NovelToon NovelToon
Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:135.4k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Hannah, seorang perempuan yang tuli, bisu dan lumpuh. Ketika melihat perut Hannah terus membesar, Baharudin—ayahnya—ketakutan putrinya mengidap penyakit kanker. Ketika dibawa ke dokter, baru diketahui kalau dia sedang hamil.

Bagaimana bisa Hannah hamil? Karena dia belum menikah dan setiap hari tinggal di rumah.
Siapakah yang sudah menghamili Hannah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Arman melambaikan tangan kepada Yasmin dari kejauhan. Senyumnya mengembang, memancarkan kehangatan tulus yang hanya muncul saat melihat anak kecil itu. Dalam benaknya, terlintas sebuah ingatan—beberapa hari lalu ia membeli bando lucu berbentuk telinga mini mouse. Ia sengaja menyimpannya di dalam kotak dasbor mobil, menunggu momen yang tepat untuk memberikannya.

"Yasmin, sini! Om punya hadiah untuk kamu," serunya ceria sambil membuka pintu mobil.

Mata Yasmin berbinar. Dengan langkah kecil penuh semangat, dia langsung berlari ke arah suara Arman, tanpa menyadari bahwa ada sebuah motor yang melaju cepat dari arah kanan.

TIIIIIN!!

"Awas!" teriak Arman panik, tubuhnya refleks maju selangkah.

"Yas!" jerit Hannah dengan suara yang mengguncang udara.

"Yasmin!" suara Pak Baharuddin pecah dalam ketakutan. Wajahnya pucat, seperti kehilangan darah.

Seketika, suara decitan rem menggema keras. Motor itu mengerem mendadak, menciptakan gesekan yang menukik di atas aspal. Pengendaranya terpental ke depan, tubuhnya terhempas keras di jalan. Motornya tergelincir, menabrak aspal dengan suara gemeretak dan sempat menyenggol kaki kecil Yasmin sebelum akhirnya terguling beberapa meter.

Yasmin terpaku. Tubuh kecilnya tak bergerak. Matanya membelalak penuh ketakutan, bibirnya terbuka tanpa suara. Ia tidak menangis—bahkan tak berkedip. Dunia di sekelilingnya seolah berhenti, hanya detak jantungnya yang berdentum keras dalam dada.

Pak Baharuddin, dengan napas tersengal, langsung berlari menghampiri. Tangan keriputnya menggenggam bahu Yasmin dengan gemetar. Orang-orang mulai berkumpul, tergesa ingin membantu. Beberapa segera menolong pengendara motor yang kini terduduk lemas di tepi jalan, seorang remaja yang wajahnya berdarah dan luka lecet.

Di sisi lain, Hannah terpaku di tempatnya. Jantungnya berdegup tak karuan. Kakinya goyah, kehilangan tenaga. Dalam hitungan detik, tubuhnya limbung dan jatuh terduduk di aspal panas. Tangisnya pecah, tapi tak ada satu pun yang memperhatikan. Semua perhatian tertuju pada Yasmin dan si pengendara motor.

Dari arah dalam bangunan, Arka keluar setelah mendengar keributan. Langkahnya sigap, tatapannya waspada. Sebagai pemilik tempat usaha, dia merasa bertanggung jawab terhadap situasi yang terjadi di area parkirnya. Matanya segera menangkap sosok Hannah yang duduk lemas di tengah jalan, wajahnya basah oleh air mata dan tubuhnya gemetar hebat.

"Hannah!" panggil Arka sembari berlari cepat mendekati wanita itu.

Hannah mendongak, matanya berkabut. Ia menggenggam kedua lengan Arka erat, seperti memohon keselamatan.

"Yas! Yas!" Suaranya pecah, penuh kepanikan. Untuk pertama kalinya Arka mendengar suara dari mulut Hannah. Lirih, namun sangat jelas.

Arka tertegun. Suara itu menusuk sampai ke relung hatinya. Ia tak sepenuhnya paham, tapi kemudian menyadari maksud Hannah.

"Yasmin?" tanyanya mencoba menebak.

Hannah mengangguk cepat dan menunjuk ke arah kerumunan. Tubuhnya lalu limbung, dan tanpa sempat bicara lagi, ia pingsan di pelukan Arka. Tanpa pikir panjang, Arka segera mengangkat tubuh Hannah dengan hati-hati dan membawanya ke mobilnya.

Sementara itu, Arman berlari ke arah Yasmin dan Pak Baharuddin. Napasnya tersengal dan wajahnya tegang.

"Pak, ayo, kita bawa ke rumah sakit!" kata Arman cepat, menunjuk ke mobil yang pintunya sudah terbuka. Tanpa membuang waktu, Pak Baharuddin menggendong Yasmin masuk ke dalam mobil.

Seorang pemuda yang membantu mengangkat pengendara motor yang terluka, membaringkannya di kursi belakang. Arman segera masuk ke kursi kemudi dan melesat menuju rumah sakit dengan kecepatan penuh.

