Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Manja dan Dramatis
Arthur dan Reyna kini dalam perjalanan menuju markas detektif. Di tengah perjalanan, Arthur menerima telepon, ia merogoh sakunya dan melihat ternyata Inspektur Jaxon yang menelepon. Ia segera mengangkat telepon tersebut. Suara Inspektur Jaxon terdengar di handphonenya, "Arthur, kau dan Reyna ada di mana?"
Arthur mengapit handphonenya di antara bahu dan telinganya, karena kedua tangannya kembali fokus pada kemudi. Ia menyetir dengan kecepatan hampir 80 km/jam, ingin cepat-cepat menyerahkan sekrup kecil itu untuk diperiksa. "Kami sedang dalam perjalanan, Inspektur. Saya mendapatkan sekrup kecil aneh di tempat kejadian, jadi saya akan pergi ke tempat pemeriksaan forensik dulu, baru kembali ke markas," jawab Arthur.
"Baiklah, hati-hati," ucap Inspektur Jaxon sebelum menutup panggilan. Arthur meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku celana dan melambatkan kecepatan mobilnya agar mobil Reyna dapat mengejarnya. Saat mobil Reyna sudah berada di samping mobil Arthur, Arthur perlahan membuka jendela mobilnya dan membuat gerakan tangan yang seolah mengatakan, "Turunkan jendela mobilmu."
Reyna langsung mengerti dan menurunkan jendela mobilnya. Lalu Arthur berkata, suaranya sedikit keras agar Reyna dapat mendengarnya di tengah suara angin dan kendaraan, "Reyna, kau kembali duluan saja ke markas. Aku sendiri yang akan menyerahkan sekrup itu ke tempat pemeriksaan forensik."
Reyna mengangguk kecil, "Baiklah, hati-hati, Arthur," katanya. Arthur membalas dengan anggukan kecil juga, "Kau juga hati-hati." Setelah itu, mobil mereka berpisah di persimpangan; mobil Arthur berbelok tajam ke arah tempat pemeriksaan forensik, sementara mobil Reyna terus lurus menuju markas.
Beberapa saat kemudian, Reyna tiba di gerbang markas. Ia mengeluarkan kartu identitas detektif khusus dan memindainya di tempat pemindai tersembunyi yang hanya dikenal para detektif. Setelah pemindaian, gerbang terbuka otomatis, mobil Reyna masuk, dan gerbang tertutup otomatis setelah mobilnya masuk sepenuhnya. Reyna memarkir mobilnya dan melihat beberapa kendaraan lain di sana; mobil Inspektur Jaxon, motor Noah, dan kendaraan lain milik detektif yang sudah datang untuk rapat siang ini, meski belum sepenuhnya detektif datang.
Ketika Reyna turun dari mobilnya, ia sudah disambut oleh Noah yang menunggu di depan mobilnya. Noah tersenyum lebar. Menyadari Arthur sedang tidak ada saat ini, ia mengambil kesempatan ini untuk bermanja-manja dengan Reyna. Biasanya, jika Arthur ada, ia tidak punya kesempatan untuk bermanja-manja dengan Reyna.
"Reynaku yang manis~ aku merindukanmu~," ucap Noah manja, berjalan ke arah Reyna dengan kedua tangan terbuka seolah meminta pelukan.
Reyna menghela napas, wajahnya datar. Ah, sikap manja ini lagi, pikir Reyna. Saat Noah sudah berada di depannya dan hendak memeluknya, Reyna mengangkat salah satu tangannya dan menempelkan telapak tangannya ke wajah Noah, mendorongnya mundur. Noah sedikit terhuyung mundur, bibirnya jadi cemberut, dan entah bagaimana ia bisa membuat mata besar yang terlihat memohon seperti mata anak anjing.
"Reyna~ kenapa kau bersikap seperti ini padaku~? Hatiku hancur~," ucap Noah dengan nada dramatis, membuat Reyna memutar matanya.
"Oh ya? Apakah hancurnya begitu parah?" tanya Reyna, ikut bermain drama.
Noah mengangguk cepat, "Ya, hancur lebur seperti bubur." Ia bahkan mengusap air mata yang bahkan tidak ada di pipinya.
"Oh, kasihan sekali~ Bisakah aku memperbaikinya kembali?" tanya Reyna.
"Ya, kau bisa. Kau cukup meletakkan tanganmu di sini…" Noah mengulurkan tangannya, meraih kedua tangan Reyna dan meletakkan tangan Reyna di dadanya. "Cukup letakkan tanganmu di dadaku selama mungkin dan hatiku akan kembali seperti semula," lanjut Noah, ingin Reyna merasakan detak jantungnya.
Reyna menganggap hal itu konyol. Ia menurunkan tangannya hingga ke pinggang Noah dan langsung menusuk pinggang Noah. Tahu Noah geli di tusuk di sana.