Penderitaan yang dialami Hana selama ini kini terbalas melalui Seorang perempuan yang dibawah oleh Suaminya untuk dijadikan Madu untuknya.
Dia tidak pernah menyangka Hidupnya akan berbeda dan Terlindungi oleh Madu yang dianggap sebagai saingan dan juga penderitaan.
Madunya Tidak hanya menjadi pelindung Tapi juga Bisa mengembalikan segala Yang dia miliki yang selama ini gdi kuasai suami dan juga keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Anita menatap berang sang anak, anaknya ini malah memikirkan hal seperti itu disaat mereka sedang terjepit dan ketakutan karena masalah ini.
"Diam Aini, kita sedang dalam masalah, jika kamu masuk kuliah, otomatis polisi akan menemukan kita, ibu yakin Kayya pasti akan kerumah sakit untuk visum dan melaporkan kita ke polisi, jika kamu kekampus sana, dia akan menemukan kamu dan menyeret kamu ke polisi dan otomatis mereka tahu keberadaan kita, kamu mau mau itu, ha". Hardik dan bentaknya dengan keras.
Dia sangat marah melihat tingkah anaknya ini, mereka kabur untuk melindungi diri malah anaknya mau menampakkan dirinya, itu sama saja dengan bohong karena mereka akan tetap tertangkap.
Aini yang dibentak seperti itu oleh ibunya hanya bisa menunduk, dia lupa jika mereka sedang kabur karena takut ditangkap polisi tapi dia malah ingin menampakkan diri.
"Aku ambil cuti kuliah saja bu, aku tidak mau keluar dari kampus, aku sudah payah masuk kesana, aku akan masuk kuliah lagi jika keadaannya sudah aman, aku tidak mau berhenti kuliah". Cicitnya menahan tangis.
Dia tidak pernah dibentak keras seperti itu oleh ibunya, dia selalu menjadi kesayangan ibunya dan itu rasanya sakit sekali.
"Sudahlah, ayo kita pergi, nanti saja kuliahmu kita bahas, untuk sementara kita harus pergi sejauh mungkin dan masalah kakakmu, kita jangan jenguk dulu, dia berada di kantor polisi, ibu yakin jika laporan Kayya masuk mereka pasti mencari kita". Ucapnya meninggalkan sang anak dengan perasaan tidak menentu.
Dia sebenarnya kasihan pada sang anak tapi keadaan tidak memungkinkan sekarang, mereka harus bersembunyi sampai keadaan aman.
Mereka bergegas keluar kota yang cukup jauh yang merupakan kampung halaman sang suami, dia masih memiliki rumah dan beberapa sawah disana, mereka ke kota karena Arman memanggil mereka tinggal dirumah Hana setelah sang suami meninggal.
Hana bahkan siapapun tidak mengetahui dimana kampung halaman sang suami karena Arman tidak pernah mengajak Hana kesana karena dia sengaja untuk tidak memberitahu Hana bagaimana keadaan ekonomi keluarganya yang ternyata cukup lumayan walau bukan orang kaya.
Hana tersenyum melihat keponakannya yang berlari memeluknya saat memasuki rumah besarnya, wajahnya penuh binar bahagia karena dia akan memiliki anak walau bukan dari rahimnya sendiri.
"Bagaimana kabar anak kesayangan bunda ini?? ". Tanyanya sambil membalas pelukan sang anak dengan bahagia.
" Aku baik bunda, Kana sangat senang akhirnya bisa tinggal sama bunda dan mommy disini, aku kesepian dirumah sama pembantu dan pengasuh saja". Ucapnya dengan cemberut manja.
Hana terkekeh pelan sambil mencubit hidung sang anak dengan gemas, walau dalam hatinya terbesit rasa bersalah karena meninggalkan san anak terlalu lama sendiri.
Sedangkan Kayya hanya menatap sendu anak angkatnya itu, dia tahu setelah dia merencanakan semua ini, dia tidak pernah punya waktu untuk bersamanya seperti dulu.
"Maafin bunda dan mommy yah anak pintar, setelah ini kamu bisa mendapatkan yang kamu mau dari kami, kami akan banyak waktu untukmu, bunda dan mommy sangat menyayangi kamu". Hana memeluk kembali Kana dengan gamang.
"Tidak apa bunda, mommy dan bunda kan bekerja untuk aku, lagian bunda sakit dan harus berobat agar cepat sembuh dan bisa main bersama aku, tadinya aku takut jika bunda akan keluar negeri dalam waktu lama, aku kan baru ketemu bunda". Ucapnya dengan sedih.
