Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Terbakar
"Uang apa, enak aja, kamu pikir aku ini Bapak mu." Jawab Nyonya Sera kedua tangan berpangku didada.
"Apa kamu bilang ?" Brian marah dia mencekik leher Nyonya Sera dengan kuat.
"Aku tidak suka menyakiti perempuan, lebih baik kasih uangnya sekarang, aku sudah tidak mau bekerja sama lagi denganmu, aku sudah muak." Sambung Brian lagi sembari mendorong Nyonya Sera hingga terjatuh.
Devan kemudian men jongkok didepan Nyonya Sera, mensejajarkan tubuhnya.
"Sekarang aku sudah dapat yang lebih muda dan bening, kamu tau siapa dia, dia Olivia, Anak kandungmu, dan asal kamu tau kami sudah menghabiskan malam bersama, dia sungguh nikmat." Ujar Brian lagi, kemudian bangkit, berjalan masuk kekamar Nyonya Sera.
Sedangkan Nyonya Sera tercengang dan perih mendengar perkataan Brian kalau saingan dirinya adalah Olivia Putri kandungnya.
Selain sakit hati, Nyonya Sera juga marah, dadanya sesak, Brian telah merusak Putrinya.
Baj*ngan kamu Brian, kamu tega merusak Anakku, aku benci kamu, pergi dari sini." Nyonya Sera menarik dan mencakar-cakar tubuh Brian yang sedang mencari uang di lemari.
Brian yang merasa tubuhnya kesakitan, dia mendorong tubuh Nyonya Sera dengan keras hingga tubuh Nyonya Sera terbentur dinding, namun tidak beruntung Nyonya Sera tidak apa-apa.
Brian tertawa karena sudah mendapatkan uan yang dia cari di lemari Nyonya Sera.
"Tank you," Ujar Brian mencium segepok uang ditangannya. Kemudian langsung pergi keluar dari kamar.
Nyonya Sera, segera berdiri, dan mengejar Brian yng sudah keluar dari kamar.
"Jangan ambil, kembalikan uang ku, kep*rat, baj*ngan, kembalikan uangku." Teriak Nyonya Sera mengejar Brian yang sudah masuk ke mobil.
Didalam mobil ternyata ada Olivia juga, hanya saja Olivia tidak turun dari mobil tadi, Olivia menunggu Brian dimobil.
"Mama kenapa Om ?" tanya Olivia karena melihat Mamanya berteriak mengejar Brian.
"Biasa, Mama kamu sudah gila, gak usah dipedulikan." Jawab Brian, segera menjalankan mobil.
Melihat mobil Brian sudah berjalan, Nyonya Sera juga segera masuk ke mobilnya, dia langsung mengejar mobil Brian.
"Om, sepertinya Mama mengejar kita," Ujar Olivia melihat kebelakang.
"Biarkan saja, dia marah karena tau kalau kita sudah bersama." Jawab Brian.
Mobil Brian sudah memasuki jalan raya yang padat kendaraan, mobil Nyonya Sera juga masih mengejar.
Hingga tiba di persimpangan Nyonya Sera tidak melihat ada mobil yang keluar dari persimpangan itu.
Nyonya Sera hilang kendali, akhirnya terjadilah tabrakan hebat.
"BRAAK, hantaman keras terjadi sehingga membuat mobil Nyonya Sera hancur dibagian depan.
"Om, berhenti, Mobil Mama bertabrakan." Ujar Olivia.
Brian langsung berhenti, keduanya turun dari mobil. "Om, cepat !" ajak Olivia langsung berlari menghampiri mobil Nyonya Sera.
Sesampainya disana, Olivia dan Brian melihat Nyonya Sera terjepit didalam mobil sudah tidak sadarkan diri.
"Mama," teriak Olivia saat melihat Mamanya, walaupun Olivia marah dan kecewa dengan Mamanya, tapi Olivia juga tidak akan tega melihat Mamanya dalam keadaan seperti sekarang ini.
Olivia sebenarnya sangat benci pada Mamanya, namun sejahat apapun, wanita itu tetap Mamanya, wanita itulah yang melahirkannya.
"Om, tolong, tolong keluarkan Mama, cepat panggil ambulance !" titah Olivia pada Brian yang hanya terdiam merenung.
Sepertinya Brian menyesal, tapi Brian tidak menyangka kalau terjadi seperti ini.
Olivia mencoba membuka pintu mobil, dia ingin segera mengeluarkan Mamanya, namun pintu mobil itu tidak bisa dibuka, karena depan mobil itu sudah hancur dan pintunya terjepit.
"Oliv, tenang, jangan sentuh apapun, kita tunggu ambulance dan polisi, kamu lihat asap didepan mobil, cepat menjauh !" Brian menarik Olivia menjauh dari mobil itu.
