NovelToon NovelToon
Permaisuri Raja Langit

Permaisuri Raja Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nafsienaff

Malam itu sepasang suami istri yang baru saja melahirkan putri pertamanya di buat shock oleh kedatangan sesosok pria tampan berpenampilan serba putih. Bahkan rambut panjang nya pun begitu putih bersih. Tatapannya begitu tajam seolah mengunci tatapan pasangan suami istri itu agar tidak berpaling darinya.

“Si siapa kau?” Dengan tubuh bergetar pasangan suami istri itu terus berpelukan dan mencoba melindungi putri kecil mereka.

“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.” Jawab pria tampan berjubah putih itu penuh penekanan juga nada memerintah.

Setelah menjawab wujud tampan pria itu tiba tiba menghilang begitu saja menyisakan ketakutan pada sepasang suami istri tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 31

Dewi kembali ke rumah dengan keadaan yang sudah baik baik saja meski dia kembali tidak sadarkan diri. Artha membawanya langsung ke dalam kamarnya.

Artha menghela napas. Dia menyadari ada suatu yang kerang dari Dewi, yaitu kalung liontin pemberian nya. Kalung yang memang sengaja Artha berikan bukan hanya sekedar sebagai alat untuk memanggilnya, tapi juga untuk melindungi Dewi dari berbagai marabahaya yang mengintai Dewi.

Artha berdecak pelan. Pria itu memejamkan kedua matanya sesaat. Tangannya terulur dan dalam sekejap kalung itu sudah berada di tangannya.

“Apa semarah itu kamu sama aku?” Gumam Artha pelan.

Artha kemudian kembali memakaikan kalung tersebut di leher Dewi hanya dengan mengarahkannya dan kalung itu kembali terpasang di leher Dewi.

Setelah merasa Dewi aman, Artha pun pergi. Dia membiarkan Dewi untuk istirahat agar tenaganya kembali kuat.

*****

Keesokan paginya Dewi buru buru ke rumah sakit bersama kedua orang tuanya karena mendengar kabar Marchel kecelakaan. Meski Doni dan Sita sempat bingung karena Marchel yang pergi dengan Dewi. Namun Dewi menjelaskan semuanya sehingga Doni dan Sita pun mengerti meski tidak benar benar paham.

“Om, Tante, Marchel minta maaf ya, Marchel nggak bisa jagain Dewi dengan baik. Marchel malah bikin Dewi celaka..” Marchel menatap sendu pada Doni dan Sita. Pria itu tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Dia hanya tau dirinya dan Dewi kecelakaan dan mobilnya menabrak pohon besar di pinggir jalan.

Sita dan Doni tersenyum. Entah apa yang terjadi sebenarnya, mereka berdua pun tidak tau persis. Karena mereka hanya mendengar cerita sepenggal dari Dewi yang juga kebingungan kenapa tiba tiba berada dalam cengkraman siluman ular.

“Nggak papa nak.. Namanya musibah tidak ada yang tau kapan terjadi.”

Marchel tersenyum lega. Dia kemudian beralih menatap pada Dewi.

“Wi.. Kamu bisa telepon Artha sekarang nggak?” Tanya Marchel.

“Hah?! Telepon Artha? Buat apa?” Dewi kebingungan. Gadis itu bingung harus menjawab apa. Bagaimana mungkin dirinya bisa menelepon Artha, sementara Artha saja tidak punya handphone. Kalaupun punya juga belum tentu Artha bisa menggunakannya.

“Iya... Aku mau bilang makasih sama dia. Untung aja ada dia makannya kita bisa tertolong. Dia kerepotan banget saat nolong kita Wi..”

“Oh..” Dewi menggaruk tengkuknya bingung. Entah bagaimana caranya dia menghubungi Artha.

“Bisa kan Wi?” Tanya Marchel lagi. Kali ini wajahnya tampak memohon.

“Oh iya ya.. Bisa kok. Sebentar ya.. Aku telepon dulu..”

Dewi merogoh ponsel yang ada di tas selempang nya. Gadis itu menggenggam ponselnya dengan perasaan bingung. Karena tidak mungkin hanya diam dan bingung tanpa menelepon, Dewi pun memutuskan untuk keluar dari ruang rawat Artha.

Saat Dewi keluar, dia terkejut dengan keberadaan Artha. Kali ini pria itu berpenampilan seperti manusia pada umumnya. Celana jins belel dengan kaos putih polos lengan panjang yang begitu pas membalut tubuh tinggi tegap juga kekarnya.

“Kamu...” Lirih Dewi.

Artha menatap Dewi serius. Sungguh pria itu tidak ada niat menyakiti hati Dewi. Artha tidak menyadari bahwa ucapannya malam itu membuat Dewi salah mengartikan semuanya.

