NovelToon NovelToon
Transmigrasi Calon Ibu Muda

Transmigrasi Calon Ibu Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Sistem
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Q Lembayun

Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam pertama

"Kamar kita berdua."

Vin membawa Tamara ke kamar mereka dan meletakkan Yumna di keranjang bayi dengan pelan. Kamar itu memiliki nuansa putih dengan banyak renda, terlihat seperti kamar hotel untuk berbulan madu. Hal tersebut membuat wajah Tanata sedikit memerah, apalagi jika mengingat bahwa malam ini akan menjadi malam pertamanya tidur satu ranjang dengan suaminya.

"Kamarnya terlihat indah. Aku senang melihatnya, ini kamar tercantik yang pernah aku lihat."

Tamara tak berbohong, ia benar-benar merasa bahwa ini adalah kamar tercantik yang pernah ia lihat. Di kehidupan sebelumnya, Tamara adalah wanita kaya dan independen. Ia punya banyak uang dan dapat membeli apapun yang ia suka. Hanya saja ia terlalu sibuk sehingga tidak sempat menikmati hal-hal remeh semacam ini.

Apalagi kamar ini dilengkapi oleh apa yang disebut 'keluarga'. Hal tersebut menambah kehangatan di dalamnya, kehangatan yang Tamara belum pernah rasakan sebelumnya.

Seringai di wajah Vin pun terlihat, ia senang hasil karyanya dihargai oleh sang istri. Apalagi saat ia melihat wajah Tamara yang tak henti-hentinya melihat ke setiap sudut kamar dengan tatapan kagum. Vin pun semakin bersemangat, apalagi jika mengingat bahwa tempat ini akan menjadi tempat yang akan ia gunakan untuk melepaskan rindu di masa depan. Tempat untuk melewati malam-malam panas bersama sang istri. Membayangkan hal itu, Vin pun tersenyum sumringah.

Akan tetapi Vin segera menyingkirkan rencana mesumnya dan menampar dirinya sendiri, ia harus ingat bahwa istrinya baru saja melahirkan, jadi ia harus bersabar. Setidaknya untuk tiga bulan ke depan.

"Kamar ini aku buat sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Aku ingat ketika kita berlibur, kamu selalu menyukai kamar kita dengan nuansa putih dan memiliki banyak renda. Kamu juga menyukai jendela yang luas dengan pemandangan yang hijau. Jadi aku berinisiatif untuk membuat kamar yang mirip dengan kamar yang kita tinggali saat itu."

Salah satu alasan kenapa Vin menyiapkan kamar ini, bukan hanya karena Tamara menyukainya. Jauh dari hal itu, tujuan utama Vin melakukannya adalah karena Vin ingin Tamara dapat mengurangi tekanan psikologis yang dia miliki. Ia ingat semua saran-saran yang telah psikolog itu sarankan padanya. Jadi ia akan menetapkan secepat mungkin dan berusaha membuat Tamara sembuh tanpa gejala sisa.

Vin pun mendekat ke arah Tamara dan memeluk wanita itu dari belakang. Ia tak membiarkan Tamara berbalik dan hanya akan memeluknya dengan lebih erat, sambil mencium bahu wanitanya dengan mesra.

"Istriku, kamar kita lumayan jauh dari kamar Dave. Jadi bisakah kita melakukannya malam ini. Aku, aku tau kamu baru saja melahirkan. Aku tidak akan melakukannya hingga akhir, aku hanya ingin me-menyentuh. Yah hanya menyentuh."

Mendengar hal itu telinga Tamara langsung panas. Permintaan macam apa itu, ia masih perawan ting-ting ok!

Tamara tak pernah mendapatkan permintaan yang begitu vulgar sepanjang hidupnya. Ia tau mereka adalah suami istri dan sudah sewajarnya percakapan dewasa semacam itu akan terjadi. Tapi Tamara tidak terbiasa dan tidak mau terbiasa, jadi ia langsung menolak dengan tegas.

"Tidak boleh, Dave akan tidur dengan kita malam ini."

"Kenapa tidak boleh? Dave sudah besar dan aku sudah menyiapkan kamar khusus untuknya. Kenapa dia harus tidur bersama kita?"

Vin yang awalnya tersenyum sumringah, kini berubah menjadi cemberut. Padahal ia sudah menyiapkan rencana untuk melepas rasa rindunya. Tapi sepertinya Tamara menolak untuk melakukannya. Vin yakin bahwa Dave hanya sebuah alasan, Tamara sebenarnya tak ingin melakukan hal-hal semacam itu dengannya.

Mungkin Tamara masih marah atau kesal padanya, jadi Vin pun memakluminya.

Dengan wajah kecewa, Vin pun menganggukkan kepalanya. Ia pun duduk di atas kasur dengan tubuh yang tidak bersemangat.

"Tapi pelukan boleh kan?"

Melihat wajah memelas sang suami, Tamara pun mengalah. "Boleh."

Mendengar hal itu, Vin pun kembali bersemangat. Yahh, setidaknya ia dapat berpelukan dengan sang istri hingga pagi menjelang. Ia sudah lama tidak melakukannya dan ia benar-benar merindukan masa-masa itu dan ingin melakukannya lagi.

