Calon suami Rania direbut oleh adik kandungnya sendiri. Apa Rania akan diam saja dan merelakan calon suaminya? Tentu saja tidak! Rania membalaskan dendamnya dengan cara yang lebih sakit, meski harus merelakan dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetiemiliky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : Melihat jelas didepan mata
Mina menangis didepan ruang operasi dengan doa yang terus ia panjatkan. Diluar dugaan, sampai dirumah sakit ternyata Ambar harus segera ditangani dan bayi terpaksa harus dilahirkan diusia tujuh bulan ini.
Benturan keras yang didapatkan oleh Ambar ternyata memicu kontraksi dan menyebabkan persalinan sebelum waktunya. Mina tidak bisa menahan rasa sedih, karena cucu pertamanya harus lahir prematur.
Anton dan Bumi juga berada ditempat. Tangan mereka saling menyatu didepan dada, berdoa agar semua berjalan baik. Dinding rumah sakit menjadi saksi bagaimana tulusnya mereka meminta kepada Tuhan saat ini.
Tak menghitung waktu, akhirnya dokter yang menangani Ambar akhirnya keluar juga dari ruang operasi. Mereka kompak beranjak dan menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana dengan anak dan cucu saya, dok?" Mina bertanya dengan nada cemas, maniknya dilapisi likuid bening lagi.
"Bu Ambar tidak kenapa-kenapa, ibu dan bapak tenang saja. Beruntung Bu Ambar juga tidak mendapatkan cidera apapun. Dan untuk bayinya, dia perempuan. Saat ini masih memerlukan perawat khusus di NICU karena sistem orang tubuhnya belum matang."
Box bayi segera dibawa menjauh menuju NICU. Mina, Anton, serta Bumi masih ditempat untuk menunggu Ambar.
"Ini semua karena Rania!"
Sontak saja tatapan mata Anton dan Bumi tertuju pada Mina. Sebenarnya mereka ber-dua paling tidak tahu dengan kejadian ini, mereka hanya melihat Mina, Ambar, serta Rania sudah terduduk dilantai dapur.
Mina mengambil tas diatas kursi. "Ibu akan menemui Rania sebentar. Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada Ambar!"
"Bu, apa tidak sebaiknya kita fokus pada kondisi Ambar dan cucu kita terlebih dahulu? Belum tentu Rania yang salah disini."
"Di keadaan saat ini ayah masih membela Rania? Jelas-jelas tadi ibu melihat dia diatas lantai bersama Ambar."
"Mungkin mereka ber-dua sama terjatuh? 'Kan kita tidak tahu."
Berdecak keras. "Tapi yang kesakitan hanya Ambar saja, ayah! Sudah! Jangan halangi ibu lagi."
Lantas Mina bergerak lebih cepat agar Anton tidak menahan langkahnya lagi. Mina benar-benar kesal sekarang, emosi! Untung saja cucu pertamanya masih bisa diselamatkan meski harus berada di NICU, begitupun dengan anak bungsunya.
Sedangkan dari posisi Bumi dan Ayah, tidak ada yang bergerak sedikitpun. Mereka masih terkejut dengan kelahiran tiba-tiba ini.
"Apa kalian sudah membeli baju dan perlengkapan bayi?" Anton memecah keheningan saat mengingat hal tersebut. Terlalu lama membiarkan hening ngambil alih juga rasanya jadi tidak nyaman.
"Kami sudah membeli, ayah. Tapi karena terakhir kali saat USG dokter mengatakan kalau anak kami laki-laki, rata-rata warna yang Ambar pilih adalah Biru pastel."
"Tidak apa-apa. Warna biru masih oke kalau dipakai bayi perempuan, berbanding terbalik kalau warna pink dipakai bayi laki-laki."
Bumi tertawa kecil disertai anggukan. Benar juga. Padahal, warna pink bukan untuk anak perempuan saja, laki-laki juga bisa memakai warna tersebut. Tapi entah kenapa warna pink selalu diartikan sebagai identitas anak perempuan.
Ngomong-ngomong soal Rania, bagaimana nasibnya setelah ibu menemui nanti, ya?
...----------------...
Mina pulang ke rumah berniat menemui Rania. Tapi sampai disana, ia tidak menemukan siapapun, ternyata rumah sudah kosong dan tidak ada orang lagi. Sepertinya Rania langsung pulang karena takut, juga menghindarinya, batin Mina menebak-nebak.
Mina kembali memutar mobil dan menjauhi halaman dengan tujuan rumah Ryan. Pasti mereka berada disana, tidak mungkin ditempat lain.
"Kamu tidak akan bisa menghindari ibu, Rania. Kamu harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah kamu perbuat dengan adikmu."
Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang. Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, Mina sampai juga dirumah Ryan. Ia sengaja tidak memarkirkan mobilnya didepan gerbang persis, agar Rania tidak tahu kalau dia datang, dan tidak ada kesempatan untuk menghindar lagi.
Dengan rasa emosi semakin menjadi, Mina turun dari mobil, lalu berjalan sebentar untuk sampai gerbang.
"Ra—,"
"Sakit! Jangan, Ryan!"