"Iya kak, maafin kami yah, kami akan memberikan semua yang terbaik untukmu setelah ini, bunda sudah menyiapkan kamar kamu, nanti pembantu mengurus semua milik kamu di dalam kamar, nanti kita makan malam bersama, bunda masak sendiri, supaya kamu bisa merasakan masakan bunda". Ucapnya dengan senyuman manis.
"Hore". Teriak Kana dengan girang.
Dia sangat senang, ini pertama kalinya dia merasakan masakan bundanya, kata mommy masakan bundanya enak hanya karena dia sakit bundanya tidak pernah lagi memasak.
Keduanya terkekeh gemas melihat tingkah Kana yang menggemaskan menurut mereka, kehadiran anak kecil ini membawa kehangatan dan kebahagiaan yang sangat lama dinantikan oleh Hana yang memang menantikan hadirnya buah hati tapi tak kunjung didapatkannya.
"Ayo nak kita lihat kamarmu, kamu pasti suka, bunda sendiri yang mendesainnya untuk menyambut anak tampan bunda ini". Ajaknya kepada sang anak.
Kana mengangguk senang dan mengikuti langkah Hana sambil mendorong kursi roda sang bunda memasuki kamarnya sedangkan Kayya menghapus air mata yang tiba-tiba menetes tanpa dia sadari.
Dia sungguh terharu atas kebahagiaan yang dirasakan keduanya dan sekarang mungkin tugasnya akan bertambah dengan menjaga keduanya dengan baik.
"Kamu tenang yah dokter, aku pasti menjaga mereka dengan nyawaku sebagai taruhannya, tidak akan kubiarkan siapapun menyakiti mereka". Ucapnya dalam hati.
Dia segera menyusul anak dan kakaknya itu, dia juga sangat penasaran dengan kamar yang disiapkan oleh sang kakak tanpa dia tahu, kakaknya itu memang selalu memberi kejutan tanpa bisa diprediksi.
"Kamu suka kamarnya nak?? ". Tanya Hana begitu mereka sampai dikamar sang anak.
Wajah Kana berbinar melihat kamarnya itu, dia tidak menyangka bundanya akan mempersiapkan kamar impiannya seperti ini, dia menyukai dunia kedokteran seperti sang ibu sejak dia masih kecil dan ternyata bundanya tahu.
Sedangkan Kayya tertegun melihat kamar itu, kamar degan nuansa anak-anak daf ilmu kedokteran itu membuatnya terpukau, dia tidak tahu kakaknya tahu keinginan terpendam sang anak selama ini.
"Bunda kok tahu jika aku suka menjadi dokter??". Tanyanya dengan pelan sambil berjalan masuk mengelilingi kamarnya.
"Bunda hanya menebaknya nak, kamu bilang suatu hari kamu ingin menolong orang lain agar tidak ada yang sakit, bunda yakin anak bunda akan jadi dokter hebat suatu saat nanti, jadi bunda membuat kamar ini, kamu suka?? ".
Kana berbalik kemudian berlari berhamburan memeluk sang bunda dengan sayang, dia sangat senang mendapatkan dan bisa bertemu dengan bundanya.
"Dia sangat persis dengan Kayya, wajah dan keinginannya sangat sama dengan Kayya sejak kecil". Monolognya dalam hati sambil menahan tangis.
Dia kembali teringat dengan mendiang sang adik yang selalu bercerita padanya jika dia ingin menjadi dokter yang baik dan bisa membantu orang lain dan ternyata itu menurun kepada putranya .
Kayya menghapus air mata nya tanpa dia sadari telah menetes, melihat mata sang kakak berkaca-kaca, dia yakin Hana pasti mengingat mendiang dokter Kayya yang asli.
Sedangkan Aini dan sang ibu telah bepergian sejauh yang mereka bisa dan sebentar lagi akan sampai, mereka meregangkan otot sejenak karena mulai terasa mengantuk.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam, keduanya tiba di rumah bertingkat dua yang telah direnovasi olehnya menggunakan harta Hana dan Hana bahkan tidak tahu jika mertuanya membeli banyak sawah dan tanah di kampung halaman suaminya itu untuk berjaga-jaga.
"Kalian tidak akan menemukan kami". Monolog Anita dengan senyum sinis setelah sampai dirumahnya.
nikmati hari hari mu di penjara Arman...
mengasuh bagusnya
apakah dia adik yang hilang??