NovelToon NovelToon
Satu Atap Dua Rumah

Satu Atap Dua Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan rahasia / Wanita Karir / Keluarga / Poligami / CEO / Selingkuh
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Zara adalah gambaran istri idaman. Ia menghadapi keseharian dengan sikap tenang, mengurus rumah, dan menunggu kepulangan suaminya, Erick, yang dikenal sibuk dan sangat jarang berada di rumah.

Orang-orang di sekitar Zara kasihan dan menghujat Erick sebagai suami buruk yang tidak berperasaan karena perlakuannya terhadap Zara. Mereka heran mengapa Zara tidak pernah marah atau menuntut perhatian, seakan-akan ia menikmati ketidakpedulian suaminya.

Bahkan, Zara hanya tersenyum menanggapi gosip jika suaminya selingkuh. Ia tetap baik, tenang, dan tidak terusik. Karena dibalik itu, sesungguhnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Emily Yang Kelimpungan

Emily datang ke kantor, menegakkan kepala. Entah kabar dia ditalak sudah merebak atau belum, yang penting dia harus terlihat sepertinya Emily biasanya. Berwibawa, cantik, cerdas, dan anggun ( menurut dirinya sendiri). Yang tidak goyah dengan apapun, termasuk cinta.

Emily memanggil asistennya.

"Siapkan semua materi untuk meeting hari ini. Cepat dan sempurna," perintah Emily.

Kemudian ada satu instruksi tambahan. "Jika Erick datang dan mengantar dokumen apa pun, kau yang terima. Jangan biarkan dia bertemu denganku. Kau terima, dan kau bawa langsung padaku. Begitu juga dengan semua penjelasan rinciannya. Kau yang handle dia tanpa harus aku bertemu dengannya."

Asistennya mengangguk patuh. "Baik, Bu Emily. Saya mengerti."

Emily tersenyum tipis merasa puas. Dengan cara ini, ia bisa menjaga harga dirinya, menghindari kontak mata yang tidak perlu dengan pria yang kini ia anggap sebagai pecundang.

Setelah meeting yang berjalan lancar, Emily kembali ke ruangannya. Kini saatnya beralih ke tugas rutin berikutnya yaitu memeriksa hasil laporan penting yang seharusnya sudah diselesaikan oleh Erick. Laporan yang notabene adalah bagian dari tanggung jawab Emily di perusahaan ayahnya, tetapi selalu rampung di tangan Erick.

"Mana dokumen dari Erick?" pinta Emily, mengulurkan tangan tanpa menoleh.

Sang asisten yang baru saja masuk, tampak sedikit canggung. "Maaf, Bu. Sejak pagi tadi, Pak Erick tidak datang ke kantor."

Jantung Emily mencelos. Ini sungguh tidak seperti biasanya. Erick adalah orang yang profesional, ia selalu menunaikan tugasnya, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun.

"Tidak datang? Kenapa? Tidak ada kabar?" desak Emily.

"Tidak ada, Bu. Saya coba hubungi, tetapi nomornya tidak aktif. Staf lain juga tidak tahu," jawab asisten itu jujur.

Waktu deadline untuk laporan itu semakin sempit. Mau tidak mau, Emily harus mengerjakannya sendiri.

Ini adalah bencana. Laporan teknis bukanlah keahliannya. Ia terbiasa memberikan instruksi garis besar dan tahu bahwa Erick akan menyulapnya menjadi mahakarya. Sekarang, ia harus berhadapan dengan angka, data, dan rincian yang rumit.

Dengan gerutuan yang tidak terhitung, Emily mulai mengerjakan laporannya. Hasilnya jelas jauh dari kata maksimal. Emosi dan kejengkelan membuatnya bekerja serampangan. Mulut dan hatinya tak henti-hentinya mengumpat nama Erick.

Awas saja kalau kau sudah datang ke kantor! Bisa-bisanya dia mangkir bekerja begini! Kenapa laki-laki pecundang itu tak datang ke kantor?! Dia Takut sama aku, hah?!

