Kisah reinkarnasi dari seorang putri mafia yang meninggal akibat di bunuh musuh ayahnya membawanya ke jaman dinasti Hong dan menjadikannya pengantin wanita untuk seorang pangeran tampan.
Putri Liu Lie Han adalah pemilik asli tubuh yang di pakai Lisa di kehidupan barunya,kematian tragis yang menimpa putri Lie mengharuskan Lisa membalas dendam pada orang yang menindas pemilik tubuh dan akan di teruskan dengan senang hati oleh Lisa sang putri mafia.
Keahlian dan kecantikannya banyak menjadi sorotan di semua kalangan hingga menyebabkan pangeran Ji Jun Xiao gelisah di buatnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Raja Hun duduk di ruang bacanya seorang diri, ia sedang menanti pengawal yang di tugaskan untuk mencari informasi mengenai wanita yang selalu ia pikirkan hingga membuatnya hampir gila karena selalu terbayang akan kecantikan dan keindahan tariannya.
Hingga pada akhirnya orang yang di tunggu-tunggu hadir di hadapannya dan ia berharap akan mendapatkan informasi yang memuaskan.
"Bagaimana?" tanyanya langsung
"Salam Yang Mulia Raja, saya sudah mendapatkan semua yang anda inginkan" jawab pengawalnya
"Katakan semuanya" pintanya
"Wanita itu bernama Putri Lie Han, dia merupakan putri tertua dari Jendral Han dan juga seorang Permaisuri dari Pangeran Jun. Dulu Permaisuri Jun menggunakan penutup wajah dengan alasan menutupi kecantikannya, dan kemarin ada seorang pengawal yang datang dari kediaman Jendral Han untuk mengundang mereka ke acara ulang tahun putri bungsu mereka" jelas pengawal itu.
"Kapan mereka akan pergi ke kediaman Jendral Han?" tanya Raja Hun lagi
"Menurut perkiraan saya mereka akan pergi pagi ini karena acara akan di adakan besok, sedangkan perjalanan dari kediaman Pangeran Jun menuju ke kediaman Jendral Han butuh waktu satu hari penuh jadi bisa di pastikan sore hari baru akan tiba" ucapnya lagi.
Raja Hun tersenyum miring karena ia sudah menyusun rencana untuk mendapatkan wanita pujaannya tanpa harus melibatkan negaranya untuk saat ini.
"Kerahkan prajurit terbaik, kepung mereka di pertengahan jalan dan pastikan wanitaku tidak kurang walau hanya seujung rambut" titahnya tajam
"Baik Yang Mulia Raja perintah akan di lakukan" pengawal itu pergi untuk membawa teman-temannya yang lain untuk mendapatkan keinginan besar tuan mereka.
Sementara rombongan Pangeran Jun sedang beristirahat di salah satu tempat makan di desa yang mereka lewati. Tempat makan itu tidak terlalu besar jadi ketika di masuki rombongan Pangeran Jun maka tempat makan tersebut langsung penuh.
"Kamu mau makan apa sweetyy?" tanya Pangeran Jun lembut
"Semua yang enak" jawab Putri Lie santai
"Siapkan semua menu terenak yang ada di sini dan layani juga mereka dengan baik" kata Pangeran Jun menunjuk para pengawal dan pelayannya
"Baik Yang Mulia Pangeran akan kami layani semuanya dengan baik" ucap si pemilik tempat dengan ramah yang merupakan seorang pria paruh baya.
Setelah kepergian pria paruh baya itu, Putri Lie langsung bermanja pada sang suami yang berada tepat di sampingnya.
"Honey, bagaimana kondisi di daerah Selatan apa sangat parah?" tanya Putri Lie panasaran
"Tentu swetyy keadaan di sana sangat memprihatinkan, keringnya sudah menyebabkan tanah retak banyak tumbuhan mati dan air juga sulit di dapatkan" jelas Pangeran Jun menggenggam tangan Putri Lie
"Berapa lama perjalanan ke sana? tanyanya lagi
"Dua hari perjalanan, kenapa kamu tidak mau ikut?" kata Pangeran Jun
"Aku akan selalu menemani kamu honey, kita hadapi segalanya bersama" ucap Putri Lie tersenyum manis
"Tentu istriku sayang, sweetyynya aku" Pangeran Jun mencubit pelan pipi Putri Lie dan saling senyum.
Pangeran Jun dan Putri Lie makan bersama dengan sesekali saling menggoda dengan candaan atau saling menyuapi makanan. Mereka terlihat sangat mesra dan romantis bahkan mereka sampai lupa jika di tempat itu tidak hanya mereka berdua saja, tetapi banyak pengawal dan pelayan yang memperhatikan, bahkan pekerja tempat tersebut tidak luput dari melihat ke mesraan mereka.
"Tadi pagi ayahnya sekarang anaknya, jika ada yang mengganggu pasti akan mendapat wajah kesal dan dingin mereka" gumam Jie yang dapat di dengar Nam
"Apa maksudmu Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Pangeran, wah jika Yang Mulia Pangeran mendengar ucapanmu aku yakin kau akan di tendang" bisik Nam
"Diamlah jika kau buka mulut aku jahit mulutmu" gertak Jie.
