Mengisahkan tentang Ling Yi, seorang gadis desa yang mendadak kehilangan kebahagiaannya akibat suatu bencana tak terduga.
Bukan karena musibah, melainkan karena peristiwa kebakaran yang di sengaja oleh pasukan jahat dari suatu organisasi rahasia.
Di saat itu pula, Ling Yi juga menyadari bahwa ia memiliki suatu keistimewaan yang membuat dirinya kebal terhadap api.
Malam itu, kobaran api yang menyelimuti rumah mungilnya itu akhirnya menjadi saksi bisu tentang kepedihan, kesedihan, kemarahan, serta kebencian yang memuncak dalam tekadnya untuk membalaskan dendam.
"Tidak bisa aku maafkan! Penderitaan ini, aku pasti akan mengingatnya seumur hidupku!"
"Akibat ulah mereka, aku sampai harus kehilangan ibuku, ayahku, tempat tinggal, serta semua harta bendaku,"
"Aku bersumpah! Suatu hari nanti, aku pasti akan menghabisi mereka semua dengan apiku sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SSERAPHIC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belenggu Pengagum Rahasia
"A-apa? Yan Cheng! Tunggu-"
Happ
Dengan cepat, Xiao Feng berhasil meraih pergelangan tangan Ling Yi dan menghentikan langkah gadis itu yang hendak mengejar Yan Cheng.
Ling Yi pun tertegun di buatnya. Ia menoleh, dan beralih menatap tangannya sendiri yang sudah berada dalam genggaman Xiao Feng yang berdiri tepat di belakangnya.
"Tapi, Yan Cheng..."
Saat menoleh lagi ke arah Yan Cheng, pria itu ternyata sudah benar-benar menghilang dari hadapannya. Ling Yi pun menatap hampa ke ambang pintu.
"Ada apa dengannya?"
"Uhh?"
Brukkk
Tanpa basa-basi, tiba-tiba saja Xiao Feng menarik tubuh Ling Yi dan mendekapnya erat dalam pelukannya. Di peluknya pinggang ramping sang gadis, dan di sandarkannya kepalanya di pundak gadis itu.
Ling Yi pun sukses membelalakkan matanya sempurna, yang lagi-lagi di buat terkejut akibat perlakuan mendadak dari Xiao Feng.
"Biarkan dia beristirahat, Ling Yi. Tetaplah di sini dan temani aku, aku mohon," lirih Xiao Feng lembut dengan penuh harap.
"A-apa? Mereka berdua ini kenapa sih? Aneh sekali..." batin Ling Yi keheranan. "Tapi, kenapa jantungku malah berdegup sangat kencang? Aku juga nih! Sebenarnya ada apa sih sama diriku?"
Ling Yi hanya bisa mematung kebingungan dengan situasinya, gugup, juga cukup khawatir dengan detak jantungnya yang semakin kencang tak beraturan.
"Aduh... jangan deg-degan begini terus dong. Kalau nanti Xiao Feng dengar detak jantungku bagaimana?" batinnya dengan kedua pipi yang mulai merona bak kepiting rebus.
"Ada apa, Ling Yi? Tadi, Yan Cheng boleh memelukmu, kan? Kenapa hm? Apa aku tidak boleh memelukmu juga?" tanya Xiao Feng dengan nada sedih yang di sengaja, lantaran ingin bermanja dengan gadis pujaannya itu.
Bukannya iba, Ling Yi justru di buat cekikikan setelah mendengar perkataan pria itu yang sangat jauh di luar dugaannya. Rasa gugupnya pun seketika ikut mencair akibat tingkah dari pangeran satu itu yang seperti biasa begitu mudah untuk membuatnya merasa terhibur.
"Kenapa? Kenapa malah tertawa? Apa kamu tidak mau memelukku juga? Dasar pelit," gumam Xiao Feng menggerutu sembari memanyunkan bibirnya.
"Iya, iya, ya sudah. Kemarilah," sahut Ling Yi lembut setelah mengakhiri kekehannya.
Perlahan Ling Yi pun bergerak membujuk pria yang tengah manja itu dengan mengangkat kedua tangannya, mengalungkannya di leher Xiao Feng, lalu membalas pelukan dengan sama-sama erat.
Senyuman riang pun terukir di wajah tampan Xiao Feng, begitu pula Ling Yi yang ikut memejamkan matanya untuk sekedar mendiamkan dirinya dalam pelukan hangat itu.
----------------
Di sisi lain, Xiao Feng yang diam-diam bersandar di tembok luar ruangan itu, mendengar semua percakapan mereka dengan sangat jelas, dan ia pun dapat menebak apa yang telah terjadi di dalam sana walau tanpa melihatnya secara langsung.
Setelah benar-benar di rasa lelah, Yan Cheng pun melangkah pergi dengan wajah datarnya yang masih terlihat sendu. Kembali di susurinya lorong istana itu dengan tatapan kosong, sampai-sampai ia tak menyadari adanya seseorang di depan sana yang nyaris berpapasan dengannya.
