Tak ku sangka kawah gunung itu menyatu kan garam lautan dan asam pegunungan,lampu kuning penanda kehidupan ternyata jalan ku menemui dia sebagai teman sehidup semati ku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ys Simarmata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cobalah mengerti
Setelah kesepakatan jual beli antara aku dan pihak dealer selesai, aku mengeluarkan surat resmi perjanjian atas pernikahan kami yang baru saja terjadi.
'Saya pihak pertama membuat surat ini dalam keadaan sehat kuat,dan sadar sepenuhnya, tidak ada paksaan maupun permintaan yang merugikan saya.
nama:ADRIANA SASMITA
usia:33 Tahun
pekerjaan: Kepala cabang Bank swasta
Saya mengajukan perceraian setelah anak pertama kami dari pernikahan ini lahir, atau setidak genap 1 bulan. Tidak ada tuntutan biaya hidup hanya minta diperlukan nya sosok ayah dalam kehidupan dan tumbuh kembang anak ini nantinya. Saya tidak menolak terjadi persetubuhan atau apa pun tindakan selayaknya suami istri antara saya dan Sagam selama kami menjadi pasangan suami istri
Nama: Sagam Anditio
umur:28 Tahun
pekerjaan: Masinis lokomotif
Tuntutan:...
Ku berikan surat tulis tangan lengkap dengan matre untuk Sagam tanda tanganin,ia memegang dengan seksama setetes air mata membasahi pipi.
"Kenapa harus ada perceraian?" Oh dia menangis karena akan menyandang status duda? Atau kehilangan semua fasilitas ini.
"Karena aku enggak sanggup kalau kamu jadikan aku second account mu, aku bukan pilihan Sagam! Jadi, tanda tangan aja buat tuntutan mu atas permintaan mu. Supaya tidak ada penyesalan."
Sagam menarik kertas itu, aku berharap dia menariknya untuk dirobek dan dibuang seperti di film-film nyatanya tidak,dia menuliskan tuntutan nya amat panjang, kira-kira seperti ini lah bunyi nya.
Saya dan Adriana tidak akan ada penyatuan lagi sampai anak ini lahir dan terjadi nya perpisahan dan Adriana tidak boleh masuk kedalam kamar saya begitu juga dengan saya
Dan jikalau pun ada kejadian pertemuan didalam kamar itu bukan membahas privasi melainkan sesuatu yang darurat."
Oke, terlihat nyata betapa ingin menjauhnya kamu dariku, begitu rendah aku ada disini, aku pikir ada aku sedikit dihati mu Gam. Memang awal nya aku takut dekat dengan mu karena perbandingan ekonomi kita tapi kenapa kau enggak berusaha perjuangan kita.
Ku relakan semuanya saat ini jika sikap mu dibelakang ku kau buat only for me tidak ke yang lain, aku cemburu dengan itu.
mengingat kejadian tadi pagi ternyata aku amat lancang dengan privasi Sagam, sehingga jalan yang ku berikan menjadi kesempatan buat dia melarikan diri dari ku.
Ku lap air mata dan segera meminta jam berapa kira-kira mobil baru nya akan diantar nantinya.
Urusan mobil baru benar-benar selesai, dan urusan hubungan ini juga seharusnya sudah selesai. Ku pandangi Sagam dalam diam, setidaknya aku masih menikmati dikemudikan oleh mu sebelum aku mandiri, apalagi nanti aku akan pindah kerja tentu bakal milih nginap ketimbang pulang balik.
"Kamu sudah lapar?" pertanyaan gak penting mending diabaikan aja sih kalau begini,gak penting-penting juga.Gelengan kepala secara tidak langsung menolak.
Kebiasaan Sagam membeli sesuatu tanpa persetujuan dari ku adalah hapalan tanpa rumus, ku teteskan airmata mengigit pinggiran bibir tak tau kemana arahnya kehidupan ini.
Sesampainya dirumah, barang-barang ku hanya diantar sampai atas oleh Sagam.
Sisanya siapa yang urus? Ya para bibiku
mereka heran melihat kami sudah pulang mungkin batin mereka juga berkata mau ngapa lagi kan sudah di an-boxing.Tutup pintu,niat hati ingin tiduran karena pinggang juga lumayan panas beberapa hari lelah untuk bersandiwara dengan dunia.
