Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlahan Terbujuk
Aldo melempar kunci mobil ke bufet TV, lalu duduk di sofa dengan malas. Kinara yang sedang merapikan dapur melihat Aldo nampak kelelahan. "Apa semuanya lancar?" tanyanya. "Aah..entahlah. Yang jelas aku dan adikku tak menikmati pertemuan tadi." Kinara nampak terkejut. "Adikmu tak menikmati?Kenapa?" Aldo menghampiri Kinara dan bersandar di meja dapur sambil menyilangkan kedua tangannya ke dada.
"Sepanjang pertemuan dia berdebat dengan Mita hanya soal dress yang dipakainya. Adikku paling tidak suka dikritik soal penampilannya. Dia jurusan busana sejak SMA. Harga dirinya dijatuhkan Mita." Aldo terkekeh sambil bercerita. "Oh begitu, lalu bagaimana dengan Mamamu?" Kinara makin penasaran. "Mamaku sebenarnya terlihat sama, karena Bu Asri, mamanya Mita sibuk menceritakan kedua anaknya. Mamaku tak diberi kesempatan menceritakan keluarganya sendiri. Tapi mamaku berusaha tetap santai."
Aldo melihat buah dan sayur di dalam wastafel. "Dari mana buah dan sayur sebanyak ini?" Kinara tersenyum, " Oleh-oleh Paman dari Wahau" Aldo ikut senang bisa menikmati hasil panen Paman Kinara. "Semua tampak segar" Kinara mengangguk, "Baru dipanen kemarin. Duduklah nanti aku potongkan buahnya". Aldo kembali ke sofa dengan patuh.
Kinara menceritakan bagaimana dia akhirnya bisa meyakinkan Pamannya. "Yang tak ku sangka itu Haris, ternyata dia punya pemikiran berbeda dari paman. Dan dia juga ternyata punya seseorang yang dicintai, hanya saja keluarganya belum ada yang tahu". Aldo terkejut. "Oh ya? Wah ternyata itu benar-benar menjadi penolongmu" Ia menghela nafas, " Seandainya mamaku semudah itu bisa diyakinkan, aku tak sepusing ini menghadapinya," keluhnya.
"Kalau yang jadi pacar bohonganmu bukan aku, mungkin mamamu tidak akan mempertimbangkan Mita. Maaf ya, aku jadi tidak bisa membantu" Aldo tertawa, " Ga perlu merasa bersalah, memang mamaku aja kurang teliti. Kamu itu banyak kelebihannya dibanding Mita, cuma mamaku belum tahu saja. Besok apa kamu mau ikut mengantar mereka ke bandara?" Kinara mengangguk, "Boleh, jam berapa?" Kinara nampak antusias, "Jam 9, kita berangkat ke sana jam 08.30"
Kinara bangkit dari sofa, "Oke, kalau begitu aku tidur dulu." Kinara berlalu ke kamarnya.
Minggu pagi, jam di dinding menunjukkan pukul 07.00. Kinara bangun lebih pagi untuk menyempatkan membuat sarapan dan mengurus cucian kotornya. Aldo sendiri pergi jogging sejak jam 06.00 tadi. "Tulalit, ceklek" Aldo membuka pintu dan melihat Kinara yang sedang mencuci peralatan masak di dapur. "Kamu bikin sarapan? Aku pikir kamu bangun agak siang jadi aku bawa kue untuk sarapan," ujarnya. "Tidak apa-apa, kalau sudah terlalu kenyang makan kue bisa untuk makan siang." Aldo meletakkan kue Mantau diatas meja ruang tengah, lalu ke kamarnya untuk bersiap mandi.
Kinara menyeduh teh dan membawanya ke ruang tengah. Sambil membuka media sosial, ia menikmati kue yang dibawa Aldo. "Ceklek," suara pintu kamar mandi dibuka. Kinara spontan melihat ke arah suara, nampak Aldo keluar dari kamar mandi dengan handuk menutupi bagian bawah tubuhnya. "Tuh kan, kebiasaan," teriak Kinara sambil melempar bantal sofa pada Aldo yang juga terkejut mendengar teriakannya. "Mana Aku tahu kamu disitu." Aldo berjalan santai ke kamarnya setelah mengembalikan bantal sofa ke tempat semula. Ia terkekeh melihat Kinara yang menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Satu jam kemudian Aldo sudah siap dengan pakaian santainya. Ia melihat Kinara yang masih mengurus cuciannya. "Awas ada yang ketinggalan lagi" tegurnya. "Siap Bos." Kinara terkekeh. Aldo duduk diruang tengah menikmati sarapannya. Tak terasa 1 bulan mereka tinggal bersama, sudah tak seperti orang asing. Kinara juga bersiap setelah menyelesaikan pekerjaan terakhir. "Ayo kita berangkat," ajaknya sambil membawa 2 buah tas kecil. "Apa itu?" tanya Aldo. " Cuma hadiah kecil buat mama dan adikmu." Aldo tersenyum bangga, " Salut dengan perhatianmu." Kinara tersipu. Aldo yakin Meli akan tersentuh dengan pemberian itu, karena Kinara lebih berinisiatif mengambil hati keluarganya daripada Mita.