Di mobil berbeda, Arka menatap Hannah yang masih pingsan di bangku penumpang. Tangannya mengepal erat di kemudi. Hatinya terasa panas—antara panik, marah, dan khawatir bercampur menjadi satu. Ia tidak tahu seberapa parah kondisi Yasmin. Namun, satu hal yang pasti, dia tidak akan membiarkan mereka menghadapi semua ini sendirian.

Begitu sampai di rumah sakit, dentingan alat medis dan langkah cepat para perawat langsung menyambut mereka. Tanpa buang waktu, ketiga orang itu segera ditangani oleh dokter jaga.

Bau alkohol medis menyeruak, menyatu dengan kepanikan yang masih menggantung di udara. Yasmin terbaring lemah di atas ranjang kecil, tubuhnya gemetar meski tidak ada luka besar di tubuhnya. Hanya lecet di lutut dan telapak tangan, tapi tatapannya kosong, seperti terjebak dalam adegan yang tak ingin ia ulang.

Pengendara motor pun mengalami nasib serupa—syok dan luka ringan di bahu kanan. Sementara Hannah masih belum sadarkan diri, dengan infus yang sudah menempel di tangannya.

Di sisi ruang perawatan, Arman berdiri mematung, menatap ke arah Yasmin dengan rasa bersalah yang membuncah di dadanya. Wajahnya muram, jemarinya mengepal, seolah ingin meninju waktu dan kembali ke beberapa menit yang lalu.

“Pak, maafkan aku,” ucap Arman dengan suara parau, nyaris tak terdengar di tengah hiruk pikuk rumah sakit. “Seharusnya aku tidak memanggil Yasmin. Seharusnya aku yang mendatangi dia, bukan menyuruhnya berlari ke arahku.”

Mata Arman memerah. Ia menunduk dalam, menahan gejolak emosi yang siap meluap.

Pak Baharuddin memandang pria muda itu dengan mata bijak seorang ayah. Meski hatinya masih terguncang, dia tidak ingin menambah beban siapa pun, apalagi saat semuanya sudah terjadi.

“Ini sudah kehendak Allah, Nak. Jangan salahkan dirimu terus. Yasmin terlalu senang melihat kamu datang. Mungkin karena itu dia lupa untuk hati-hati.”

“Panggil saja saya Arman, Pak,” katanya lembut. “Dan semua biaya pengobatan biar saya yang tanggung.”

Pak Baharuddin hanya mengangguk, tanpa bantahan. Di matanya, Arman telah menunjukkan tanggung jawab dan ketulusan yang jarang ia temui pada orang lain.

Sementara itu, di balik tirai putih yang membatasi ruangan, Hannah mulai menggerakkan jemarinya. Kelopak matanya bergetar sebelum akhirnya terbuka perlahan. Lampu neon di langit-langit menyilaukan pandangannya, tapi bayangan tubuh seseorang yang berdiri di sampingnya mulai terlihat jelas. Orang itu Arka.

“Hannah, kamu sadar?” Arka membungkuk, menyapa dengan suara pelan. “Yasmin baik-baik saja. Dia cuma syok, sama seperti kamu. Setelah infusnya habis, kalian sudah bisa pulang.”

Rasa lega menjalari wajah Hannah. Air mata menetes dari sudut matanya. Ia mencoba bicara, namun suara yang keluar begitu lirih. Di matanya, jelas terpantul bayangan Yasmin, gadis kecilnya, nyaris celaka. Tak ada luka yang lebih perih dari rasa takut kehilangan.

Di sisi lain, Arman terduduk di bangku tunggu dengan wajah kusut. Di kepalanya, terngiang kembali pesan Karin yang beberapa hari lalu memintanya datang. Insiden hari ini telah mengubah fokusnya—ada yang lebih penting daripada pertemuan yang ia sendiri tak tahu akan membawanya ke mana.

“Kamu masih di sini?” tanya Arka yang menyusul Arman ke luar ruangan. “Bukannya kamu mau menemui Karin?”

“Besok saja,” jawab Arman pelan. “Sekarang aku harus menemui keluarga pengendara motor itu.”

Arka mengangguk paham. “Jangan sampai mereka bikin keributan yang berdampak buruk ke supermarket kita.”

“Ya.”

Arman pun melangkah menuju sudut UGD, tempat sebuah ranjang darurat ditaruh di pojok ruangan. Di sekitarnya, sepasang suami istri paruh baya tengah duduk sambil sesekali melihat anak mereka yang masih terbaring. Wajah mereka tampak lebih sibuk menghitung sesuatu ketimbang mencemaskan kondisi si anak.

Begitu melihat Arman datang, pria paruh baya itu berdiri dengan nada suara meninggi. “Beri kami ganti rugi sebesar lima puluh juta!” katanya tanpa basa-basi.

Arman menatapnya dengan tenang, namun rahangnya mengeras. “Anak Bapak juga salah. Ngebut di area parkir, masih di bawah umur, tak punya SIM. Hampir menabrak anak kecil.”

“Saya nggak peduli! Anak saya terluka, kami butuh uang untuk pengobatan!”