Emily menyeringai penuh rencana. Rencana yang sebenarnya masih omong kosong dan tekad yang tidak terarah. Ia hanya ingin membalas dendam pada siapa pun yang berani mengganggu ketenangan dan harga dirinya. Tapi percayalah, rencana-rencana Emily hanya tinggal kenangan.

Keesokan harinya, laporan yang dikerjakan Emily sendiri itu sampai ke meja Hartono, sang ayah. Reaksi Hartono adalah omelan.

"Laporan apa ini, Emily? Ini absurd sekali. Angka-angka ini tidak masuk akal, dan analisanya dangkal. Kau tahu betapa pentingnya proyek ini?!" semprot Hartono, wajahnya memerah menahan kekecewaan.

"Tapi, Pak, ini karena Erick. Dia tidak datang ke kantor. Laporan ini seharusnya dia yang kerjakan. Aku terpaksa melakukannya sendiri, dan ini bukan di bidangku." Emily beralasan.

Namun Hartono langsung menepis pembelaan itu dengan dingin.

"Omong kosong. Ini murni kesalahanmu, Emily! Berapa kali Papa katakan, kau harus belajar memahami setiap tanggung jawabmu! Kau tidak mau repot, kau selalu mengandalkan Erick untuk semua hal, dan kau tidak pernah mau belajar. Ini tugasmu, Emily."

Pernyataan Hartono terasa seperti tamparan keras di wajah Emily. Itu benar. Ia terlalu bergantung pada Erick. Bukan sebagai rekan kerja, tapi sebagai penanggung jawab bayangan atas pekerjaannya. Kemarahannya yang tadinya diarahkan pada Hartono, kini berbalik semakin besar menuju Erick.

"Ah, sialan Erick! Berani-beraninya dia membuatku dimarahi Papa."

Napas Emily memburu karena kesal, ia ingin segera bertemu Erick dan memaki-maki pria itu habis-habisan. Tetapi, menunggu terasa terlalu lama. Harga diri Emily yang baru saja terkoyak oleh kemarahan ayahnya, kini dirobek lebih dalam lagi hanya untuk menghubungi Erick duluan.

Ia meraih ponselnya, mengetik pesan, lalu memutuskan untuk langsung menelepon. Ia ingin mendengar suara Erick yang bergetar penuh penyesalan.

Tetapi, yang ia dapatkan hanyalah suara operator yang mengatakan: Nomor yang Anda tuju tidak aktif.

Sialan. Gengsi yang sudah ia korbankan sia-sia. Keesokan harinya pun, Erick kembali absen. Dan hari-hari berikutnya pun sama.

Ketidakhadiran Erick yang berkepanjangan ini mulai menimbulkan kegelisahan bagi Emily. Awalnya ia marah, kemudian jengkel, dan kini muncul rasa penasaran.

Kenapa Erick pergi? Dan yang lebih penting, siapa yang akan mengerjakan pekerjaannya sekarang?

Emily akhirnya menyuruh asistennya untuk bergerak cepat. "Cari tahu, Erick kemana. Cari tahu alasan dia tidak masuk. Hubungi keluarganya, hubungi siapapun. Aku harus tahu," perintahnya.

Tanpa Erick, pekerjaan Emily benar-benar terbengkalai. Ia baru menyadari, betapa selama ini dirinya hanya berdiri di atas fondasi yang dibuat dan dijaga oleh orang lain.

...***...

Di satu sisi, beban pekerjaan yang diemban Erick terasa kian menumpuk. Ia adalah seorang profesional yang memikul tanggung jawab besar, namun yang mengagumkan, ia masih mampu mengendalikan semuanya dengan cekatan. Bahkan di tengah kesibukan yang luar biasa, fokusnya tidak terlepas dari masalah yang menyangkut Darren.

Bagi Erick, urusan Darren ini adalah bagian dari komitmennya yang tersisa, suatu ikatan moral yang harus diselesaikan sebelum ia benar-benar bisa melepaskan diri dari jabatannya, dan yang lebih penting, dari segala hal yang berhubungan dengan keluarga Hartono. Dia bertekad membereskan semua jejaknya agar bisa melangkah pergi dengan hati yang tenang, bebas dari segala keterikatan masa lalu.