Mereka akhirnya sampai dirumah Widi, tempat Hilda dan Meli menginap. Hilda tertegun melihat Kinara turun dari mobil. "Pagi tante, maaf saya ikut ke bandara juga." Hilda mengangguk dingin. "Ga apa kak Kinara, Tante Widi kebetulan juga ga bisa antar," sahut Meli. Kinara menghampiri mereka dan membantu Aldo membawa barang-barang ke bagasi Mobil. Aldo merasa tidak nyaman melihat ekspresi mamanya, seperti tidak suka dengan Kinara yang ikut mengantar mereka.
Setelah berpamitan dengan Widi, mereka semua masuk ke mobil dan melambai tangan pada Widi." Kinara yang duduk dibelakang dengan Meli mengobrol santai bertanya soal kuliahnya. "Oh ya, kakak punya sesuatu buat kamu, "Anggap saja hadiah perkenalan." Meli terlihat senang, "Wah ada hadiah, terima kasih ya." Kinara mengangguk. "Ini untuk Tante." Kinara memberikan tas kecil pada Hilda yang duduk di depan. "Terima kasih, kamu sudah repot memberikan hadiah," jawab Hilda sungkan. "Ga repot kok Tante, maaf kalau hadiahnya biasa saja, semoga Tante suka." Aldo tersenyum melihat ekspresi tak menyangka dari wajah mamanya.
Setelah berhasil mendapatkan parkiran, Aldo menyusul ke ruang keberangkatan. Disana Hilda nampak sudah mengobrol santai dengan Kinara, sembari menunggu Meli Mengurus barang di loket check in. "Sudah semua?" tanya Aldo membuat mereka kompak menoleh padanya. "Meli masih antri." Kinara melihat sebuah kursi tunggu yang kosong, "Kita tunggu disana saja Tante, biar tidak terlalu lama berdiri," ajaknya. "Mama duduk dulu saja, biar aku tunggu Meli disini." Kinara dan Hilda berjalan menuju kursi sambil mengobrol lagi. 'Akhirnya sudah lebih akrab,' batin Aldo.
Meli dan Aldo menyusul mereka. "Ayo ma, kita ke ruang tunggu, 10 menit lagi boarding," ajak Meli. Hilda mengangguk, lalu berpamitan pada Kinara dan Aldo. "Maaf ya kalau nanti Aldo jadi sering merepotkan. Dia memang terbiasa makan menu rumahan." Kinara mengangguk, "Tidak repot kok Tante. Senang bisa saling dukung." Hilda dan Meli melambai pada mereka sambil masuk ke ruang tunggu. Aldo dan Kinara pergi setelah mereka tidak terlihat dari pintu masuk.
"Bahas apa aja tadi? kayaknya mamaku sudah bisa ngobrol santai denganmu." Aldo penasaran, "Oh cuma cerita waktu kamu sakit itu. Aku kan dipesanin dokter untuk jaga makanmu, jadi aku cerita kalau kita bagi peran. Kamu siapkan bahan, aku yang masak. Mamamu terlihat tenang setelah tahu aku yang siapkan sarapan dan makan malammu" Aldo mengangguk mengerti. "Sepertinya hadiah kecilmu tadi cukup berefek." Kinara tersenyum, "Syukurlah kalau begitu. Aku cuma menunjukkan perhatian sebagai pacarmu," ujar Kinara sambil menggoyangkan dua jari diatas kepalanya, seolah sedang mengutip. Aldo tersenyum.
Aldo membawa Kinara ke swalayan, tempat biasa dia membeli bahan. "Kamu pilih sendiri bahannya, aku yang bayar." Kinara tersenyum bersemangat, "Oke Bos," sahutnya. Aldo mengambil troli dan berjalan dibelakang Kinara. Kinara cukup teliti memilih sayuran segar. Ia juga mengambil beberapa jenis ikan kesukaan Aldo. Juga mengambil barang lain, lalu pergi mengantri di loket Kasir. Mereka membeli kebutuhan dapur selama seminggu layaknya pasangan yang sedang berbelanja. Kinara yang memang suka memasak merasa senang dan puas bisa ikut berbelanja.
Saat mereka keluar dari swalayan, ada seorang wanita paruh baya yang menghampiri. "Mas Aldo Nugraha kan?" tanyanya pada Aldo. "Iya Bu, saya Aldo" sahutnya. "Wah saya kok ga tahu ya kalau sudah punya istri, sayang sekali," ujarnya sambil melihat pada Kinara. "Bukan Bu, saya bu-" tangan Kinara ditahan oleh Aldo. "Iya Bu, kami baru menikah, terima kasih perhatiannya. Kami permisi duluan ya Bu." Aldo menarik Kinara menuju parkiran. "Jangan menoleh ke belakang, aku curiga ibu itu mau menawarkan putrinya padaku" Kinara baru mengerti kenapa Aldo memotong pembicaraannya dan membawanya pergi.