Nareshpati Sadewa Adibrata akhirnya bertemu lagi dengan.gadis yang sudah menolaknya delapan tahun yang lalu, Nathalia Riana.
Nareshpati Sadewa Adibrata
"Sekarang kamu bukan prioritasku lagi, Nathal."
Nathalia.Riana
"Baguslah. Jangan pernah lupa dengan kata katamu."
Semoga suka♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih belum percaya Naresh?
"Buat guru kalian dan putrinya, ya," ucap Mami Haykal sambil mengajak keduanya melihat koleksinya.
"Ukuran tubuhnya gimana?"
"Kalo anaknya seperti mbaknya persis, tante," ucap Nathalia sambil menunjuk salah satu pegawai Tante Farah yang ada di dekat mereka.
"Oke," ucap Tante Farah sambil memperhatikan stafnya.
"Kalo Bu gurunya?"
Nathalia menoleh pada Naresh.
"Bu Lilis sekarang bagaimana? Kan, kamu yang udah ketemu." Tatapnya tajam pada netra Naresh.
"Sama kayak staf tante. Hanya saja agak kurus sedikit."
Tante Farah mengangguk anggukkan kepalanya.
"Kalian bisa pilih yang cocok yang mana."
Nathalia segera memlilih dari deretan koleksi Tante Farah.
"Ini buat anaknya. Kamu setuju?" Nathalia menunjukkan pilihannya pada kebaya berwarna biru tua lengkap dengan rok batiknya. Nathalia bukannya ngga ikhlas, tapi tetap aja ada ganjalan.
Biar nampak lebih tua dari umurnya, batinnya judes.
Awas aja kalo nanti dia masih mau dekat dekat Naresh, batinnya sedikit gusar. Suasana hatinya sangat cepat berubah.
"Terserah kamu aja. Ngga dikasih juga ngga apa apa," sahut Naresh ringan.
"Hemm.... " Nathalia ngga yakin, ucapan Naresh keluar dari dalam hatinya. Dia kemudian memilihkan buat bu gurunya.
"Ini buat Bu Lilis."
Tante Farah tersenyum.
"Gurunya berkesan banget, ya, buat kalian. Ini pilihan Nathalia bagus banget," puji Tante Farah.
"Guru Karla juga, tante," jelas Nathalia.
"Oh iya."
Berkesan banget buat Naresh, tante, batin Nathalia sambil melirik Naresh.
Naresh yang ngga ngerti kalo Nathalia sedang kesal, hanya tersenyum samar.
"Oh iya, Nathal," ucapnya sambil menyerahkan dua kebaya tadi pada stafnya.
"Tante penasaran, loh, sebenarnya hubungan kalian dulu seperti apa?"
Nathalia yang ngga siap mendapat pertanyaan yang ngga dia duga, terpana, ngga langsung menjawab.
Tante Farah tersenyum lebar.
"Kalian sepertinya memiliki ikatan batin yang kuat," tebaknya seakan menggoda Nathalia yang tampak sungkan.
Naresh yang juga ditatap bergantian oleh Mama Haykal juga jadi kikuk.
"Kami teman sekelas, tante," jelas Naresh ketika Nathalia belum juga memberikan jawaban.
"Oh ya?" Mata Tante Farah berbinar mendengarnya.
"Sejak kelas satu sampai kelas tiga, kami sekelas terus," sambung Naresh lagi.
Tante Farah tambah serius menyimak.
Nathalia juga sampai melihat Naresh, ngga nyangka sekarang public speaking Naresh selancar ini. Delapan tahun berlalu sudah sangat merubah dirinya menjadi lebih percaya diri rupanya.
"Tapi di akhir kelas tiga, saya meninggalkan sekolah tanpa pamit. Ada banyak hal yang terjadi." Naresh menghela nafas panjang.
Hati Nathalia berdesir.
Dia jadi ingat kesalahannya dulu. Memang tidak seratus persen.
"Sekarang kami bertemu lagi dan akan segera menikah," lanjut Naresh sambil menatap Nathalia
Pernikahan bisnis, batin Nathalia kecewa.
Harusnya dia bilang kalo dia jatuh cinta lagi dengannya. Berbohong sedikit ngga apa, kan?
Tante Farah menggenggam tangan Nathalia.
"Tante senang mendengar kisah romantis seperti ini." Dia tersenyum lembut.
"Cinta kalian pasti sangat kuat, ya. Semoga langgeng selamanya."
"Amin. Makasih, tante."
Nathalia menatap Naresh ngga percaya.
Ucapannya kelihatan tulus.Tapi masa, sih, Naresh mau langgeng selamanya dengannya?
*
*
*
"Kata mami kamu memberikan Bu guru kita dan anaknya kebaya," todong Karla ketika memasuki kamar Nathalia. Akhirnya bisa juga dia lepas dari belitan Haykal.
Ternyata di kamar Nathalia, sudah ada Adelia, Nevia, Luna dan Ayra. Mereka sedang menghabiskan cup banana puding es krim yang ada di kamar Nathalia. Bahkan Luna juga membawa pesanannya yang masih cukup banyak ke kamar Nathal.
