NovelToon NovelToon
Rojali Dan Ratih

Rojali Dan Ratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Pernikahan Kilat / Pengganti / Ilmu Kanuragan
Popularitas:20.9k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"kamu pembawa sial tidak pantas menikah dengan anakku" ucap Romlah
"aku sudah mempersiapkan pernikahan ini selama 5 tahun, Bagaimana dengan kluargaku" jawab Ratih
"tenang saja Ratih aku sudah mempersiapkan jodohmu" ucap Narti
dan kemudian munculah seorang pria berambut gondrong seperti orang gila
"diakan orang gila yang suka aku kasih makan, masa aku harus menikah dengan dia" jawab Ratih kesal
dan tanpa Ratih tahu kalau Rojali adalah pendekar no 1 di gunung Galunggung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RR 32

Ratih terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang kamar mewah. Tubuhnya lemas tak bergerak. Obat bius yang digunakan bukan main—dosis tinggi, cukup untuk menjatuhkan seekor gajah dalam hitungan menit.,

“Plak!” Harun menampar Riko dengan keras—anak buahnya yang ia perintahkan menculik Ratih tapi bertindak ceroboh.

“Bodoh! Kenapa kamu tembak pakai obat bius?” bentak Harun, wajahnya merah menahan marah dan kecewa.

“Dia melawan, Bos… Tiga anak buahku nggak sanggup menahannya,” jawab Riko dengan suara gemetar. Wajahnya pucat, jelas ketakutan menghadapi kemarahan Harun yang mulai memuncak.

“Bodoh! Masa orang selemah ini bisa bikin kalian kewalahan?” bentak Harun, matanya menyipit tajam. Ia tak percaya ucapan anak buahnya, merasa harga dirinya sebagai pemimpin tengah dipermalukan.

“Dua anak buahku tangannya sampai bengkok, Bos,” ucap Riko pelan, mencoba membela diri di tengah ketegangan.

“Ya sudah, sekarang kau tunggu di luar,” ucap Harun dengan senyum menyeringai. Tatapannya dingin, namun di balik senyumnya tersembunyi niat jahat yang mulai mengendap dalam pikirannya.

Riko menghela napas panjang. “Dasar rakus… keponakan sendiri juga mau dimakan,” gumamnya dalam hati, tak habis pikir pada kelicikan Harun yang sudah melewati batas moral.

Riko keluar dari kamar dan menutup pintu pelan, wajahnya datar. “Tahu-tahu mau dicicipin juga… padahal tadi di mobil, aku yang duluan,” gumamnya dalam hati, penuh iri dan rasa tidak terima.

Harun mendekat perlahan, matanya menatap lekat wajah Ratih yang terbaring tak berdaya. Kecantikannya mempesona, membuat nafsu dan ambisi jahatnya semakin membakar di dalam dada.

“Kamu benar-benar mirip Laras... Laras, anggap saja ini balas dendamku padamu,” gumam Harun dalam hati, tatapannya gelap, dipenuhi dendam yang belum padam.

Harun perlahan membuka bajunya. Meski usianya sudah lewat lima puluh, tubuhnya masih kekar—hasil dari latihan rutin dan penguasaan beberapa seni bela diri.

Ia duduk di tepi ranjang, mendekat ke arah Ratih yang terbaring tak sadarkan diri. Dengan tangan dingin, ia membelai pipi Ratih perlahan, senyumnya mengerikan.

“Lembut sekali... sulit dipercaya kamu cuma anak buruh tani,” gumam Harun dalam hati, matanya penuh nafsu. Ia mulai mendekat, bibirnya nyaris menyentuh wajah Ratih—

Tiba-tiba, “Bruk! Bruk!” Pintu digedor keras dari luar, memecah ketegangan.

Wajah Harun mengeras, matanya memerah penuh amarah.

“Bajingan! Siapa yang berani mengganggu aku?” geramnya, rahangnya mengatup.

Dengan langkah berat dan penuh emosi, ia bangkit dari tempat tidur, melangkah cepat menuju pintu.

Gedoran dari luar terus berulang, semakin keras, membuat amarah Harun memuncak.

