NovelToon NovelToon
Harem Sang Putri

Harem Sang Putri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa / Cinta Istana/Kuno / Satu wanita banyak pria
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: miaomiao26

Seharusnya, dengan seorang Kakak Kaisar sebagai pendukung dan empat suami yang melayani, Chunhua menjadi pemenang dalam hidup. Namun, kenyataannya berbanding terbalik.

Tubuh barunya ini telah dirusak oleh racun sejak bertahun-tahun lalu dan telah ditakdirkan mati di bawah pedang salah satu suaminya, An Changyi.

Mati lagi?

Tidak, terima kasih!

Dia sudah pernah mati dua kali dan tidak ingin mati lagi!
Tapi, oh!

Kenapa An Changyi ini memiliki penampilan yang sama dengan orang yang membunuhnya di kehidupan lalu?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miaomiao26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Festival Qinyue : 2

Suasana sejenak jadi canggung.

Di sisi lain ada penjual yang tak berani bersuara, sedangkan di belakangnya Su Yin menatap penjual itu tajam. Namun, hal itu tidak ada hubungannya dengan Chunhua.

"Bos, beri aku lima bungkus kue osmantus," katanya setelah memilih.

Pedagang itu tersentak, menjawab gugup, "y—ya, tentu!" Ia segera membungkus pesanan dengan tangan yang sedikit gemetar.

Sambil menunggu, Chunhua memandang ke sekeliling.

Langit sudah gelap. Cahaya bulan menimpa atap-atap genting dan barisan lentera yang sudah dinyalakan. Lampion merah bergoyang tertiup angin, memantulkan cahaya di atas permukaan jalan batu.

Suara kecapi dan seruling bercampur di udara, samar oleh hiruk-pikuk pedagang yang menawarkan barangnya.

Aroma manis madu dan bunga osmantus menyelinap di antara kerumunan orang yang mengenakan jubah tebal berwarna musim gugur—cokelat, kelabu, dan merah daun maple.

Chunhua berdiri di tengah semua itu seperti warna yang tidak seharusnya ada. Angin menyentuh ujung rambutnya yang lembut, menggoyangkan pita merah di hiasan kepalanya.

Daliang kini berada di masa damai. Setelah puluhan tahun diombang-ambing antara ancaman luar dan perebutan kuasa dalam istana, negeri itu akhirnya bernafas lega.

Mendiang Kaisar mengusir musuh dari perbatasan dengan darah dan baja, sementara Kaisar yang sekarang menundukkan para pejabat dan bangsawan dengan kata-kata halus dan senyum yang menakutkan.

Chunhua menatap langit gelap. Entah mengapa, dadanya terasa sedikit sesak. Mungkin karena terlalu lama hidup di masa kekacauan, hingga ketenangan kini terasa seperti keheningan sebelum badai.

Pita berumbai di atas kios menari ditiup angin, menarik pandangannya ke arah seberang jalan. Matanya lalu terhenti pada lantai dua sebuah restoran.

Tirai tipis tersingkap perlahan, memperlihatkan bayangan dua orang yang duduk berhadapan. Lelaki di sisi kanan sedang tertawa pelan, suaranya bahkan terdengar samar hingga bawah.

Chunhua bisa mengenalinya bahkan dengan mata tertutup.

Pangeran Ning.

Kemudian angin kembali bertiup, mengangkat tirai yang tadi menutup pandangannya dan kali ini cahaya lentera jatuh tepat di wajah wanita di hadapan sang pangeran.

Rambut wanita itu disanggul rapi dengan sisir giok hijau dan sepasang anting batu giok menggantung lembut di telinganya.

Senyum di bibir Chunhua menipis.

Udara terasa lebih dingin dari sebelumnya, meski jalanan masih ramai.

"Ternyata sepasang peselingkuh," gumamnya, pelan, kemudian berbalik seolah tidak melihat apapun.

"Yang Mulia, semuanya ada di sini," kata Jing Zimo sambil mengangkat dua bungkusan kertas beraroma harum.

Chunhua hanya mengangguk sekali. "Ayo pergi."

Mereka berjalan menyusuri jalan utama yang kini semakin ramai.