Di tengah upayanya menyeimbangkan segalanya, sebuah laporan mendadak masuk dari mata-matanya. Pesan itu mengatakan bahwa Emily pergi membawa mobil sendirian.

Awalnya, Erick hanya merespons santai. Oh, gumamnya, lalu meletakkan kembali ponselnya. Otaknya yang lelah mungkin tidak langsung memproses informasi tersebut sebagai sesuatu yang genting.

Namun hanya dalam hitungan detik, ia langsung eling. Emily mengendarai mobil sendiri, itu BUKANLAH hal yang normal. Erick langsung buru-buru pergi.

.

.

Bersambung.

1
tinie
Erza ,🥺🥺🥺🥺
Zenun: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
total 1 replies
tinie
dikabulkan, semua itu karna Emily
jadi pikiran Erick gak tenang saat diperjalanan
Zenun: Bisa jadi
total 1 replies
Dewi Payang off
Erza... kasian banget kamu nak😭
Zenun: 🥺🥺🥺🥺🥺
total 1 replies
tinie
jahat kau mas ,kenapa kenapa kau tega tinggalkan akuuh 🥺🥺🥺🥺
kalea rizuky
kok jd Emily jangan2 kecelakaan bareng Emily apa gmna
Zenun: Kecelakaan nya sebelum nyampe tempat Emily kak. Emily dapat kabar dari asistennya kalau Erick kecelakaan dalam perjalanan, lalu dia yang tadinya pura-pura lemah diatas tempat tidur karena tadinya mau dikunjungi Erick, langsung pergi ke RS.
total 1 replies
kalea rizuky
lahh kok sad sih
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
zenuuunnnnn bimin senewen ajah
@$~~~tINy-pOnY~~~$@: jangan berat2 zenun konfliknya nanti. otak udah mumet ini di real life 🤭🤭
total 10 replies
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
udah kayak barter barang aja
Zenun: iya makanya secara medis dan hukum tidak diperbolehkan
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/ ka Zenun jahattttt/Sob//Sob//Sob//Sob/
〈⎳ FT. Zira: hayokkk... demo kitaaa... /Sob//Sob//Sob/
total 3 replies
〈⎳ FT. Zira
🥲🥲🥹🥹🥹
〈⎳ FT. Zira
hwakkkk/Sob//Sob//Sob//Sob/...
kaa.. jngan sampai metong lahhh...gak rela.. masa Em yg menang.. meski habis ini Em pasti nyesel seumur hidup, tapi masa Erick/Sob//Sob//Sob/
Zenun: 🥺🥺🥺🥺 kakak ingat Nihaya, aku jadi ingat sembara yang belum di rilis juga😁
total 3 replies
Dewi Payang off
Kata Erick, bukan salah siapa-siapa... sudah saatnya berpulang..... bila.ada.keajaiban.... itu karena kasih karunia Tuhan....
@$~~~tINy-pOnY~~~$@: amin tor
total 10 replies
Dede Dedeh
beneran meninggal thor?
Zenun: Iya kak🥺
total 1 replies
MULIANA
lah Mila /Facepalm//Facepalm/
MULIANA
Dan Zara bukan perempuan bodoh yg akan terbakar api cemburu
MULIANA
iya, karena hanya erick yg sabar menerima kegilaan mu
tinie
kira kira aku bisa gak sih seperti zahra😔😔
murah hati gak pelit, bicaranya kalem🤔🤔
kapan gitu bahkan dalam mimpi pun keyaknya belum pernah Dateng jadi baik🤣🤣🤣
tinie
wah kalo Zahra yg bales kira kira dikasih gak ya🤣🤣🤣
Zahra kan gak tegaan, jika bisa melihat orang lain bahagia kenapa gak diberikan aja🤔🤔🤔
sungguh tipe wanita seperti itu
MULIANA
dihhh, aku mau muntahhh /Puke//Puke/
MULIANA: Wah, makasih karena udah di khawatirkan. Tapi, ya begitu. Disini jaringannya susah sekali
total 4 replies
MULIANA
mulai si betina cari alasan /Shy/
Zenun: hihihihi
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!