Kultivator Pengembara

​Beberapa hari berlalu. Jian Feng telah menstabilkan kondisinya dan merasa Qi Petirnya berdenyut lebih kuat. Uang hasil penyewaan kamar murah itu mulai menipis, dan Petir Kecil terus menuntut ‘bayaran’. Jian Feng tahu, ia harus segera bekerja.

​Ia memutuskan untuk pergi ke Serikat Pengawal di Kota Batas Awan. Itu adalah tempat terbaik bagi kultivator tanpa sekte untuk mendapatkan penghasilan.

​Ketika di perjalanan, Lin Xue mulai batuk-batuk kecil. "Uhuk! Uhuk!"

​Jian Feng berhenti berjalan dan merasa khawatir. Ia membalikkan tubuh Lin Xue di gendongannya agar bisa melihat wajahnya.

​"Apa kita istirahat saja ya? Akhir-akhir ini kau lebih sering batuk." kata Jian Feng, matanya menunjukkan ketakutan. Ia takut lukanya terbuka lagi atau gadis itu sakit karena cuaca.

​Lin Xue menggeleng, berusaha tersenyum. "Tidak mau. Aku baik-baik saja, Jian Feng. Mungkin hanya karena debu." Wajahnya lebih pucat dari biasanya, dan matanya tampak lesu.

​Pada akhirnya, Jian Feng tetap melanjutkan langkahnya. Ia butuh uang untuk obat dan tempat tinggal yang lebih baik. Jika Lin Xue sakit seperti ini, gadis itu lebih banyak diam. Dan entah kenapa, keheningan Lin Xue terasa seperti hal yang buruk bagi Jian Feng. Ia lebih suka mendengar omelannya.

​Sesampainya di Serikat Pengawal, Jian Feng—yang menyembunyikan aura kultivasi aslinya—bertanya kepada pekerja di sana tentang pekerjaan mengawal. Melihat fisik Jian Feng yang kekar dan aura yang stabil, ia langsung direkomendasikan untuk mengawal seorang pedagang kaya.

​Pekerjaannya adalah mengawal karavan barang langka dengan bayaran yang fantastis: tiga koin emas.

​Tanpa pikir panjang, Jian Feng mengambil pekerjaan itu.

​Setelah menunggu sebentar, ia bertemu dengan majikannya, seorang pedagang gendut berkepala botak yang dipanggil Zoq.

​"Jadi kau yang akan mengawal ku. Aku terima!" Zoq entah kenapa langsung menerima tanpa memeriksa kemampuan Jian Feng lebih lanjut.

​Zoq menjelaskan semuanya: barang yang akan diantar (karavan berisi 'barang langka'), dan jalan mana yang akan mereka lalui.

​"Kau harus hati-hati dalam mengantarkan karavan berisi barang langka itu." kata Zoq dengan senyum lebar yang terlihat palsu. "Jadi, ayo pergi!"

​Sebenarnya, Jian Feng mulai merasa curiga dengan Zoq. Pertama, bayarannya yang terlalu mahal untuk mengawal satu karavan kecil. Kedua, gerak-geriknya yang tampak aneh dan berlebihan, seolah dia berusaha menyembunyikan sesuatu. Namun, kebutuhan akan uang menutup mata Jian Feng dari naluri bahayanya.

​Pada akhirnya, Jian Feng mulai melaksanakan pekerjaannya, berjalan di samping gerobak kuda Zoq, sambil menggendong Lin Xue yang terus diam.

​"Lin Xue, lapar tidak?" tanya Jian Feng, mencoba memecah keheningan. Lin Xue hanya menggeleng, tampak lesu dan lemas.

​Zoq menjelaskan bahwa mereka akan melewati pegunungan berbahaya yang dihuni oleh bandit gunung yang terkenal bengis dan jahat.

​Jian Feng semakin curiga ketika perjalanan terus berlanjut. "Kenapa dia hanya merekrut aku seorang ya? Seharusnya jika dia tahu gunung ini berbahaya, dia menyewa pengawal lebih banyak."

​Baru saja ia berkata seperti itu dalam hati, puluhan bandit gunung tiba-tiba mencegat di depan. Mereka berjumlah sekitar dua puluh orang, semua terlihat beringas dan membawa senjata tajam.

​"Berhenti! Jika kalian ingin melanjutkan perjalanan, berikan barang berharga kalian!" teriak pemimpin bandit.

​Jian Feng melihat ke depan dan melihat Zoq tampak tenang. Pedagang gendut itu tersenyum lebar ke arah para bandit.

​"Tenang saja, aku sudah menyiapkan seperti biasanya. Bahkan sekarang ada dua orang, dan satunya seorang perempuan yang sedang sakit!" Zoq tertawa terbahak-bahak.

​Benar saja, ini adalah jebakan! Zoq adalah umpan untuk bandit, dan Jian Feng hanyalah pengawal bodoh yang dijual untuk memastikan keamanan barang langka itu.

​Zoq dengan santai terus melajukan kereta kuda, melewati para bandit seolah-olah mereka adalah teman lama, dan membiarkan Jian Feng berhadapan dengan puluhan bandit gunung tersebut sendirian.

​Melihat pengkhianatan itu, amarah dingin Jian Feng meledak. Ia sudah lelah dikejar-kejar, dipermainkan, dan dikhianati!

​***

​DI ALAM BAWAH SADAR JIAN FENG:

​Seringai mengerikan terukir di wajah Feng, sisi gelap Jian Feng. Rantai baja yang mengikatnya bergetar hebat karena gelombang emosi amarah yang dilepaskan Jian Feng.

​"HAHAHA! AKAN AKU AMBIL ALIH MASALAH INI UNTUKMU, JIAN FENG! KAU TERLALU LEMAH UNTUK INI!" teriak Feng.

​Dengan teriakan kegembiraan, Feng berhasil merusak satu rantai utama, dan kegilaan itu menggantikan kesadaran Jian Feng.

​Sikap Jian Feng berubah drastis. Matanya yang gelap kini berubah menjadi merah darah. Senyum keji muncul di wajahnya.

​"HAHAHA! WAKTUNYA PEMBANTAIAN!"

​Feng—menggunakan tubuh Jian Feng—mengeluarkan Tombak Petir, yang materialisasinya jauh lebih besar dan mengerikan dari biasanya, lalu melesat dengan kecepatan tinggi. Ia menusuk setiap bandit yang menghalanginya, tidak memberi mereka waktu untuk bereaksi.

​"HAHAHA! BUNUH! BUNUH! BUNUH!"

​Tidak ada satupun bandit gunung yang ia biarkan hidup. Semuanya ia bunuh dengan keji, membiarkan darah dan organ mereka berserakan di tanah.

​Lin Xue, yang berada di punggungnya, terkejut setengah mati oleh perubahan aura dan kegilaan yang memancar dari suaminya.

​"J-Jian... A-ada apa denganmu?" Lin Xue memanggil, suaranya dipenuhi rasa takut.

​Feng menoleh ke arah Lin Xue, senyum kejamnya berubah sedikit lebih lembut, berusaha menenangkannya. "Tenang saja, Lin Xue. Aku hanya membersihkan kotoran yang menghalangi jalan saja. Jangan lihat kotoran itu."

​Kemudian, ia melanjutkan pembantaian sepihaknya. Teriakan ketakutan para bandit tidak menghentikannya. Lin Xue menutup mata, menyembunyikan wajahnya di bahu Jian Feng, tidak kuat melihat kekejaman itu semua.

​"AKAN AKU MUSNAHKAN SEMUA BANDIT DI SINI, HAHAHAHA!" raung Feng dengan suara yang membuat gunung bergetar.