NovelToon NovelToon
BAYANGAN DALAM MELODY

BAYANGAN DALAM MELODY

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cintapertama / BTS
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: JM. adhisty

"Persahabatan adalah ikatan yang tak terpisahkan, hingga cinta datang dan menjadikannya sebuah pilihan."

Kisah ini berputar di sekitar dinamika yang rapuh antara dua sahabat karib yang datang dari kutub kehidupan yang berbeda.

Gabriella, gadis kaya raya dengan senyum semanis madu, hidup dalam istana marmer dan kemewahan yang tak terbatas. Namun, di balik sampul kehidupannya yang sempurna, ia mendambakan seseorang yang mencintainya tulus, bukan karena hartanya.

Aluna, gadis tangguh dengan semangat baja. Ia tumbuh di tengah keterbatasan, berjuang keras membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan. Aluna melihat dunia dengan kejujuran yang polos.

Persahabatan antara Gabriella dan Aluna adalah keajaiban yang tak terduga
Namun, ketika cinta datang mengubah segalanya
Tanpa disadari, kedua hati sahabat ini jatuh pada pandangan yang sama.

Kisah ini adalah drama emosional tentang kelas sosial, pengorbanan, dan keputusan terberat di antara cinta pertama dan ikatan persahabatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JM. adhisty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENUJU PANTAI

Matahari baru saja terbit, tetapi di depan rumah sederhana Aluna dan Justin, pemandangan tak biasa terhampar. Tiga mobil mewah, berkilauan di bawah sinar mentari pagi, berderet rapi. Mereka adalah mobil milik Arjuna , Gabriella, dan rombongan Big Five.

Aluna dan Justin keluar dari rumah, membawa tas kecil mereka. Aluna mengunci pintu, memastikan semuanya aman—tidak ada lagi alasan untuk cemas, karena ia tahu Big Five telah menjamin keamanan mereka. Di gerbang, Big Five sudah menunggu.

Arjuna dan Alana keluar dari mobil pertama, menyambut mereka dengan senyum.

Arjuna: "Selamat pagi! Sudah siap untuk liburan?"

Aluna dan Justin mengangguk. Kemudian, Gabriella melangkah mendekat.

Gabriella: "Aluna, kamu ikut denganku! Aku tidak mau kamu bosan di perjalanan. Kita punya banyak hal untuk diobrolkan!"

Aluna tersenyum lega. Ia merasa lebih nyaman bersama Gaby.

Justin menoleh ke Big Five.

Justin: "Aku ikut dengan siapa, Kak?"

Kevin: (Merangkul Justin dengan heboh) "Tentu saja dengan kami! Kami butuh disk jockey dadakan di mobil. Lagipula, kamu harus memberikan ulasan gitar barumu pada kami!"

Justin pun bersemangat. Ia masuk ke mobil yang sama dengan Yoga, Axel, Jhonatan, Kevin, dan Jay. Ruangan mobil terasa penuh, tetapi penuh keceriaan.

Rombongan kecil nan mewah itu pun mulai bergerak menuju vila pribadi Arjuna di tepi pantai dengan formasi iringan yang strategis:

Barisan Depan Mobil Arjuna dan Alana Memimpin jalan dan menunjukkan rute.

Barisan Tengah Mobil Gabriella dan Aluna Tempat di mana kehangatan persahabatan terjalin.

Barisan Belakang Mobil Big Five ditambah Justin Pusat kendali, keamanan, dan keramaian.

Dalam perjalanan menuju pantai, Aluna dan Gaby akan larut dalam obrolan, semakin memperkuat persahabatan mereka.

Arjuna mengemudi, melirik Alana yang tersenyum memandangi jalan.

Arjuna: "Sayang, aku lupa bertanya. Sepupumu jadi datang ke pesta privat kita? Dokter muda yang baru pulang dari Paris itu?"

Alana: "Maksudmu Leon? Tentu saja! Dia sudah bilang akan menyusul. Jadwal operasi mendadaknya baru selesai sore nanti. Dia bilang, dia sangat ingin melihat vila pantai kita."

