Alya terpaksa menggantikan Putri yang menghilang di hari pernikahan nya dengan putra dari konglomerat keluarga besar Danayaksa. Pebisnis yang di segani di dunia bisnis. Pernikahan yang mengantarkan Alya ke dalam Lika - liku kehidupan sebenarnya. Mulai dari kesepakatan untuk bertahan dalam pernikahan mereka, wanita yang ada di masa lalu suami nya, hingga keluarga Devan yang tidak bisa menerima Alya sebagai istri Devan. Mampukah Alya melewatinya? Dengan besarnya rasa cinta dari Devan yang menguatkan Alya untuk bertahan mengarungi semua rintangan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengenal Lebih Jauh
*****
" Tidak Alya. Bukan begitu. Kamu bisa mengatakan apapun yang kamu mau. Selain meminta maaf aku ingin memiliki banyak waktu berdua dengan kamu agar kita saling mengenal." Ucap Devan dengan wajah yang terlihat khawatir.
Devan lalu menggenggam tangan Alya dan meminta agar Alya memahami maksudnya.
" Seharusnya minimal... Minimal kamu mengajak aku liburan Mas. Hitung-hitung ganti bulan madu kita." Ucap Alya lagi menggigit bibir bawahnya.
Ayah tahu akan sangat sulit bagi Devan untuk bisa meluangkan waktunya padahal pria itu kemarin mengatakan sedang banyak project di kantor. Dan Devan juga sedang mengajar achievement sampai akhir tahun agar bisa mendapat promosi.
" Memang ke mana tempat yang kamu inginkan?" Tanya Devan yang menatap Alya dengan senyum.
Alya mulai tidak tahan dengan senyuman suaminya itu dan memilih untuk menyudahi aksinya.
" Tidak mas. Aku bercanda. Sumpah. Aku hanya ingin melihat reaksi kamu. Apa yang telah kamu lakukan sebenarnya tidak salah kok. Kamu kan memang berhak atas aku, hanya saja caranya yang salah. Aku sudah memaafkanmu dan sebenarnya kamu tidak perlu melakukan ini. Aku tulus memaafkan kamu Mas." Ucap Alya yang kini dengan berani menggenggam tangan suaminya.
Devan yang mendengar itu tersenyum dan merasakan kelegaan dalam hati.
" Kamu sedang sibuk di kantor?" Tanya Devan gantian.
" Lumayan Mas. Tapi bulan depan lebih sibuk lagi kayaknya. Kenapa?"
" Tidak apa-apa. Hanya ingin tahu saja. Ya sudah sekarang kita makan."
*
*
*
Setelah makan malam Devan mengajak Alya menuju ke dek kapal yang paling atas. Duduk di sana sambil menikmati gemerlap bintang di langit yang begitu pekat sepekat kegelapan di laut sejauh mata mereka memandang.
" Dingin ya?" Tanya Devan yang memakaikan selimut yang dia dapatkan dari salah satu staf setelah menerimanya.
Mereka menikmati makan malam itu dengan obrolan ringan. Alya terus memuji dengan tatapan takjub chef yang menyediakan makanan untuk mereka dan memasaknya langsung di depan mereka.
Itu pengalaman pertama untuk Alya. Dan Devan juga bisa melihat jika istrinya itu sangat menikmatinya. Karena Devan sudah berkali-kali dengan keluarganya sering mengadakan pertemuan mendadak untuk bisa berkumpul-kumpul dan menyewa satu kapal.
Pernah mereka satu keluarga besar berlayar ke Singapura dan hanya untuk bersenang-senang saja. Keluarganya memang sangat senang mengajak anak-anaknya berkumpul, sedang Devan tidak terlalu menyukainya.
" Mas sudah sering ya dinner di kapal pinisi seperti ini dengan keluarga?" Tanya Alya yang merasa hangat atas selimut yang diberikan oleh suaminya.
" Lumayan. Aku ingin mendengar lebih banyak tentang kamu Alya." Bisik Devan menatap lekat pada Alya.
Devan memang ingin mengenal sang istri dengan sebaik-baiknya.
" Hem... Apa nya Mas. Aku tidak pandai bercerita. Secara garis besar kan sudah aku katakan siapa diriku." Ucap Alya dengan jujur.
Alya tidak ingin menceritakan masa lalunya yang mungkin hanya akan menarik rasa iba dalam diri Devan.
" Apakah selama ini kamu bahagia dengan hidupmu?"
Pertanyaan Devan membuat hati Alya tersentak. Selama 27 tahun hidupnya, Baru kali ini ada seseorang yang menanyakan tentang kebahagiaannya. Dan yang bertanya adalah suaminya sendiri. Mata Alya jadi berkaca-kaca.