Dewi merasa gugup di tatap seperti itu oleh Artha. Dia menundukkan kepalanya. Dewi tidak ingin membuat dirinya sendiri semakin kesulitan untuk melupakan Artha.

“Bagaimana keadaan kamu?” Tanya Artha pelan.

“Aku.. Aku udah nggak papa.” Jawab Dewi.

“Tunggu sebentar. Aku harus menemui Marchel lebih dulu.” Kata Artha kemudian melangkah melewati Dewi masuk ke dalam ruang rawat Marchel.

Dewi hanya bisa diam. Dewi tau Artha yang datang menyelamatkan nya. Artha juga yang mengobatinya. Tapi tidak tau kenapa Artha masih melakukan semua itu sedang Artha sendiri sudah mempunyai istri yang sedang dia perjuangkan.

Sebagai sesama wanita, Dewi tentu tidak mau menjadi orang ketiga. Dewi tidak mau menyakiti hati siapapun. Karena Dewi sendiri tau bagaimana rasa sakit itu.

Di ruang rawat Marchel.

Melihat kehadiran Artha, Marchel bertanya tanya. Bagaimana mungkin Artha bisa datang dalam sekejap karena Dewi saja baru keluar dari ruangan nya.

“Kamu kok...” Marchel berkedip beberapa kali menatap Artha yang sudah berdiri di samping brankarnya, tepatnya disamping kedua orang tua Dewi.

Sementara Sita dan Doni, mereka hanya diam karena sudah mengetahui bagaimanakah Artha yang bisa datang kapan saja dia mau.

Artha mengangkat sebelah alisnya menatap Marchel. Pria itu tau Marchel ingin berbicara padanya.

“Hhh.. Lupakan saja.” Gumam Marchel dengan helaan napas pelan.

“Artha.. Makasih banget ya kamu udah nolongin aku sama Dewi. Aku berhutang nyawa sama kamu. Aku juga nggak tau apa jadinya aku sama Dewi kalau nggak ada kamu.” Ujar Marchel tulus.

Artha menghela napas. Jika bukan karena Dewi, Artha juga tidak akan perduli pada Marchel. Artha hanya tidak mau Dewi di salahkan karena saat itu Dewi pergi dengan Marchel.

“Sesama makhluk hidup memang harus saling tolong menolong. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.”

Marchel tersenyum. Dia tidak menyangka di balik sikap dingin Artha tersimpan hati yang lembut.

Setelah berkata demikian, Artha pun memutar tubuhnya kemudian berlalu begitu saja tanpa sepatah katapun, baik pada Marchel maupun pada kedua orang tua Dewi.

Marchel yang melihat sikap Artha mendelik. Dia tidak menyangka jika Artha juga bersikap demikian pada kedua orang tua Dewi.

“Dasar sok keren banget.” Dumel Marchel.

Doni dan Sita hanya saling tatap kemudian menggeleng. Mereka tidak heran jika Artha dingin dan cuek. Karena mereka tau Artha pasti jauh lebih segalanya dari mereka. Selain itu latar belakang Artha pasti yang membuat pria itu bersikap tidak seperti orang orang pada umumnya.

Artha keluar dari ruang rawat Marchel. Dia berdecak saat tidak mendapati Dewi disana. Padahal Artha sudah mengatakan agar Dewi menunggunya sebentar.

Tidak ada waktu untuk mencari Dewi, Artha pun memilih untuk menemukan Dewi dengan caranya sendiri. Pria itu menghilang dari depan ruang rawat Marchel untuk menemui Dewi yang berada di taman rumah sakit.

Sementara itu di taman rumah sakit Dewi sedang merenung. Dia duduk di kursi panjang yang ada di taman tersebut seorang diri. Entah harus bagaimana dirinya menjauh dari Artha. Artha bisa datang kapan saja dan dimana saja dirinya berada. Bahkan Artha juga bisa menyelamatkannya saat Dewi berada dalam bahaya tanpa harus di hubungi lebih dulu. Pria itu benar benar bisa melakukan segala hal. Seperti yang dia katakan, Tidak ada yang tidak bisa dia lakukan di dunia ini.

“Hhh.. Dari sekian banyaknya perempuan, kenapa harus aku yang dia kenal? Kenapa harus aku yang dia lindungi? Dan kenapa harus aku yang memiliki perasaan terlarang ini padanya?” Lirih Dewi sedih.

“Karena kamu memang di takdirkan untuk menjadi milikku.”

Dewi terkejut mendengar suara Artha. Dia menoleh dan mendelik saat mendapati Artha yang sudah duduk di sampingnya.

TBC

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!