Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.
Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.
Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?
Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Jansen membuka matanya
perlahan, pandangannya langsung
tertuju pada plafon yang putih bersih. Tiba-tiba, muncul sebuah layar hologram di depan matanya dengan berbagai notifikasi yang menarik perhatiannya.
DING...
Selamat, Anda mendapatkan 20 Poin karena berhasil Check-in. Status otomatis ditampilkan.
Lv I.
Nama: Jansen Gillard.
Poin Utama: 79.
Pesona: 50.
Kekuatan: 101
Kelincahan: 101
Semangat: 71
Keterampilan: Teknik Tapak Naga
Inventory: Kartu Permainan.
Dana: 968-405.000,
Tugas Utama: Membantu Andini
Atmajaya.
Tugas Harian: Belum selesai, Sambil membaca informasi yang Tertera di layar hologram tersebut, Jansen melirik ke samping dan tidak
menemukan siapa pun disana.
"Dia sudah pulang tampaknya ujar jansen sambil tersenyum. la kemudian bangkit dari tempat tidurnya, merasa bersemangat meskipun belum menyelesaikan tugas harian yang biasa la lakukan setiap
pagi.
Dengan penuh semangat,jansenn
mulai melakukan push-up di lantai
kamar itu, la sangat ingat betul, jika ia
tidak menyelesaikan tugas harian ini,
hukuman yang mengerikan akan
menanti dirinya. Keringat mulai
mengucur dari dahinya saat ia
mencapai angka ke-50.
Setelah merasa cukup, Jansen
berdiri dan mengambil pakaiannya tadi malam. la menarik selimut yang menutupi pakaian pakaian itu, namun matanya seketika terfokus pada satu titik di selimut tersebut. Terdapat noda merah yang mencolok di sana,
membuat selimut putih tampak kotor,
Jansen tersenyum simpul melihat
noda merah itu. Bagi sebagian orang
noda tersebut mungkin hanya dianggap
sebagai kotoran yang perlu segera
dibersihkan. Namun, bagi Jansen,
noda itu memiliki arti lebih dalam.
Matahari pagi menyinari jalanan
yang lengang di hari Minggu yang
cerah. Angin berhembus sejuk.
menggoda setiap orang untuk
menikmati pagi yang indah ini. Dalam
suasana yang sempurna ini, Jansen
berlari dengan semangat, langkah kaki
yang pasti, dan detak jantung yang
bersemangat.
Keringat mulai mengucur
membasahi wajah dan punggungnya,
namun Jansen sama sekali tidak
keberatan. Fokus utamanya adalah
untuk menyelesaikan tugas sistem yang
diberikan kepadanya, yaitu berlari
sejauh satu kilometer. Tidak disangka,
Jansen justru berhasil melampaui
target yang diberikan sistem, dengan
jarak yang ditempuhnya kini sudah
lebih dari satu kilometer.
Menyadari hal tersebut, jansen
memutuskan untuk menghentikan
langkah kakinya sejenak. la berjalan
menuju warung terdekat dan membeli
botol air minum untuk melepas.
dahaga. Setelah itu, ia melanjutkan
perjalanan singkatnya menuju taman
yang asri dan nyaman, tempat yang
tepat untuk beristirahat sementara
Sambil meminum air yang la bell,
Hans5en duduk di bangku taman,
menikmati kesegaran udara pagi yang
masih terasa di kulitnya. Tak lama
kemudian, suara yang dikenalnya terdengar,
membuatnya menoleh ke sumber suara
tersebut.
Bukankah itu Jansen gumam
Lena, yang secara kebetulan juga
sedang berada di taman itu bersama
temannya.
"Siapa yang kamu lihat, Lena?"
tanya teman wanita yang bersamanya,
penasaran.
Lena menunjuk ke arah Jansen
yang tengah asyik menikmati air
minumnya sambil duduk di bangku
taman. Tak disangka, pagi yang cerah
ini justru membawa pertemuan tak
terduga antara mereka.
Menyelesaikan Tugas Harian I
kilometer
Selamat, Anda mendapatkan
tambahan 5 Poin pada setiap Start.
DING..
Status ditampilkan Otomatis.
Nama: Jansen Gillard,
Pain Utama: 79.
Pesona: 55
Kekuatan: 100
Kelincahan: 300.
Semangat: 76.
Keterampilan: Teknik Tapak Naga
Inventory: Kartu Permainan.
Dam: 968.400.000.
Tugas Utama: Membantu Andin
Atmajaya
Tugas Harian: Tidak Ada.
Tiha-tiba Jansen mendengar suara
yang familiar, la menoleh dan melihat
seorang wanita cantik berambut
pendek yung sedang berjalan ke
arahnya. Wajah wanita itu terlihat
tidak asing bagi Jansen, namun ia
masih bingung, dimana ia pernah
bertemu dengan wanita itu.