Arjuna: "Baguslah. Aku suka Leon. Dia cerdas dan menyenangkan. Kehadirannya bisa membuat pesta kita lebih seru."

Sisi lain...

Aluna duduk di kursi penumpang, menikmati perjalanan. Gabriella menyetir, namun raut wajahnya terlihat sedikit tegang. Setelah beberapa saat hening, Gaby memberanikan diri.

Gabriella Menarik napas dalam-dalam "Aluna, ada yang ingin aku ceritakan padamu. Ini... tentang perasaanku."

Aluna menoleh, antusias. "Oh ya? Tentang apa, Gaby? Aku siap mendengarkan."

Gabriella: "Aku tahu ini gila, dan kamu mungkin menganggapku kekanakan. Tapi aku... aku menyukai seseorang di antara Big Five."

Wajah Aluna langsung berseri-seri. "Wah! Siapa? Kevin? Jhonatan?"

Gaby tersenyum pahit, menoleh sekilas ke Aluna sebelum kembali fokus menyetir.

"Bukan. Tapi... Axel. Aku sudah menyukainya sejak lama, sejak kami masih SMA. Dia yang paling perhatian, paling bisa diandalkan, dan dia yang paling tahu semua rahasiaku."

Mendengar nama Axel, dunia Aluna seakan berhenti berputar. Seketika, semua perhatian Axel padanya—taksi, makanan, perlindungan—terasa seperti bumerang yang menghantam dadanya.

Kami menyukai orang yang sama. Pikirnya

Aluna menarik napas. Ia berusaha keras menetralkan perasaannya. Ia tidak boleh menunjukkan keterkejutannya; Gaby adalah sahabat barunya, dan ia tahu, Axel memang lebih pantas bersama Gaby yang berasal dari dunianya.

Aluna Berusaha agar suaranya terdengar normal "Oh... Axel. Dia memang pria yang sangat baik, Gaby."

Gabriella: "Ya, dia baik. Tapi dia tidak pernah melihatku lebih dari seorang adik perempuan. Dia selalu menganggapku sebagai sahabatnya."

Aluna mengangguk, hati kecilnya berdenyut nyeri. Ia memutuskan untuk membuang semua harapannya dan kembali mendengarkan cerita Gaby tentang betapa dalamnya rasa sukanya pada Axel. Ia menguatkan dirinya: kini ia harus membantu sahabatnya, bukan bersaing dengannya.

Di mobil belakang, suasana benar-benar kontras. Justin duduk di tengah, gitar barunya di kursi sebelahnya. Dia terlihat sangat ceria, jauh dari trauma.

Big Five yang berisikan lima pria tampan itu selalu punya cara untuk membuatnya tertawa. Jay menjadi yang paling ramai, terus-menerus bercanda tentang bagaimana ia bisa lolos dari kelas di kampus hanya dengan memuji dosen.

Kevin: "Jay, jangan ajari Justin yang tidak-tidak! Justin, kalau kamu mau bolos, kamu harus bilang pada Jhonatan. Dia jagonya membuat surat izin yang meyakinkan."

Jhonatan Membantah sambil tersenyum "Aku tidak mengajarinya bolos, aku mengajarinya bertanggung jawab atas prioritas."

Justin tertawa terbahak-bahak. Yoga yang duduk di depan, sesekali melirik ke belakang melalui kaca spion. Ia melihat Justin yang ceria dan mendengarkan tawa Justin. Ia merasa puas karena misi mereka berhasil.

Vila pribadi Arjuna di tepi pantai. Sore hari.

Tiga mobil mewah itu akhirnya tiba di vila yang indah dan luas, tepat di tepi pantai. Udara asin dan suara ombak menyambut mereka. Setelah menurunkan barang dan merapikannya di dalam, suasana langsung berubah menjadi santai. Mereka semua segera berganti pakaian menjadi pakaian santai dengan celana pendek dan kaos.