"I-itu, itu dia!" celetuk Ning Ning dalam hatinya, mematung menatap Xiao Feng dari kejauhan. "Tapi, kenapa matanya sembab begitu? Apa dia habis menangis? Apa yang terjadi padanya?"
Pertanyaan demi pertanyaan pun mulai timbul dalam benak Ning Ning tanpa mendapat satupun jawaban yang pasti. Rasa putus rasa akhirnya mendadak hinggap di dalam sana tepat ketika Yan Cheng telah melewati dirinya begitu saja tanpa menatapnya.
"Bahkan kehadiranku pun tidak dapat di rasakan olehnya. Sudahlah. Sepertinya, memang lebih baik jika aku menyerah saja,"
----------------
Berbeda dengan Xiao Feng dan Ning Ning yang masih di landa kebimbangan dalam belenggu pengagum rahasia, di perpustakaan ini, hubungan sepasang muda-mudi justru terlihat semakin mekar merekah akibat satu buah pelukan hangat, di iringi oleh benih-benih perasaan dan ketulusan untuk satu sama lain yang saling merangkai indah di dalam hati mereka.
"Hei, mau sampai kapan begini terus?" tanya Ling Yi sembari terkekeh kecil, yang saat ini masih tetap terbungkus dalam pelukan Xiao Feng.
"Hm... entahlah. Bagaimana kalau, sampai besok pagi?" sahut Xiao Feng lamban dengan kedua matanya yang masih tertutup rapat.
"Haha... ada-ada saja sih kamu," sahut Ling Yi yang terkekeh geli.
Padahal jika boleh jujur, mendengarkan hembusan nafas Xiao Feng yang bersandar tepat di pundaknya, berada dalam posisi sedekat itu, benar-benar sukses membuat hati Ling Yi berbunga-bunga.
Namun, tak lama berselang, Ling Yi tiba-tiba di usik oleh rasa penasaran yang menghampiri dalam benaknya. Malu bertanya, namun nyaris tersiksa oleh rasa penasaran tersebut jika tidak secepatnya mendapatkan jawaban. Hal itulah yang akhirnya membuat Ling Yi rela memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Hm... ngomong-ngomong, k-kamu kenapa tiba-tiba seperti ini? Padahal, sebelumnya kan tidak pernah," tanya Ling Yi terbata-bata dengan polosnya.
"Seperti ini? Apa maksudnya, hm?" sahut Xiao Feng dengan suara beratnya yang lembut.
"I-itu, maksudku... k-kenapa kamu malah jadi... manja begini?"
"Haha..."
Xiao Feng spontan di buat tertawa gemas mendengar pertanyaan tersebut. Ia pun mengangkat kepalanya dan menatap mata Ling Yi untuk mengajak gadis itu menatapnya.
"Dasar tidak peka. Memangnya kenapa lagi hm? Tentu saja karena aku-" sambung Xiao Feng terpotong.
"Gawat! Hampir saja aku keceplosan," batin Xiao Feng, dengan mata terbelalak. "Ini bukan waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku padanya. Tidak! Aku tidak boleh mengacaukan situasinya sekarang,"
"Ada apa, Xiao Feng? Kamu, apa?" tanya Ling Yi.
"Ah, ti-tidak. Tidak ada. Maksudku, aku juga sedang lelah. Iya! Itu! Hehe..." sahut Xiao Feng terbata-bata lantaran terpaksa berbohong.
"O-ohh... begitu, ya? Hehe..." sahut Ling Yi yang ikut terkekeh canggung.
Kepahitan dari takdir yang berkata lain, pada akhirnya juga membuat Xiao Feng masih di paksa terbelenggu dalam peran sebagai seorang pengagum rahasia.
Namun untungnya Xiao Feng sadar, bahwa satu kesalahan kecil saja darinya akan mampu membuat hubungan persahabatan mereka rusak, dan ia sama sekali tidak ingin hal itu sampai terjadi. Oleh karena itu, ia pun hanya bisa pasrah dan menahan dulu perasaannya yang sesungguhnya untuk saat ini, sendirian.
"Dia kenapa, ya? Barusan itu, apa dia sedang berbohong? Tapi, apa yang sebenarnya dia sembunyikan dariku?" batin Ling Yi mengeluh, karena masih merasa kurang yakin dengan jawaban Xiao Feng.
"Ayo! Mengobrolnya sambil duduk saja, ya?" ucap Xiao Feng lembut.
Tak ingin membuat gadisnya semakin bingung, Xiao Feng pun meleraikan pelukannya dan menarik lembut tangan Ling Yi untuk kembali ke meja baca. Ling Yi pun hanya bisa menurut pasrah dan terpaksa mengabaikan rasa penasarannya untuk saat ini.
Akhirnya, kini mereka berdua pun kembali duduk berhadapan tepat di kursi yang telah mereka duduki sebelumnya.
"Hm... ngomong-ngomong, Ning Ning bilang kamu mencariku tadi. Apa itu benar?" ucap Xiao Feng yang dengan sengaja berinisiatif untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka
"Ohh... i-iya. Memangnya, kamu habis darimana saja? Apa benar kamu mengunjungi tenda pengungsian?"
🤗