Mina mematung dibalik gerbang rumah menyaksikan putri sulungnya sedang dianiaya oleh menantunya sendiri diteras rumah. Tangan kanannya bergerak menutup mulut, ia tak menyangka putri sulungnya akan mendapatkan perlakuan seperti itu.
"Rania," Lirihnya, nyaris tak terdengar. Manik kembar Mina mulai berkaca-kaca. Rasa marah kepada Rania, kini berubah dalam hitungan detik, dibanding memarahi karena masalah Ambar, Mina lebih ingin menyelamatkan Rania dari amukan Ryan.
Tapi Mina tak berani mendekat. Bagaimanapun ia juga seorang perempuan, tidak akan bisa melawan tenaga Ryan. Biasanya kalau orang sedang mengamuk seperti itu, mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan.
"Sudah! Sudah! Aku sedang hamil! Tolong jangan sakiti aku!"
"Lain kali, tidak usah pergi ke rumah orang tuamu itu! Menambah masalah saja! Kau sama seperti ibuku, merepotkan!"
Ryan menendang pinggang Rania sebelum pergi, membuat Rania mengerang kesakitan disertai tangisan keras. Kali ini Ryan benar-benar seperti monster. Berkali-kali Rania mengingatkan kalau dia sedang hamil, Ryan seakan tidak peduli dan tutup mata.
"Apa kamu baik-baik saja?" Pertanyaan itu ditujukan untuk bayi didalam perutnya. Rania tak masalah lebam dan sakit, asal bayinya baik-baik saja.
Karena merasa lemas, Rania tidak langsung beranjak dari tempat meski Ryan sudah pergi sejak tadi. Saat sedang menangis, tiba-tiba saja Rania merasakan sentuhan dipucuk kepala, spontan ia mendongak guna melihat siapa pelakunya.
"Ibu?"
Mina mengangguk. Ia ikut duduk diatas lantai, kemudian mengusap lembut air mata putri sulungnya. "Apa kamu baik-baik saja, nak?"
Rania menggeleng lirih sebagai respon pertama. Ibu segera merengkuh tubuh Rania. Ya, tidak ada orang yang akan tetap baik-baik saja setelah mendapatkan kekerasan fisik. Entah batin, entah fisik, pasti sama-sama sakit.
"Perutmu bagaimana?"
"Sakit, tapi tidak terlalu sakit. Aku baik-baik saja."
"Tidak ada baik-baik. Kita harus segera memeriksa kondisimu sebentar, ayo, ibu bantu berdiri."
Menggeleng, lalu berusaha lepas dari pelukan Mina. "Aku tidak bisa. Aku ingin disini saja, Bu."
"Apa maksudmu? Ibu tidak akan membiarkan kamu dirumah ini bersama pria itu lagi, Rania. Jangan gila! Ibu tidak mau kamu mendapatkan kekerasan lagi. Apa ayah pernah berbuat kasar seperti itu padamu?"
Tidak, jawab Rania didalam hati. Meski ayah dan ibu tidak merawatnya dengan baik, mereka tidak pernah berbuat kasar padanya.
Mina kembali melanjutkan kalimatnya. "Tidak pernah, 'kan? Jadi, ayo kita pulang saja. Ayah pasti tidak akan terima melihat kami diperlakukan seperti ini oleh suamimu itu."
"Aku tetap tidak mau pulang ke rumah."
Dua bulu alis Mina menukik, heran dengan sikap putrinya yang keras kepala. "Apa yang kamu pertahankan dirumah ini—,"
"Bukan rumah ini yang aku pertahankan, ibu. Tapi aku tidak akan bisa tinggal satu rumah dengan Bumi dan Ambar. Aku harap sampai disini ibu paham dengan alasanku."
iri dengki trus km gedein....
trus"in aja km pupuk iri dengkimu trhdp rania.... yg sdh sll mngalah & brkorban demi km manusia yg g brguna.... km yg bkaln hncur ambar... oleh sikapmu yg tamak & g ngotak...
bkal nyesel km klo smpe trjadi hal buruk trhdp rania dan ankmu....
untuk bu mina.... gmn... puas km mlihat pnderitaan ank yg tak penah km kasihi.... krna ksih sayangmu sdh km habiskn untuk ank mas'mu yg sialan itu...
hidupmu itu tak tau diri... dri dlu sll jdi kang rebut yg bukan milikmu.... benalu... tukang fitnah...
yakinlah ambar.... hidupmu tak akn prnah brjumpa dgn yg namanya bahagia dan ketenangan....
smoga sja ryan kedepannya bisa berubah & sll brfikir dgn akal sehat.... tak mudah tesulut emosi... krna sbntr lgi akn mnjadi ayah..
krna dunia ibumu hnya untuk ank kesayangannya yg durjana....
yakinlah.... kelak ank ksayangannya tak akn mau mngulurkn tangannya untuk merawat org tuanya....
hobi merampas yg bukan milikmu....
tunggulah azab atas smua kbusukanmu ambar...
tak kn prnah bahagia hidupmu yg sll dlm kcurangan...
👍👍