Energi anak-anak muda itu segera meledak.

Axel dan Kevin, yang paling antusias, berlari kencang ke arah pantai. Mereka berteriak, menikmati deburan ombak. Mereka bermain air, saling melempar cipratan, dan mencoba "perang napas" konyol melawan ombak besar yang datang. Mereka terlihat gembira dan bebas.

Jay dan Jhonatan segera membantu Arjuna menyiapkan tempat pembakaran besar untuk pesta barbeque nanti malam.

* Justin, dengan semangat baru dan gitar barunya, sibuk mencari kayu kering untuk menyalakan api unggun di tepi pasir.

Sementara itu, para wanita, Alana, Gabriella, dan Aluna, berada di dalam vila, menyiapkan daging dan bahan-bahan lain untuk pesta kecil mereka.

Setelah tugas di dapur selesai, Gabriella memilih untuk segera mandi karena merasa tubuhnya "bau daging". Alana memutuskan untuk menunggu sepupunya, Dokter Leon, yang sebentar lagi akan tiba.

Aluna pun mengambil kesempatan itu untuk menikmati udara pantai. Ia berjalan menuju deretan kursi santai yang menghadap ke laut.

Ia melihat sosok familiar yang sudah memilih posisi ternyamannya, Yoga.

Yoga bersandar santai di salah satu kursi, meluruskan kakinya di atas bangku kecil. Penampilannya kontras dengan suasana pantai; ia mengenakan kaos hitam dan celana pendek senada. Kacamata hitam bertengger di wajahnya, menutupi tatapan intensnya, dan kulitnya yang putih membuatnya menonjol di bawah sinar matahari.

Aluna duduk di kursi yang persis di sebelah Yoga.

Ia tersenyum saat melihat Axel dan Kevin bermain dengan begitu gembira, saling melempar air satu sama lain. Senyum itu tulus—dia senang melihat pria yang ia cintai dalam diam itu terlihat begitu lepas.

Kemudian, Aluna melirik ke sampingnya, mengamati Yoga. Pria itu terlihat sangat santai, menikmati keheningan. Penampilan serba hitamnya di bawah sinar matahari membuatnya terlihat seperti pahatan dingin yang sempurna.

Dorongan jahil yang sering muncul saat Aluna merasa nyaman pun muncul. Ia tahu Yoga sedang menikmati ketenangannya, dan ia ingin mengujinya.

Aluna Memanggil pelan, sedikit ragu "Yoga?"

Yoga menurunkan sedikit kacamatanya, menoleh ke samping. Yoga Menyahut dengan suara rendah "Ya?"

Aluna menahan senyum puasnya, lalu menggelengkan kepala.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya menyapamu saja."

Yoga hanya menatapnya sesaat, lalu kembali memasang kacamatanya, tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi ada kehangatan samar di sudut bibirnya.

Aluna pun tersenyum puas. Ia berhasil mengganggu keheningan Gunung Es itu. Ia bangkit dan berjalan menuju Justin untuk membantunya dengan kayu bakar

Yoga menghela napas panjang, tetapi kali ini, napasnya terasa lebih hangat. Ia tidak marah; justru sebaliknya.

Tanpa Aluna sadari, tindakannya yang tiba-tiba dan konyol itu telah menarik sesuatu dari hati Yoga. Aluna tidak takut padanya, tidak merayunya, dan tidak menuntut apa-apa. Dia memperlakukannya seperti teman biasa, bahkan berani menggodanya.

Yoga merasakan kejutan kecil yang menyenangkan.

Aluna tidak hanya berani menghadapi dunia, dia juga berani mengusik ketenangannya. Yoga tersenyum tipis di balik kacamata hitamnya. Rasa cinta sunyi itu semakin dalam. Gadis ini benar-benar unik.

Saat Aluna dan Justin sibuk menyiapkan api unggun, Gaby akan segera keluar, dan sepupu Alana akan tiba, menambah elemen baru dalam dinamika kelompok ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!