Sebenarnya, Arman berniat memberi 25 juta sebagai bentuk tanggung jawab moral. Tapi permintaan yang menggandakan jumlah itu membuatnya geram. Terlebih saat nada suara pria itu berubah jadi ancaman.

“Kalau nggak mau, saya viralkan saja! Biar orang tahu siapa yang bikin anak saya begini!” ancamnya.

Arman mendekat satu langkah. Matanya menatap tajam, suaranya datar namun penuh tekanan. “Kalau Bapak lakukan itu, saya akan tuntut balik atas pencemaran nama baik. Dan saya juga punya rekaman CCTV yang bisa membuktikan siapa yang salah.”

Suasana jadi menegang. Pria paruh baya itu terdiam sejenak. Lalu istrinya—yang dari tadi hanya terisak dan memeluk anaknya—ikut bicara.

“Sudahlah, Pak ... terima saja uang pemberian Mas ini. Lagian anak kita nggak mengalami luka serius.”

Arman menarik napas lega, lalu menyerahkan amplop putih yang berisi uang. Ia tak ingin memperpanjang masalah, tapi juga tak akan membiarkan dirinya dipermainkan.

Hari itu, Arman tahu, bukan hanya Yasmin yang nyaris kehilangan nyawa—tapi juga hatinya yang kembali diingatkan tentang arti menjaga, melindungi, dan bertanggung jawab.

***

1
Ita rahmawati
apakah soraya udh game over 🤣
krna harta yg digunakan soraya utk membantu pak surya dulu adalah harta pak baharuddin berarti pak surya harusnya balikin lg ke pak bahruddin kan 🤔
Nar Sih
dan...ahir nya wanita pembawa racun buat pak surya sdh dpt karma nya ,🤣
Sukhana Ana lestari
Good jobb Arka....
Haloo Pak Surya bagaimana hasil kerja keras anakmu Arka..?? mantap kannn
seorang ayah yg seharusnya melindungi & menyayangi anaknya ini malah menyia nyiakan.. 🤦🏼‍♀🤦🏼‍♀

Soraya mulai menuai apa yg udah di tanam selama ini .. se.pandai² tupai melompat pasti ada waktunya terjun bebas juga dari ketinggian.. selamat ya kalian duo ulet bulu & antek²nya.. masuk kandang kerangkeng istimewa.. 👋👋👋

Lanjut Thor sehat semangat terus 😘😘😘💪💪💪
Tiah Fais
lanjut kak
Esther Lestari
Soraya harus mendekam lama di penjara itu
Tri Handayani
ditunggu bab selanjutnya thor....... up nya brapa hari sekali thor???
Wanita Aries
Bagaimana pak surya 🤭🤭 melupakan kandungmu dan lebih memilih memelihara ular didalam rmhmu. Seruuu bangettt yaaaaa
ken darsihk
Semangat Arka jangan sampai Soraya dan antek-anteknya lolos , mereka khusus nya Soraya harus membayar semua kejahatan yng dia buat selama ini 😡😡😡
Wiek Soen
akhirnya terkuak juga..... berikan dia karma yg setimpal thor
Nunung Elasari
benar2 ditunggu kelanjutannya kak..... seruuuuuuu
Cindy
lanjut kak
Ema
next ka
Sunaryati
Thoor Up nya ruti, ya. Nenek selalu menunggumu
Sunaryati
Untung jantung tak kambuh Pak Surya seperti harapan Arka, Pak Surya kamu harus mengembalikan harta Pak Baharuddin yang dirampas Soraya dan diberikan padamu. Kamu selama hidup enak dari harta Pak Baharuddin, sedangkan beliau hidup sengsara bersama Hannah putrinya. Hukum dirimu sendiri Surya atas kesalahanmu pada Almrh istrimu, ayahmu, dan kedua anakmu. Nikmati masa tuamu dengan penyesalan. Lihat siapa Soraya dan Citra yang kau banggalkan. Segera miskinkan Soraya da Mario ambil semua asetnya Arka, berikan pada Pak Baharuddin.
juwita
yg bunuh pak sanusi mgkn suruhan soraya x.
Ratih Tupperware Denpasar: dan mereka jiga sdh dibunuh soraya, spt orang suruhannya citra diberi miras berisi racun. citra jadi jahat krn diajari mak nua dati kecil cara membunuh dan marampok
ken darsihk: Bisa jadi
total 2 replies
kaylla salsabella
akhirnya update juga thor
Sugiharti Rusli
semoga Arka bisa membuat si Soraya dan antek" nya dihukum berat tanpa celah yah, mengingat hukum di kita yah begitulah😏
Sugiharti Rusli
entah penyesalan seperti apa yang akan si Surya rasakan nanti, kalo dia sudah membuat keputusan paling bodoh selama ini,,,
Sugiharti Rusli
apalagi sekarang si Surya tahu, kalo istrinya itu yang sudah merampok harta sahabat masa kecilnya dulu tanpa ampun yah
Sugiharti Rusli
dan bukan hanya itu, bahkan sampai si Surya menceraikan istri serta meninggal kan anak" kandungnya sendiri selama ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!