" Sejak kecil hidupku selalu dipenuhi dengan ketakutan, mas. Aku baru bisa bernafas sedikit lega setelah lulus SMA dan merantau ke Jakarta. Merasakan hidup bebas walau terseok-seok menghidupi diriku sendiri. Yang banyak membantuku secara diam-diam. Pakde membantuku keluar dari rumah Bude setelah berbagai bujukan hingga ancaman yang dilakukan Pakde pada Bude. Sesekali Pakde juga mengirimkan uang walau lebih banyak aku yang mengusahakannya sendiri untuk biaya kuliah dan hidupku. Tapi aku cukup bersyukur dengan kebaikan Pakde." Ungkap Alya.
" Alya..."
Panggilan itu menyentak Alya dari lamunannya, dia melihat Devan yang sudah menatap lekat ke arahnya membuat Alya tersenyum dan mengangguk.
" Kenapa mas?"
" Are you oke?" Tanya Devan.
Alya hanya menjawab pertanyaan suaminya dengan anggukan kecil.
" Aku bahagia Mas. Lebih banyak bersyukur telah sampai di titik ini. Aku bisa menghidupi diriku dengan baik. Memiliki pekerjaan yang layak dan menjadi independen." Jawab Alya dengan nada yang tulus walaupun Devan rasanya sulit untuk percaya jika istrinya itu bahagia.
" Saat Langit kembali datang kepadamu, dia memang sepertinya masih mencintaimu. Apa dia pernah mengganggumu selama ini?" Tanya Devan lagi.
Alya kembali mengangguk.
Akhirnya Alya memilih menceritakan tentang alasannya putus dengan Langit. Tentang Bibah yang hamil setelah mereka ketahuan selingkuh dan tentang pertengkarannya dengan Bibah di pesta pernikahan saat itu yang membuatnya sangat jijik dengan Langit.
Devan yang mendengar itu memejamkan matanya. Emosinya mendidih dan rasanya ingin menonjok Langit. Dan juga ingin meninju dirinya sendiri yang bagaimana bisa dengan mudah termakan oleh omongan Langit.
Juga tentang dua orang yang dia temui di parkiran. Devan yakin itu bukanlah sebuah kebetulan. Dia akan mencari tahunya nanti.
" Aku melihat saat kita akad, Bude mu seperti kasar kepadamu. Apakah selama ini dia memperlakukanmu dengan buruk?" Tanya Devan lagi, berusaha untuk mengetahui kehidupan Alya sebelumnya.
Alya terdiam. Tatapannya sendu dan Devan melihat itu.
" Dia mengizinkan Pakde mengadopsiku hingga Aku ada di titik ini. Dia baik Mas." Jawab Alya berbohong.
Nyatanya jawaban Alya tidak membuat Devan puas. Seperti ada yang ditutupi oleh wanita itu. Namun Devan tidak ingin memaksa, dia ingin pelan-pelan saja.
" Mas... Tika itu mantan kekasih kamu?" Tanya Alya teringat pada sepupu Devan yang dibicarakan oleh keluarganya saat makan malam kemarin.
" Hemm... Aku pernah berpacaran dengannya, sebelum dengan Putri." Jawab Alya.
" Oh ya. Kenapa putus?" Alya makin penasaran.
" Tidak cocok saja." Jawab Devan sekenanya, membuat Alya tidak puas. Padahal Alya ingin mengetahui mantan-mantan suaminya itu.
" Ayo... Ikut aku." Ajak Devan.
Devan lalu meraih tangan Alya untuk menuju railing deck agar bisa melihat laut yang gelap gulita itu.
*
*
*
Keduanya menatap jauh pada gelap gulita di depannya. Seolah menyelami perasaan masing-masing dan menelaah takdir yang mengikat mereka begitu tiba - tiba.
" Alya..." Panggil Devan yang kini telah menatap Alya.
Devan tersenyum dengan lembut. Senyum yang membuat hati Alya tenang. Seperti memiliki seseorang untuk dia bisa berkeluh kesah.
" Kamu tahu kan, Al. Selalu ada cara untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia. Asalkan keduanya bisa saling terbuka dan percaya. Dan aku yakin kita bisa melakukan itu. Iya kan?" Ucap Devan dengan serius.
Alya kembali berkaca-kaca. Dia pun mengangguk membalas tatapan suaminya itu. Devan mengusap lembut puncak kepala Alya yang tertutup oleh pashmina dusty pinknya.
Devan lalu merangkul Alya dengan hati yang senang. Depan begitu lega dan merasa hangat berdekatan dengan tidak memiliki jarak lagi dengan Alya. Seperti ada hal yang telah melengkapi diri Devan. Walaupun depan tidak tahu pasti apa itu.
tetep semangat nulis thor 💪