselnya yang berdering dengan kencang dan menyadarkan lamunannya.

Aurora membuka tas lalu mengambil ponsel tersebut dan mengangkat nomor yang tidak dia kenal.

"Assalamualaikum, ini siapa" Tanya Aurora dengan mulut yang sedikit terbuka dan penuh penasaran karena nomor tersebut bukan nomor yang dia kenal.

"Aku" Jawabnya singkat lalu diam.

Aurora pun ikut terdiam, diantara mereka hanya terdengar masing masing hembusan nafas yang pelan dan teratur.

Sementara orang disebelah Aurora yakni Devandra nampak begitu penasaran siapa pemilik suara tersebut yang dari awal selalu memperhatikannya.

Devandra mencoba memperhatikan wajah Aurora yang terlihat kaget dan syok lalu matanya pun berkaca kaca hingga air mata tersebut jatuh.

Aurora segera memutuskan telpon tersebut dan memasukkan ponselnya kedalam tas namun baru saja Aurora memasukkannya dan menutup resleting tasnya, ponselnya berbunyi untuk kedua kalinya.

Awalnya Aurora tidak mengangkatnya namun di dering yang ketiga dia mengangkatnya karena orang orang yang berada di sekeliling lift tersebut merasa terganggu dan ada beberapa yang melihatnya dengan tatapan kurang suka.

Sementara Devandra nampak menutupi wajahnya dengan sebuah map dan menunduk.

Aurora mengangkat telponnya lalu dia diam, bermaksud untuk mendengarkan lebih dulu suara orang diseberang telpon tersebut.

"Aku ingin bertemu, di taman favorit kita," jawabnya singkat lalu terdengar nafasnya yang seakan menunggu jawaban dari pertanyaannya tersebut.

Aurora diam kemudian tersenyum sinis.

Pintu lift terbuka dan Aurora berjalan akan keluar dari kantor dan Devandra tetap mengikutinya pelan sambil tetap mendengarkan obrolan Aurora di telpon.

"Jika ingin bertemu kenapa harus di taman, apa kamu malu bertemu dengan ku di tempat umum?, setelah apa yang telah kamu perbuat dengan entengnya kamu ingin bertemu" ucap Aurora dengan nafas yang memburu dan air mata yang menetes.

Devandra mendengar ucapan Aurora dengan seksama lalu matanya melebar dengan alis yang terangkat, mencoba memahami setiap detail dari ucapan Aurora lalu mencoba menerka dengan hal yang tidak dia mengerti.

"Ada banyak hal yang kamu lewati, dan ini bukan keinginanku Ra, aku terpaksa," ucap William dengan suara yang terdengar sedih.

Aurora nampak memutar bola matanya lalu menyeringai jijik

"Berapa umurmu sampai kamu bisa dipaksa seperti itu sampai kamu lupa dengan ku maupun dengan,,,," Ucap Aurora terpotong karena William menyelanya.

"Alvero sudah meninggal Ra, jika kamu ingin mendengar semua yang terjadi denganku selama ini, kita harus bertemu," Ucap William sedikit frustasi.

Aurora nampak berfikir lalu menelan ludah dan menjawabnya.

"Temui aku di tempat pertama kali kita bertemu dan aku akan kesana sekarang dan satu jam kamu gak datang akan aku pastikan tak akan ada lagi pembicaraan antara kita" ucap Aurora tanpa menunggu jawaban dari William lalu memutuskan panggilan tersebut.

Devandra memicingkan mata dadanya bergemuruh dan terasa panas.

'Setelah kamu bebas, kamu ingin melanjutkan cerita cintamu yang sempat tertunda sedangkan aku disini harus kehilangan orang yang aku cintai karena kamu." Lirih Devandra dalam hati dengan mengepalkan tangan dibalik dinding bersembunyi dari Aurora.

Aurora berdiri dari duduknya lalu melangkah pergi menuju rumah makan tempat pertama kali mereka bertemu lalu memesan ojek online.

Selama hampir lima menit menunggu, akhirnya ojek online tersebut datang lalu Aurora naik dengan perasaan marah namun mencoba dia tahan.

Sementara Devandra mengambil ponsel di sakunya dan menghubungi John.

"Cepat panggil wanita itu kekantor dan bilang untuk tanda tangan kontrak, jika dia bilang tidak bisa datang maka tekan dan bilang padanya bahwa tidak akan ada hari esok untuk tanda tangan kontrak lagi, cepat lakukan sebelum aku memporak-porandakan kehidupanmu" Perintah Devandra dengan nafas yang tersengal sengal dan matanya yang mulai berwarna merah.

John menghembuskan nafas dan memukul mejanya dengan pelan. Dia penasaran dengan apa yang terjadi namun tidak mungkin dia bertanya saat Devandra dalam keadaan tersulut emosi

Saat dalam perjalanan Aurora merasakan ponselnya yang bergetar namun dia mengabaikannya.

Saat ponsel tersebut bergetar untuk keempat kalinya akhirnya Aurora berinisiatif untuk menerima panggilan tersebut.

Aurora membuka kaca helm ya dan menepuk bahu ojek online tersebut.

"Bapak,,,, kita minggir dulu ya saya mau angkat telpon dulu" Pinta Aurora dengan sedikit berteriak karena bunyi klakson di belakang motornya.

Aurora nampak mengangkat telpon tersebut dan mendengarkan dengan seksama.

Saat menerima telpon terlihat mata Aurora melebar dan mulutnya rapat lalu menarik nafas dan menutup panggilan tersebut tanpa menjawab.

"Ayo pak lanjut ke tujuan awal lagi" Perintah Aurora dengan sedikit murung.

'Apa kamu ingin mati Aurora ' ucapnya dalam hati Devandra dengan rahang yang mengeras dan pembuluh di lehernya terlihat menonjol.

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!