Saat malam menjelang, Tamara melihat ke arah Vin yang terlihat tidak senang.

"Kenapa diam saja, tidak mau di peluk? Ayo kita berpelukan."

Tamara merentangkan tangannya dan menyuruh Vin untuk memeluknya, ia bersikap seolah benar-benar merindukan laki-laki itu. Walaupun ia tau bahwa Vin tak mungkin bisa memeluknya malam ini.

Vin mencibir di dalam hatinya, ia tau bahwa ia tak bisa memeluk Tamara karena ada seorang anak di tengah mereka. Dave memeluk ibunya dengan erat dan mengambil hampir setengah dari ranjang. Bahkan Vin terpaksa harus bergeser dan mengalah karena Dave terlihat enggan untuk berbagi.

Vin sangat merindukan istrinya, ia rindu pelukan sang istri. Tapi anaknya terlalu pelit, dia bahkan tak mengizinkannya untuk mendekat.

Vin pun mencoba untuk membujuk sekali lagi. "Dave... Anakku tersayang, ayah boleh peluk ibu nggak?"

"Nggak."

Suara Dave sangat jelas dan terkesan mengintimidasi. Terlihat dengan jelas bahwa anak itu masih marah padanya.

Wajah Dave yang yang cemberut membuat Vin sedikit takut. Anak ini sangat jarang marah dan jika marah pasti akan menyimpan dendam. Walaupun Vin tak menyukai sifat semacam itu pada anaknya, tapi entah kenapa ia tetap memakluminya. Mungkin karena Vin sadar bahwa sikap pembangkang semacam itu turun dari sifat dirinya sebagai ayah.

Tamara pun tersenyum dan memeluk anaknya lebih erat, ia mencoba membuat Dave merasa lebih aman dan mencoba untuk membujuknya.

"Dave tolong bergeser sedikit, biarkan ayah mendekat. Ayah pasti ingin memeluk Dave juga."

"Bohong, ayah sama sekali tidak ingin memeluk Dave. Ayah hanya ingin memeluk ibu. Ayah kan tidak mencintai Dave dan hanya mencintai ibu."

Mendengar hal itu, Vin pun kaget. Ia tidak menyangka putranya akan mengatakan hal itu.

"Kenapa kamu berfikir begitu? Ayah sangat mencintaimu, sama seperti ayah mencintai ibu."

"Bohong, buktinya ayah meninggalkan Dave. Ayah tidak pernah mengingat Dave. Bahkan ketika ayah kembali pulang, ayah hanya menemui ibu dan memeluknya. Ayah tidak pernah menemui Dave dan memeluk Dave. Bahkan ketika Dave marah, ayah sama sekali tidak peduli. Posisi Dave di hati ayah itu tidak sepenting posisi ibu, bahkan kamar Dave diletakkan sangat jauh dari kamar ayah. Pasti ayah tidak mau Dave mengganggu karena Dave menyebalkan."

Vin segera bangun dari posisi tidurnya, ia mendekat dan memeluk putranya dari belakang. Ia tidak menyangka putranya akan memiliki rasa cemburu terhadap perhatiannya pada Tamara. Vin terlalu khawatir terhadap kondisi istrinya, jadi ia sedikit mengabaikan perhatiannya pada Dave. Apalagi putranya itu lebih banyak bermain bersama Adam dan Dharma. Vin berfikir putranya hanya marah karena ia mengganggu Tamara, ternyata dia juga marah karena ia mengabaikannya selama ini.

Mendengar keluhan putranya, Vin merasa bersalah. Bukan hanya Tamara yang menderita saat ia dinyatakan meninggal, tapi putranya juga. Akan tetapi perhatiannya selalu berfokus pada istrinya dan putri kecil mereka, Vin lupa bahwa ia juga belum melepas rindu untuk putranya.

"Maafkan ayah, ayah juga merindukan Dave. Ayah ingin memeluk Dave seperti ini sejak lama, tapi Dave sedang marah pada Ayah. Jadi Ayah tidak berani mengganggu Dave. Kamar Dave tinggal jauh dari kamar ayah, karena adik Yumna ada disini. Ayah takut tidur Dave akan terganggu kalau adik Yumna menangis di tengah malam. Maafkan ayah, besok ayah akan memindahkan kamar Dave ke sebelah. Dave maafkan ayah, ayah tau ayah salah. Ayah seharusnya memeluk Dave seperti ini sejak awal. Maafkan ayah ok?"

"Tidak!"

Walaupun Dave menolak memaafkan, tapi anak itu berbalik dan memukul bahu ayahnya dengan keras dan menangis. Dapat terlihat dengan jelas bahwa anak itu sedih karena ayahnya melupakannya. Vin pun memeluk putranya tak peduli bahwa Dave memberontak. Setelah Dave puas menangis, anak itu pun perlahan mulai mengantuk dan tertidur di pelukan ayahnya.

1
Aryanti endah
Luar biasa
Travel Diaryska
selamatkan dharma 🤣
Travel Diaryska
up, semangat author ✨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!