Mora mendapatkan tawaran menarik untuk menggoda pria beristri. Jika berhasil bayaran sejumlah 100 juta akan ia dapatkan.
Tapi ternyata tawaran itu sangat tidak mudah untuk Mora laksanakan. Pria yang harus ia goda memiliki sikap yang dingin dan juga sangat setia dengan sang istri.
Lalu apakah Mora akan berhasil merebut pria dari istrinya? atau bahkan justru hubungan mereka semakin dekat karna pria tertarik pada Mora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKS 31
“Kau benar ingin memastikan kuntilanak yang ada di Apartemen Asher, Tuan?” tanya Mora disaat Adam mulai menekan tombol remote mobilnya.
Adam menjawab dengan anggukan kepala mantap. Seakan-akan emang yakin dan sama sekali tidak ragu, bagaimanapun Adam tidak akan mempercayai hal-hal berbau mistis.
“Ulah seseorang harus segera dibongkar. Sebelum orang pembuat onar tersebut semakin menjadi-jadi dan malah menakuti semua penghuni Apartemen.”
Ucap Adam sembari tersenyum penuh arti kepada Mora. Susah payah Mora untuk tidak bereskpresi apapun, tetap tenang seolah tidak terjadi apapun.
Saat Adam mulai melangkah menuju bangku pengemudi saat itulah Mora membuang napas kasar dan terjadi terus menerus.
“Aku harus apa kalau sampai dia memeriksa kamera pengawas nantinya?” Mora benar-benar takut.
Akan tetapi jika terus memaksa Adam untuk tidak melakukannya maka sudah pasti memancing kecurigaan. Posisi Mora juga akan semakin terpojok.
Memang mau tidak mau pasrah saja. Kimora hanya bisa berharap, semoga tidak ada kamera apapun yang mengawasi aktivitasnya untuk menakuti Asher kemarin malam.
Sedangkan Adam baru saja ingin membuka pintu mobil. Namun tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, langsung saja Adam mengangkat panggilan tersebut sebelum masuk.
Karena suara ponsel Adam juga Mora menunggu dulu. Kalau dilihat dari raut wajah Adam seakan-akan mendapatkan panggilan dari orang penting saja.
“Ayyana sudah kembali?”
Raut wajah Adam yang datar berubah menjadi bahagia sekali. “Baiklah, aku akan segera kembali. Siapkan makan malam spesial untuk kami,” perintahnya.
Dengan gerakan terburu-buru Adam memasukkan kembali ponselnya dalam saku celana. Lalu masuk kedalam mobil dengan sangat terburu-buru sampai Mora saja heran.
Karena itu Mora menyusul saat Adam mulai menyalakan mesin mobil. Masuk begitu saja tapi seketika tangan Adam mendorongnya.
“Turunlah.”
“Ha?”
“Ayyanaku sudah kembali. Aku tidak ada waktu untuk bermain detektif denganmu, jadi turunlah dan pulang sesukamu saja.”
Ucapan Adam membuat mulut Mora ternganga. “What? Dimalam begini?”
“Cepatlah! Aku tidak mau membuat Ayyana menunggu lama,” Tetap saja Adam memaksa agar Mora turun dari mobilnya.
Seakan memang tidak ada pilihan lain maka bergegas Mora turun lagi meskipun masih tercengang dengan semua hal yang terjadi.
“Terserah kau mau menjadi hantu jenis apa malam ini. Yang terpenting jangan ganggu aku dan Ayyana, sudah itu saja.”
Belum Mora merespon Adam sudah menutup rapat-rapat mobilnya. Lalu melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan Mora begitu saja di perkarangan Restoran.
Mora masih berdiri mematung. Masih juga tidak menyangka dengan ulah yang telah Adam lakukan padanya, lagi dan lagi Adam lebih memilih istrinya.
“Sialan!” Mora mengumpat tentunya.
Sudah hampir larut malam sudah pasti sulit menemukan taxi. Tapi Mora menyadari sesuatu hal dari kejadian ini.
“Jika Tuan Adam sudah bergantungan padaku… pastinya dia tidak akan meninggalkan aku begitu saja seperti saat ini.”
Membenarkan jika sudah saatnya Mora lebih ganas kali ini. Sampai Adam sendiri yang mencampakkan istrinya dan lebih memilihnya dalam keadaan apapun.
Mora mengibaskan rambut panjangnya lalu tersenyum sinis. “Mulai malam ini aku pastikan… kau yang justru meninggalkan istrimu demi aku. Bukan sebaliknya,” ucapnya.
Kali ini Mora benar-benar sebal. “Kali ini aku tidak akan ragu memberikan duniaku padanya. Semua demi ambisi, dan hal lainnya.”
*
*
Ayyana duduk manis di ruang tengah menikmati minuman anggurnya. Hanya mengenakan jubah mandi karena baru saja selesai membersihkan diri.
Hanya duduk seorang diri ditengah ruangan yang luas adalah sesuatu hal yang sangat menenangkan bagi Ayyana. Dimana tidak ada satupun hal yang perlu ia hormati atau bahkan memberikan senyuman palsu.
Tapi ketenangan Ayyana menjadi lebih menyebalkan dikala para pelayan berlalu-lalang dihadapannya. Entah apa yang terjadi hanya saja Ayyana sangat benci diganggu.
Dengan perasaan kesalnya Ayyana meletakkan gelas tersebut diatas meja dengan sedikit keras, mungkin saja gelas itu bisa pecah atau bahkan sebagainya.
“Kenapa kalian mengganggu ketenanganku?” tanya Ayyana dikala satu pelayan menunduk hormat dihadapannya kini.
“Tuan Adam memerintahkan kami agar segera menyiapkan makan malam. Beliau ingin agar Nyonya makan malam bersamanya.”
Ayyana berdecak sebal. Kakinya menyilang lalu duduk bersandar pada sofa, menatap pelayannya dengan sangat seriusnya.
“Kalian memberitahu dia jika aku pulang malam ini?” tanyanya lagi tapi dengan tatapan mata yang sangat serius dan juga tajam.
“Iy-iyy-iya, Nyonya.”
“Bagaimana bisa?!” bentak Ayyana bahkan sembari melempar gelas anggur kearah pelayan tersebut.
Tentu saja pelayan itu bergetar ketakutan. Spontan duduk dilantai menunduk hormat padanya, kedua tangan menadah meminta ampunan dari sang Nyonya.
Bahkan pelayan tersebut tidak menghiraukan lututnya yang menduduki pecahan gelas, sudah jelas pastinya akan membuat lututnya berdarah.
“Saya hanya mematuhi perintah Tuan Muda saja. Beliau menyuruh saya untuk memberitahu jika Nyonya sudah kembali….”
“Maafkan saya, Nyonya… Maafkan saya…”