Tanpa pikir panjang, ia membuka pintu dengan kasar—tangan kanannya sudah siap terayun, hendak menghajar siapa pun yang mengganggunya.

Begitu pintu terbuka,

“Plak!”

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Harun.

Mita—ibunya, sekaligus nenek Ratih—menamparnya penuh amarah.

“Jangan bodoh! Jangan rusak semua rencana kita!” bentaknya tajam.

Harun terdiam, memegangi pipinya.

“Ibu... aku cuma melampiaskan dendamku pada Laras lewat dia,” jawab Harun, suaranya pelan tapi penuh gejolak.

“Kamu kira, dengan melampiaskan kekesalanmu pada anak Laras, keluarga kita bisa selamat dari kebangkrutan?” ucap Mita tajam, penuh amarah dan kekecewaan yang tak bisa lagi ditahan.

“Keluarga Handoko itu sangat teliti. Kalau mereka sampai tahu, semua bisa hancur. Tunggu sampai kerja sama disepakati—baru setelah itu kamu boleh lakukan apa pun padanya. Tapi sekarang, jangan sentuh dia... sebelum aku yang memberi perintah,” tegas Mita, matanya tajam penuh kendali dan perhitungan.

Harun hanya diam dan menunduk, menahan gejolak dalam dadanya. Meski hasratnya pada Ratih membara, ia tak berani melawan ibunya. Dengan kesal, ia berbalik dan pergi meninggalkan ruangan.

..

..

Sementara itu, Karman dan Narti berada di kamar mewah milik keluarga Lesmana. Karman tampak gelisah—wajahnya murung, pikirannya dipenuhi kecemasan tentang keselamatan Ratih. Ia menyesal menjadi lelaki lemah, tanpa daya dan keberanian.

“Akhirnya aku bisa merasakan hidup mewah,” ucap Narti sambil menatap kagum pemandangan dari jendela. Rumah megah itu dikelilingi taman yang indah, membuatnya lupa sejenak pada kekacauan yang sedang terjadi.

“Aku nggak butuh semua ini… aku cuma ingin Ratih,” ucap Karman lirih, tatapannya kosong. Kekayaan dan kemewahan tak berarti apa-apa dibandingkan keselamatan putri yang dicintainya.

Narti melotot tajam. “Jangan bodoh! Kapan lagi kamu bisa menebus semua kesalahanmu padaku kalau bukan sekarang? Ini kesempatanmu!”

“Tapi… dia anakku, Narti,” jawab Karman lirih.

“Kamu pikir aku dan Sinta itu siapa? Bertahun-tahun kamu biarkan kami menderita!” ucap Narti tegas.

Karman hanya bisa menghela napas panjang.

..

..

Sementara itu, Sinta dan Bagas juga ditempatkan di sebuah kamar mewah. Keluarga Lesmana ternyata membangun sebuah kompleks eksklusif khusus untuk keluarga besarnya. Terdiri dari sepuluh rumah megah yang berdiri kokoh, seluruh area dijaga ketat oleh petugas keamanan. Meski mewah, suasana di dalam kompleks itu menyimpan tekanan dan ketegangan yang tak terlihat dari luar.

“Aku nggak nyangka, ternyata ayah kamu orang kaya,” ucap Bagas dengan senyum merekah, matanya berbinar.

“Iya, aku juga nggak nyangka... tahu begitu, aku nggak akan…”

Ucapannya terhenti, ragu.

“Nggak akan apa, Sayang?” tanya Bagas lembut, menatap wajah Sinta yang mulai terlihat gelisah.

“Tidak akan menikah di kampung... aku pasti sewa hotel dan buat pesta yang meriah,” ucap Sinta sambil tersenyum, menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Dalam hati, ia tahu—andai sejak awal ia tahu bahwa ayahnya berasal dari keluarga kaya raya, mungkin ia takkan menikah dengan Bagas. Kaya di desa tetap berbeda jauh dengan kaya di kota—jarak status dan gengsi itu kini mulai terasa.

“Aku kecewa sama kamu, Mas,” ucap Sinta dingin.

“Kecewa kenapa?” tanya Bagas heran.

“Kamu salah sebut nama saat akad. Itu memalukan,” jawab Sinta tajam.