Wanita itu tersenyum tipis dan
menyapa, "Apakah itu kamu, Jansen?
la teringat saat Jansen membantunya
menyelesaikan tugas beberapa waktu
yung lalu. Momen itu begitu berkesan
bagi wanita itu, sehingga ia masih
mengingat wajah tampan Jansen.
Jansen mengerutkan kening.
mencoba mengingat. Setelah beberapa
detik, ia akhirnya tersadar dan
tersenyum lebar. "Bu Lena?" serunya
dengan penuh kegirangan.
Lena berdiri dengan anggun,
tersenyum lebar sambil melambaikan
tangannya. "Jangan panggil aku dengan
sebutan Ibu dong, aka kan masih muda
dan single. Panggil aku Lena saja
ucapnya dengan nada menggoda.
Tubuh Lena yang aduhai terbalut
pakaian yang cukup menantang,
dengan atasan yang sedikit terbuka
menunjukkan lekuk tubuhnya yang
seksi. Sebagai seorang Polwan,
penampilan Lena sungguh
mengejutkan.
Celana pendek yang dikenakannya
memamerkan paha mulusnya,
membuat para lelaki yang melihatnya
sulit untuk tidak menatap dengan
penuh nafsu. Di samping Lena, seorang
wanita yang tak kalah cantik dan seksi
juga menarik perhatian.
Jansen, yang tak bisa menahan
diri, memperhatikan kedua wanita
tersebut dengan mata yang
membelalak. Sebagai lelaki normal,
birahinya terpancing oleh
pemandangan yang menggoda di depan
matanya
Lena tersenyum tipis saat melihat
arah pandangan Jansen, seakan
menyadari ke mana mata pria itu
tertuju. "Jansen, kenalkan. Dia adalah
Yuliana!" kata Lena sambil menunjuk
ke arah Yuliana yang sedang berdiri di
sampingnya.
Jansen segera menarik kembali
pandanganya dan menjulurkan
tangan kepada Yuliana, mencoba untuk
bersikap sopan. Yuliana pun membalas
dengan menjabat tangan Jansen
sambil menunjukkan senyum cerah
yang menawan.
Seiring dengan meningkatnya
pesona yang dimiliki Hansen, tak heran
Jika pandangan wanita sulit untuk
lepas dari pesonanya. Pria itu memang
memiliki daya tarik yang mampu
memikat hati siapa saja yang
melihatnya.
Namun, ada satu hal yang kerup
membuat Jansen bingung, yaitu
mengapa wanita sering kali memilih
untuk berpakaian minim, Padahal,
pakaian tersebutlah yang menjadi daya
tarik utama yang membuat pria
tertarik untuk memandanginya.
Kamu hanya sendiri?" tanya Lena
sambil duduk di samping kanan
Jansen.
yuliana pun duduk di sebelah kiri
jansen, keduanya mengapit jansen
sehingga membuatnya merasa dunia
sesak. la bingung, namun seharusnya ia
menikmati situasi ini.
Ada banyak orang yang
mendambakan dan menghayal sesuatu
seperti itu, tapi bagi mereka, itu
hanyalah mimpi.
"Ya, aku hanya sendiri! Sahut.
jansen
Sementara itu, jansen dengan
mudah dikelilingi dua wanita cantik
yang mengenakan pakaian olahraga.
"sialan, beruntung sekali dia, gumam
seseorang dari kejauhan saat melihat
Jansen bersama Lena dan Yuliana.
Teman di sebelahnya
berkomentar, "Boro-boro
ikut
kita, yang
nggak cantik-cantik gitu aja jual
mahalnya minta ampun!"
ia ampun, dia juga tampak biasa
saja. Apakah wanita-wanita itu kena
guna-guna celetuk yang lainnya, tak
habis pikir melihat pemandangan
tersebut
Ingin sekali aku mendatangi
mereka," ucap salah satu lagi dengan
tatapan serius.
"Untuk apa?" tanya kawannya,
bingung
Untuk mengatakan pada lelaki itu,
cepat seruduk sebelum keburu sadar
jawabnya penuh semangat.
Syukur-sukur kalau tidak
ditempeleng oleh mereka" timpal yang
lain sambil tertawa
Sedangkan Jansen, yung menjadi
bahan pembicaraan mereka, tak tahu
ара-арa.
Dia duduk jauh di sana, asyik
berbicara dengan Lena.
"Apakah rumah kontrakanmu
dekat sini?" tanya Lena penasaran.
Tidak terlalu jauh, cukup berjalan
kaki saja jawab Jansen seraya
tersenyum.
Jansen tedah menandai rumah
kontrakannya pada sistem GPS,
sehingga ia dapat melihat tanda kedip
merah pada layar hologram.
Sementara itu, Lena, yang
menyadari perhatian Jansen sedang
teralih dan merasa memandangi
kakinya yang putih mulus, langsung
dia mengganti posisi kakinya yang
semula bersilang. Meskipun tak jelas
apa yang sedang dipikirkannya,
langkahnya ini seolah memberi ruang
bagi jansen untuk melihat sesuatu...