"Pengantin baru, kok, bisa lolos," canda Nevia tergelak.
Karla balas tertawa.
"Dia dipanggil Malik tadi," ucapnya dalam tawanya.
"Oh iya, dia dulu asisten Malik, ya. Kalo sekarang gimana? Masih jadi asisten juga?" tanya Adelia dalam senyum lebarnya.
"Nggak. Katanya mau jadi CEO asal aku jadi sekretaris dia," kekeh Karla dengan pipi sedikit merona. Sejak sudah bermalam pertama dengan Haykal, perasaannya jadi cepat berbunga kalo membahas suaminya itu.
"Kamu mau?" tanya Ayra dengan mata penuh binar. Dia tau sepupunya sedang sangat bahagia.
"Maulah. Aku ditinggal sendiri." Nevia yang menyahut.
"Loh, kamu tinggal jadi sekretaris Milan aja, Nev," tukas Luna.
"Ngga mau dia. Malas katanya lihat Milan menggatal tiap hari." Karla yang menjawab dalam tawa berderainya.
Tawa pun pecah.
"Kata Chesna, hampir tiap dua jam, ada aja cewe yang ngapel Milan," sungut Nevia.
"Ngga nyangka jam kerjanya setinggi ini," lanjutnya lagi membuat tawa sepupunya makin berderai.
"Kamu bisa jantungan, Nev sekarang. Kalo dulu biasa aja. Tapi setelah ada ikatan, bakal laen perasaan kamu," tutur Ayra berdasarkan ilmu psikologinya.
"Praktek, Ay. Jangan teori melulu," cebik Nevia.
"Males. Aku udah tau banget apa mau mereka dari kita," dengus Ayra.
"Jadi sulit, ya, laki laki bohongin kamu. Triknya kamu udah hapal," kekeh Nathalia..Sebenarnya dia ingin tanya tentang Naresh. Laki laki itu serius atau maen maen aja dengannya..Tapi dia ngga tahan kalo nanti dapat ledekan dari sepupunya itu.
"Begitulah."
Mereka kembali tergelak.
"Oh ya, jadi lupa mau nanya. Bu guru yang mana, Nathal?" tanya Adelia setelah beberapa saat kemudian. Setelah tawa mereka mereda.
"Bu Lilis."
"Oooh....." Mereka.merespon serentak bagai koor.
"Aku sempat ketemu beliau. Bu Lilis kena kanker," sela Luna memberitau
"Kanker?" kaget Nevia.
"Iya, lagi kemo," jelas Luna.
"Kasian, ya," ujar Karla dengan raut sedih.
"Kok, kamu ngga cerita?" Ayra menatap kesal kembarannya.
"Lupa. Beberapa hari yang lalu ketemunya. Kan, Karla sama Fadel nikah, jadi sibuk ngurus ini itu," kilah Luna membela diri sambil cengengesan.
"Hemm..." Ayra masih aja kesal.
"Iya, sih," ucap Adelia mengerti.
"Nathal juga ngga cerita," sarkas Luna ngga mau disalahkan sendirian.
Nathalia meringis.
"Mau cerita tadi. Tapi lupa juga."
Lagian ngga penting juga, batinnya.
"Dasar," dengus Adelia.
"Untung Mami Haykal ngasih tau barusan," cuit Karla.
"Anaknya perempuan, ya, kalo ngga salah," ucap Ayra berusaha mengingat.
"Iya, perempuan." Luna yang menjawab. Nathalia sudah alergi. Dia tiba tiba aja bete kalo membahas anak gurunya.
Dia sekarang sedang menimbang nimbang, perlukah menceritakan niat Bu Lilis yang ingin menjodohkan anaknya dengan Naresh.
Tapi kalo melihat kelakuan kembaran dan sepupunya, kayaknya mending nggak, putus Nathalia dalam hati.
"Jadi niat kamu mau ngundang beliau secara khusus? Kan, guru guru kita memang diundang semua," tanya Nevia sambil menatap sepupunya yang tetap anteng menikmati es krim pudingnya.
"Kenapa ngga ngasih semua guru guru kita," kejar Ayra penasaran. Dia merasakan ada yang disembunyikan sepupunya.
Nathalia bingung juga menjawabnya. Mungkin karena dia merasa Bu Lilis guru yang sangat spesial buat Naresh.
"Ya, ngga apa, dikasih aja guru guru yang lain." Keluar juga ucapan itu dari mulutnya.
Bagus juga ide Ayra, jadi anaknya Bu Lilis ngga kege eran, batinnya.
"Masalahnya kita ngga tau ukuran badan guru guru kita sekarang," tukas Adelia.
"Rata rata tambah gemoy," kekeh Nevia.
"Mami Haykal kayaknya jarang nyetok untuk yang gemoy," kekeh Karla.
"Bisa kerja overtime, tuh, stafnya Tante Farah," timpal Luna. Tawa mereka pun berderai lagi.
abiyan jgn sampai jatuh cinta sm ratna