Dan ajaib benar, memang rezeki anak ini lumayan sekali. Sagam naik jabatan begitu juga dengan aku, berarti Tuhan turut bekerja atas kami. Apa perlu aku cerita pada Sagam tentang hal ini? Tapi tidak itu zona privasi ku.
Ku ambil bagian yang seharusnya ku nikmati, dengan pakaian mini ku ambil waktu menikmati layaknya aku masih seperti gadis, bukannya istirahat malah olahraga sejenak dan ya aku pusing. Turun mengambil minum ku lihat motor Sagam tidak ada kemana dia pergi? Apa sekedar membeli rokok keluar?.
Ia kembali dengan empat bungkus buah-buahan yang katanya untuk ku.
berkat rajinnya suami ku ini anak ini tumbuh dengan baik dikandungan ku.
"Anak-anak minta perayaan sekalian kenalin kamu ke gank kita,kalau kamu enggak keberatan bisa ikut aku enggak.Aku udah cari tempat buat sekedar makan." Sagam menyerahkan semangkuk semangka dan pepaya untuk ku nikmati.
"Ngapain cari tempat,bawa aja kerumah.Entar suruh bibi beli daging apa gitu buat manggang." Ku balik badan meninggalkan Sagam dengan isi pikirannya.
"Tapi acaranya besok" Sagam menghentikan langkahku di ketiga lantai anak tangga dengan semangkuk buah, " Masih bisa dikejar kalau mau dirumah,kalau enggak juga enggak masalah." Ucapku datar.
Aku sudah gak mau berharap dengan Sagam terlebih surat itu diresmikan amata menyakitkan untuk dilanggar.
Kalau ada kesempatan di kehidupan selanjutnya datang lah sebagai hak milik
ku sepenuhnya Sagam.
Apa-apaan sih aku ini kenapa terlalu obses banget ke Sagam sih, fokus ke ranah kerja mu aja Dri, fokus ke anak yang bakal ngerasain apa yang kamu rasain. Bedanya wujud bapak dia ada dan nyata hanya peran nya mungkin sedikit berbeda.
Cuman 7 bulan doank waktu mu ngumpulin dana dan segala tetek bengek urusan nih anak, aku rindu Dina apa aku cerita aja ya tentang semua ini ke Dina.
'Din,' chat ku langsung disambut dengan panggilan telepon,aku mengunci pintu jaga-jaga kalau Bibi masuk ke dalam kamar.
"Kenapa Dri, cerita aja. Soryy ya baru pegang handphone." Ia sepertinya baru bangun tidur.
Bla bla bla bla cerita awal sampai akhir tentang surat persetujuan antara aku dan Sagam juga telah sampai ke telinga Dina.
Dina terdiam,membisu memahami tangis ku,
"Gue gak tau Din, awalnya gue gak ada rasa nih sama lakik gua, malah kek ini orang miskin banget, ya walaupun orang tuanya dikampung terbilang kaya tapi buat dia big no banget ! Makin lama gua makin cinta sama nih orang, padahal dia udah ada wanita idaman, aku enggak bisa gitu Din."
"Dri,kamu lagi hamil! itu yang bikin hormon kamu naik turun, lagian yang di rahim Lo itu gak mau kali bapaknya jauh-jauh."
Dina terdiam sejenak, dari suara sengaja diputus- putus aku yakin dia ada ucapan
terpendam yang ingin dia sampaikan padaku.
"Dri, kalau misalnya lo enggak mau itu anak jangan dibuang ya, kita siap kok Dri ngerawat dia, Lo juga bebas kok main kesini. Itu anak juga bakal gua kasih tau kalau Lo emaknya." lah si bangsat malah kepikiran kesana, tapi kalau di pikir-pikir apa ini cara Tuhan untuk Dina ya, dia menitipkan anak ini karena tau Dina butuh dia tapi takdir berkata lain, kenapa aku enggak kepikiran kesana, tapi terkesan tidak adil Tuhan izinkan Dina menikah dengan mulus tapi tidak diberkati hasil kerja-kerja mereka, sementara ada yang coba-coba langsung Tuhan berikan buah dari perbuatannya. Hemm memang sangat tidak adil rasanya, pantesan sampai saat ini dunia masih terus menuntut keadilan