Olivia tetap bersikukuh ingin mengeluarkan Mamanya, namun Brian tetap memaksanya menjauh.
Brian berhasil menarik tubuh Olivia beberapa meter, namun tubuh keduanya terlempar tiba-tiba akibat ledakan mobil Sera.
"DHUUM." Mobil Nyonya Sera meledak dengan suara yang menggelegar.
Brian segera bangkit dari terjatuhnya, dia menggapai Olivia yang sudah tidak sadarkan diri.
"Oliv, bangun, buka matamu !" Brian memangku Olivia, menggoyang-goyangkan tubuh Olivia.
"Sadar, Oliv, buka matamu, jangan mati, jangan tinggalkan aku." Brian tidak tau lagi harus melakukan apa, dia saat ini hanya bisa menggoyang-goyangkan tubuh Olivia agar Olivia membuka mata.
Tidak lama kemudian, mobil ambulance dan polisi tiba disana, satu ambulance mengevakuasi pemilik mobil yang satu lagi, Olivia juga di bawa kerumah sakit.
Sedangkan Mobil Sera harus dipadamkan dulu apinya, setelah itu baru bisa di evakuasi.
Melihat mobil terbakar seperti itu, polisi dan pihak rumah sakit bisa memastikan, kalau Nyonya Sera tidak hidup lagi.
Setelah apinya berhasil dipadamkan oleh pemadam yang dipanggil oleh anggota polisi tadi.
Pihak rumah sakit dan anggota polisi mengeluarkan mayat Nyonya Sera yang sudah hangus sehingga wajahnya tidak dapat dikenali lagi.
Tidak butuh waktu lama, jenazah Nyonya Sera tiba dirumah sakit, dimana Olivia yang sudah sadar, dan sekarang sedang melihat jenazah Nyonya Sera bersama Brian.
Olivia menangis, dia sedih walaupun benci pada Mamanya itu, namun dia tetap sedih karena, wanita itulah yang melahirkan dan membesarkannya.
"Jangan menangis lagi, dia sudah tiada, lebih baik kita urus pemakamannya." Ujar Brian, lembut, sepertinya Brian lupa dengan sifat kerasnya, entah karena menyesal, atau karena Olivia.
Olivia mengangguk didalam pelukan Brian. Om tidak akan meninggalkan ku 'kan ?" Olivia takut tidak ada orang yang menemani dirinya, Olivia gadis manja, tidak mandiri, tidak seperti Cindy, Olivia tidak bisa hidup jika tanpa uang banyak.
"Kamu duduk disini dulu, Om akan mengurus kepulangan jenazah Sera, biar secepatnya kita makamkan." Ujar Brian mengiring Cindy duduk dikursi tunggu.
"Pak Brian, jenazah istri anda sudah bisa dipulangkan, dan kami akan mengurus peristiwa ini, mencari tau lebih lanjut penyebab kecelakaan." Ujar Polisi yang menangani kecelakaan Nyonya Sera.
Brian sedikit takut, mendengar polisi mengatakan akan mencari tau penyebab kecelakaan Nyonya Sera.
Brian berpikir keras, bagai mana dia mengatakan pada polisi kalau kasus ini tidak perlu diperpanjang, karena dia takut kalau polisi tau dialah penyebab kecelakaan Nyonya Sera, sudah pasti dia akan di penjara.
"Gawat, aku bisa dipenjara, kalau mereka tau akulah penyebab kecelakaan itu." Gumam Brian.
"Begini Pak polisi, peristiwa ini tidak usah dilanjuti, aku selalu suami korban tidak menuntut dan tidak memperpanjang, aku dan Anakku sudah ikhlas, bagaimanapun ini sudah takdir tuhan." Ujar Brian sok bijak, padahal hanya takut dipenjara.
Polisi pun setuju, karena ini permintaan keluarga korban.
Ditempat lain, Devan dan Cindy, tiba tempat yang dijanjikan dengan Andi.
"Sayang, kamu tunggu disini sebentar ya, aku ingin bertemu teman sebentar, kamu mau 'kan ?" Devan bukan tidak mau Cindy ikut, tapi Devan tidak mau Cindy mendengarkan pembicaraannya nanti dengan Andi.
Cindy mengangguk, dia setuju aja, tidak membantah. Cindy duduk digerai, berbekal uang 50 ribu yang diberikan oleh Buk Zahra, dia memesan minum.
Sedangkan Devan menemui Andi yang sudah menunggunya. Devan melihat punggung Andi yang membelakanginya, dia mendekat dan menepuk pundak Andi.
Bersambung.
Seperti permintaan pembaca setia ku, haru ini Doble up, jangan lupa like, coment, vote, agar author semangat menulis. Terimakasih.
Semoga cindy cepat ketemu