“Maaf… aku pacaran sama Ratih lima tahun. Wajar kalau lidahku masih terpeleset,” ucap Bagas.

“Ya sudah, kalau begitu beri aku waktu untuk bisa menerima kamu,” ucap Sinta pelan.

“Apa-apaan ini, Sinta? Masa cuma karena kesalahan kecil, kamu sudah bersikap seperti mau menghukum aku?” ujar Bagas kesal.

“Hati kamu masih belum lepas dari Ratih. Kamu butuh waktu untuk benar-benar melupakannya. Dan sebelum itu terjadi, aku tidak mau kamu menyentuhku,” ucap Sinta dengan nada tegas dan mata berkaca-kaca.

“Sinta, jangan seperti itu… sekarang hanya kamu yang aku cinta,” ucap Bagas, mencoba meyakinkan. Namun dalam hatinya, bayangan Ratih mengenakan kebaya mewah masih terus menghantui, membayang jelas di benaknya dan membuat perasaannya bercabang tak menentu.,

“Kamu mau lanjut sama aku, silakan. Mau udahan juga silakan. Yang jelas, aku nggak bisa menerima kalau di hatimu masih ada Ratih,” ucap Sinta, matanya berkaca-kaca.

“Aku cuma ingin jadi satu-satunya orang yang kamu cintai. Bukan bayangan, bukan pelarian.”

Bagas ingin rasanya meninggalkan Sinta saat itu juga dan mengejar Ratih—wanita yang benar-benar ia cintai. Tapi bayangan status Sinta sebagai putri keluarga konglomerat membuatnya ragu. Ia terdiam, hatinya bertarung antara cinta sejati dan ambisi duniawi.

Hari itu, seluruh keluarga besar Lesmana berkumpul untuk menyambut kedatangan keluarga Handoko. Penjagaan diperketat di seluruh area. Karman didandani rapi, tampil lebih bersih dan berwibawa dari biasanya. Sinta tampak sangat senang—ia diberi gaun mewah dan satu set perhiasan berkilau, membuatnya terlihat seperti putri bangsawan. Untuk pertama kalinya, Karman memberikan kontribusi nyata bagi keluarga Lesmana, sehingga mereka benar-benar tampak elegan dan terhormat.

Sementara itu, Ratih mengalami mimpi buruk dalam kesadarannya yang samar. Beberapa kali ia disuntik obat bius dosis ringan. Wajahnya pucat, namun anehnya pesonanya justru makin terpancar. Harun, dengan licik, sengaja mengirimkan beberapa foto Ratih kepada Tuan Muda Renaldi Handoko—berharap pria itu kehilangan minat. Tapi hasilnya justru sebaliknya, Renaldi malah semakin tertarik.

Lima anak buah Harun mengalami patah tulang saat mencoba mengendalikan Ratih. Ia akhirnya diberi obat pelemas otot agar tak mampu melawan lagi.

1
Susi Lestari
Luar biasa
Ninik
kenapa macet
Uswatun Hasanah
Kak kok gak lanjut thor ceritanya ?
Darti abdullah
luar biasa
Darti abdullah
luar biasa
Putu Suciptawati
kak thor ceritanya ga dilanjut?
Agustina Fauzan
ceritanya bagus dan tdk biasa
Ropiyati Ropi
kok gak up lg kak,dah ditunggu lho
Fasa: Ayo donk kapan up lagi
muthia: selalu setia menunggu up nya🙏
total 2 replies
kalea rizuky
lanjut yg banyak thor
kalea rizuky
hmmm bn r kan yoona mulai ada rasa jangan gatel km yoana
kalea rizuky
karman mati aja lah bapak g guna
kalea rizuky
awas aja lu Rojali ampe selingkuh ma yoana
kalea rizuky
jangan jd pelakor ya yoana
kalea rizuky
mending cari rmh sendiri
kalea rizuky
heleh akal akalan lampir aja ini
Purnama Pasedu
pendekar di lawan
saljutantaloe
akhirnya up juga
makin seru ceritanya thor
rajin" lah up thor jgn cuma satu
Ibrahim Efendi
hajarrr!!....
Ibrahim Efendi
lanjut....
Purnama Pasedu
teman seperguruan ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!