Lentera menggantung di sepanjang atap, menebarkan cahaya oranye lembut di atas kepala orang-orang yang lalu-lalang. Suara tawa, musik dari seruling bambu dan aroma manisan bercampur jadi satu, mengalir seperti ombak tenang.

Chunhua berhenti beberapa kali di depan kios yang menarik perhatiannya. Kadang ia melihat liontin giok, kadang anting-anting berbentuk bunga, kadang kipas lipat berlukiskan awan, lalu memutuskan untuk membelinya tanpa banyak pikir.

Jing Zimo mengerutkan kening saat melihat tumpukan benda di tangannya semakin banyak.

Selain hiasan rambut yang kini duduk di rambutnya sendiri, ada juga beberapa pernak-pernik kecil dan perhiasan.

"Yang Mulia, untuk apa membeli barang sebanyak ini?" tanya Jing Zimo akhirnya, suaranya penuh heran. Ia mengangkat sebuah kotak-kotak berukir di tangannya, lalu menunjuk ke arah Su Yin yang juga membawa bungkusan. "Lihat kue-kue ini? Ada empat jenis, masing-masing lima salinan. Bisakah Yang Mulia menghabiskannya?"

Chunhua menoleh sekilas. "Tidak," jawabnya singkat, "ini untuk kalian."

Jing Zimo terdiam sejenak, kemudian melihat Sang Putri dengan tatapan aneh sebelum kembali tersadar.

Orang ini bukan Putri Fangsu!

Jadi bagaimana mungkin dia menyamakan mereka?

Akan tetapi, sebelum pikirannya sempat lebih jauh, Chunhua sudah melangkah pergi.

Dari kejauhan, suara seruling dan tawa orang-orang masih menggema, bercampur dengan aroma manisan dan bunga.

Lentera warna-warni berayun di udara, menciptakan bayangan lembut di wajahnya yang tak tersentuh cahaya.

Di tepi Jembatan Qinghe, kereta istana putri menunggu. Sungai di bawahnya memantulkan cahaya bulan dan lentera-lentera berbentuk bunga yang perlahan hanyut bersama arus.

Chunhua berdiri sejenak di tepi jembatan, memandangi air yang berkilau diterpa cahaya lentera. Angin membawa aroma bunga yang samar, menelusup di antara helaian rambutnya.

Mo Fei yang berjaga di samping kereta tampak seperti patung giok hitam—tenang, anggun, dan tak tergoyahkan, bahkan saat beberapa gadis muda di sisi jalan berbisik sambil mencuri pandang.

Chunhua menahan tawa kecil. Kalau saja Mo Fei tidak berdiri di samping kereta berlambang Istana Fangsu, dia yakin lelaki itu sudah tenggelam di antara bunga dan hadiah.

"Yang Mulia!" seru Mo Fei segera memberi hormat saat melihat Chunhua mendekat. Ia menunduk sopan kepada Jing Zimo sebelum mengambil alih bungkusan dari tangannya.

"Su Yin," panggil Chunhua pelan. "Ambil hiasan rambut dari Jin Rui Tang dan masing-masing satu jenis kue, lalu kirim untuk seseorang."

"Baik, Yang Mulia."

Chunhua tersenyum samar— senyum licik seperti rubah. Sudut matanya melirik punggung seorang pria berpakaian hitam di seberang jalan. "Katakan padanya," ucapnya ringan, "bahwa Putri ini tidak sabar melihatnya mengenakannya."

"Baik, Yang Mulia."

"Kamu bisa pergi sekarang." Chunhua naik ke kereta dengan bantuan Jing Zimo, tirai sutra berayun perlahan sebelum menutup pandangannya dari dunia luar.

Saat kereta Istana Fangsu mulai bergerak, angin membawa debu dan aroma bunga. Di seberang jalan, pria berpakaian hitam itu berbalik, tatapannya mengikuti bayangan kereta yang kian menjauh.

"Heh," cibirnya lirih, ujung bibirnya menegang, "pusing dan mual?"

1
lia
Cepat up ya kak, mau mampir bentar👣✨
Semangat selalu!👏🙌
Lulu: makasih dukungannya, aku usahakan up tiap hari /Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!