"Gertakanmu tidak berlaku untukku tuan jahit" kekeh Nam
"Siapa yang kau sebut tuan jahit" kesal Jie
"Tentu saja kau, bukankah kau baru saja ganti pekerjaan jadi tukang jahit" Nam menaik turunkan alisnya
"Kapan aku jadi tukang jahit? jangan asal bicara kau" ucap Jie
"Bukankah tadi kau bilang ingin menjahit mulutku, itu artinya kau sudah jadi tukang jahit" tawa Nam pecah ketika melihat wajah Jie yang semakin kesal karena ucapannya.
Mendengar suara tawa seseorang yang sangat menggelegar, Putri Lie dan Pangeran Jun mengalihkan pandangan pada sumber suara yang berasal dari belakang mereka karena posisi meja Pangeran Jun di tengah antara pengawal dan pelayannya.
"Ada apa Nam, apa yang lucu?" tanya Putri Jun penasaran, Nam langsung menghentikan tawanya ketika mendengar suara lembut memanggil namanya.
"Tidak ada Permaisuri tadi tiba-tiba ada seekor cicak yang kesal dan itu sangat meggelikan" jawab Nam melirik Jie
"Benarkah, dimana cicaknya?" antusias Putri Lie yang membuat Nam semakin tersenyum jahil melirik Jie
"Tidak ada cicaknya Permaisuri, tadi aku menggelitiknya itu sebabnya dia tertawa" ucap Jie berusaha menormalkan suara kesalnya.
"Sudah lanjutkan makan kalian, sebentar lagi kita lanjutkan perjalanan" lerai Pangeran Jun karena melihat istrinya yang nampak cemberut karena di bohongi kedua pengawal itu.
"Seetyy, ayo habiskan makanannya sedikit lagi" kata Pangeran Jun menyodorkan potongan ikan milik Putri Lie dengan tangannya, senyum Putri Lie terbit melihat kelembutan dan perhatian suaminya.
Akhirnya mereka selesai makan dan setelah beberapa saat kemudian rombongan itu melanjutkan perjalanan setelah Jie membayar semua makanan mereka. Putri Lie yang sudah bosan duduk di dalam kereta kuda mulai merasa tidak nyaman dan bergerak gelisah.
"kenapa hm?" tanya Pangeran Jun heran karena istri cantiknya itu tidak mau diam sejak perjalan di mulai
"Bosan, bokongku juga mulai sakit" keluh Putri Lie
"Kemarilah sweetyy, katakan saja apa keinginanmu" ucap Pangeran Jun yang sebenarnya tahu jika ada yang di inginkan istrinya.
Putri Lie tersenyum manis mendengar ucapan suaminya yang sangat peka terhadap keinginannya itu.
"Mau naik kuda" kata Putri Lie dengan wajah imutnya
"Untuk saat ini jangan dulu ya, berbahaya" ucap Pangeran Jun lembut dan hati-hati agar Putri Lie tidak marah
"Bahaya kenapa? ada sesuatu yang akan terjadi!" tanya Putri Lie penasaran
"Aku juga tidak tahu pasti, tapi yang jelas akan lebih aman untuk kamu tetap di dalam kereta denganku" jawab Pangeran Jun, ia tidak ingin mengatakan sesuatu yang akan membuat istrinya takut.
"Baiklah, tapi sebagai gantinya kamu harus memelukku terus ya" seru Putri Lie
"Dengan senang hati Permaisuriku" Pangeran Jun memeluk Putri Lie erat dan mengelus lembut punggung istrinya agar merasa nyaman dan sesekali mengecup puncak kepalanya dengan hangat.
Ketika mereka sudah melewati perkampungan dan masuk daerah yang sunyi, tiba-tiba segerombolan orang-orang berbaju aba-abu dengan menutup wajah muncul dan menghadang perjalanan mereka.
Pelayan yang kaget dengan kedatangan mereka langsung berteriak dan itu menyebabkan Putri Lie yang sudah akan tertidur jadi terbangun karena suara yang sangat ribut itu. Pangeran Jun semakin mengeratkan pelukannya pada Putri Lie karena ia tidak ingin istrinya melihat apa yang akan terjadi di luar.
"Jangan bergerak istriku tetaplah begini dan tenanglah" bisik Pangeran Jun saat merasakan pegerakan Putri Lie
"Aku ingin lihat" Putri Lie mendongakkan kepalanya menatap wajah sang suami
"Tidak ada yang menarik di luar, tidurlah lagi ya jangan hiraukan mereka" bujuk Pangeran Jun
"Baiklah tapi kalau ada apa-apa jangan bertindak gegabah ya" ucap Putri Lie mengalah karena tidak ingin semakin menambah kesulitan sang suami.
Pangeran Jun membuka sedikit kain penutup di kereta tersebut untuk melihat situasi di luar dan terlihatlah orang-orang yang sedang menghadang mereka mulai menyerang setelah adu argumen pada pengawalnya. Sedangkan Jei, Jie, Tei dan Nam sudah siaga menjaga di dekat kereta kuda untuk melindungi tuan mereka, namun tetap mengawasi gerak gerik musuh yang bertaeung dengan pengawal handal mereka.