Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.
Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.
Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.
Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!
Tingkatan kultivasi :
Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang
Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang
Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang
Purification Dao 1-7 Tahapan bintang
Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang
Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang
Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang
Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir
Origin Dao Awal - menengah - akhir
Heavenly Dao
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 27
Seminggu berlalu sejak kehancuran organisasi Serigala Hitam, dan kota Shuiyuan menunjukkan perubahan yang signifikan.
Jalan-jalan yang tadinya dipenuhi orang-orang kelaparan dan kejahatan kini mulai dihiasi oleh senyuman warga.
Pasar yang sebelumnya suram mulai kembali hidup, meski masih sederhana. Namun, bagi Acheng, kota ini tidak lagi memiliki sesuatu yang bisa membantunya mencapai tujuan utamanya—meningkatkan kekuatannya hingga tak tertandingi.
Pagi itu, dengan langkah mantap, Acheng berjalan menuju gerbang kota. Warga kota berkumpul di sisi jalan, memberikan penghormatan terakhir kepada pria yang telah mengubah nasib mereka. Beberapa dari mereka berlutut, memohon doa agar Acheng terus diberkahi kekuatan dan keselamatan. Namun, Acheng hanya mengangguk ringan tanpa berkata apa-apa.
“Selamat jalan, Tuan!” teriak seorang pria tua.
“Kami akan selalu mengingat kebaikanmu!” tambah seorang wanita sambil menggenggam tangan anaknya.
Acheng tidak menoleh ke belakang. Siluetnya perlahan menghilang di kejauhan, membawa ketenangan yang baru ditemukan oleh kota Shuiyuan.
Setelah berjalan tanpa arah selama berjam-jam, matahari mulai condong ke barat, dan senja mulai menyelimuti langit. Acheng tiba di sebuah hutan lebat dengan pepohonan tinggi menjulang yang menciptakan bayangan panjang di tanah. Ia memutuskan untuk berhenti di sini dan mencari buruan untuk makan malamnya.
Suara burung dan desiran angin menjadi pengiring langkahnya saat ia menyusuri hutan. Namun, di tengah pencariannya, Acheng tiba-tiba berhenti. Dari sela-sela pepohonan, ia merasakan kehadiran banyak orang yang mengamatinya.
“Heh, sepertinya kita dapat mangsa empuk malam ini,” suara serak seorang pria terdengar dari arah kanannya.
Tak lama, 20 pria muncul dari balik pepohonan, mengepung Acheng. Mereka semua mengenakan pakaian lusuh dan membawa senjata yang terlihat kasar: pedang karatan, tombak retak, dan belati kecil.
“Hei, bocah! Tinggalkan semua barang berhargamu di sini, atau kau tidak akan keluar hidup-hidup dari hutan ini!” teriak salah satu bandit dengan suara lantang.
Acheng memandang mereka dengan tenang. Tidak ada rasa takut di wajahnya, hanya rasa bosan yang jelas terlihat. Ia melangkah maju, mengabaikan ancaman mereka.
“Hei! Apa kau tuli? Aku bicara padamu!” bentak seorang bandit lain sambil mengayunkan pedangnya.
Namun, sebelum pedang itu mendekat, Acheng mengangkat tangannya. Dalam sekejap, energi kegelapan memancar dari tubuhnya, membentuk pusaran pekat yang membuat udara di sekitar terasa berat.
"Kalian benar-benar memilih mangsa yang salah," ucap Acheng dengan nada dingin.
Untuk pertama kalinya, Acheng memutuskan mencoba Bendera Kekacauan Jiwa, harta yang baru saja ia temukan di markas Serigala Hitam. Ia mengangkat bendera berwarna ungu gelap itu dengan satu tangan, dan rune-rune kuno di permukaannya mulai bersinar. Energi mistis memancar keluar, menciptakan aura menakutkan yang memenuhi hutan.
“Apa itu...?” salah satu bandit tergagap, wajahnya berubah pucat.
Acheng mengibaskan bendera itu ke arah mereka. Dari dalam bendera, gelombang energi gelap muncul, membentuk bayangan-bayangan tajam yang melesat seperti pedang.
Swiiish!
Dalam sekejap, lima bandit terdekat langsung tertebas dan jatuh tak bernyawa.
Sisa bandit berusaha menyerang secara bersamaan, namun aura tekanan dari bendera membuat tubuh mereka terasa berat. Acheng mengayunkan bendera lagi, dan kali ini bayangan besar berbentuk naga meluncur keluar dari bendera, menerjang mereka dengan kekuatan destruktif.
“Aaaaarrgh!!” teriak mereka, tetapi itu sia-sia. Dalam hitungan detik, tubuh mereka hancur menjadi abu, dan jiwa-jiwa mereka terserap ke dalam bendera.
Bendera Kekacauan Jiwa bergetar pelan di tangan Acheng, seolah-olah menunjukkan rasa puas setelah memakan jiwa-jiwa tersebut. Energi jiwa yang baru diserap membuat aura bendera semakin gelap dan kuat.
Acheng menyimpan kembali bendera itu ke dalam cincin penyimpanannya dan memandang tubuh-tubuh yang tak lagi bernyawa. Ia menghela napas ringan.
“Tidak buruk, sebagai kelinci percobaanku,” gumamnya sambil membersihkan debu di jubahnya.
Ia duduk bersandar pada sebuah batu besar, mengingat kembali pelajaran yang ia dapat dari gurunya. Dunia ini penuh dengan teknik, senjata, mantra, dan formasi yang semuanya dibagi ke dalam lima tingkatan: Rendah, Atas, Bumi, Langit, dan Dewa.
“Teknik Melahap Bintang”, teknik kultivasi yang diwariskan gurunya, adalah salah satu teknik tingkat Langit, salah satu yang terkuat. Ditambah dengan ingatan Raja Iblis yang ia serap, ia kini memiliki banyak sekali teknik tingkat tinggi yang bahkan sekte besar akan berebut untuk memilikinya.
Namun, Acheng tahu bahwa kekuatannya saat ini masih jauh dari puncak. Dunia ini luas, dan banyak entitas yang bahkan lebih kuat dari dirinya saat ini. Ia harus terus bergerak, mencari harta langka dan sumber daya untuk meningkatkan kultivasi hingga setidaknya mencapai Dao Ancestor Bintang 7 atau lebih.
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.