NovelToon NovelToon
Berenkarnasi Menyelematkan Kahancuran Keluarga

Berenkarnasi Menyelematkan Kahancuran Keluarga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Light Novel
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Michon 95

Hidup terkadang membawa kita ke persimpangan yang penuh duka dan kesulitan yang tak terduga. Keluarga yang dulu harmonis dan penuh tawa bisa saja terhempas oleh badai kesialan dan kehancuran. Dalam novel ringan ini kisah ralfa,seorang pemuda yang mendapatkan kesempatan luar biasa untuk memperbaiki masa lalu dan menyelamatkan keluarganya dari jurang kehancuran.

Berenkarnasi ke masa lalu bukanlah perkara mudah. Dengan segudang ingatan dari kehidupan sebelumnya, Arka bertekad mengubah jalannya takdir, menghadapi berbagai tantangan, dan membuka jalan baru demi keluarga yang dicintainya. Kisah ini menyentuh hati, penuh dengan perjuangan, pengorbanan, keberanian, dan harapan yang tak pernah padam.

Mari kita mulai perjalanan yang penuh inspirasi ini – sebuah cerita tentang kesempatan kedua, keajaiban keluarga, dan kekuatan untuk bangkit dari kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michon 95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 : Jebakan Maut

Aku berjalan memasuki sekolah seperti biasa, masih memikirkan tentang kejadian kemarin—tentang hancurnya lutut seorang pemain sepak bola sekolah kami. Masalah dengan Ular Kekacauan belum selesai, dan sekarang malah muncul masalah baru. Aku tidak tahu kenapa, tapi sepertinya ada kekuatan besar yang menarikku ke dalam masalah ini. Saat aku memikirkan semua itu, tiba-tiba ada suara memanggil.

"Ralfa!"

Aku menghentikan langkahku dan berbalik pada sosok tinggi berambut bergelombang yang berjalan menghampiriku. Pak Rofidin, si guru bahasa Indonesia yang sekaligus juga menjabat sebagai guru BK. Kami punya banyak guru yang bagus, tapi Pak Rofidin salah satu favoritku. Cara mengajarnya lucu dan menyenangkan, dengan sedikit sentuhan kedisiplinan, dan beliau adalah orang yang membantu menyelesaikan masalah yang menimpaku beberapa waktu lalu.

Aku menyunggingkan senyumku yang paling manis dan kalem, lalu bertanya, "Ada apa, Pak?"

Pak Rofidin mengamatiku dengan mata tajam. "Kamu denger sesuatu tentang anak XI-IPS 4 yang bernama Amirudin?"

"Nggak," sahutku dengan muka sebodoh mungkin. "Siapa dia, Pak?"

"Masa kamu tidak kenal? Dia itu pemain sepak bola terhebat di angkatanmu, Fa." Wajah Pak Rofidin tampak frustrasi. "Katanya dia terkena kecelakaan lalu lintas. Kamu tidak dengar kabar soal itu?"

Kecelakaan lalu lintas? Itukah alasan yang dibuat untuk menutupi kejadian tadi malam?

"Belum, Pak. Memangnya kejadiannya kapan?"

"Tadi malam. Kasihan banget, lututnya hancur total. Katanya dia tidak akan bisa main sepak bola lagi untuk selamanya. Benar-benar kecelakaan yang nahas."

Kejam, mungkin itu kata yang lebih tepat. Mendengar ucapan Pak Rofidin membuatku bergidik. Setelah kejadian ini, sudah pasti masa depan Amirudin sebagai atlet hancur berantakan. Tadinya dia remaja yang dipenuhi impian-impian besar. Kini semua itu musnah, entah karena kesalahannya atau bukan.

"Kabarnya banyak teman yang mau menjenguknya, tapi orangtuanya melarang. Sayang sekali."

Aku memandangi Pak Rofidin lagi, heran karena dia mengucapkan kata-kata itu. Seolah-olah dia sengaja melarangku atau siapa saja untuk menjenguk Amirudin. Jangan-jangan... Pak Rofidin dan guru-guru lain memang tahu kejadian yang sebenarnya? Lalu kenapa semua sepakat untuk membungkamkan kejadian ini?

"Tapi, Ralfa, kalau kamu sempat, coba kamu selidiki masalah ini. Kamu kan pinter menyelesaikan masalahmu kemarin tanpa adanya kekerasan baik fisik maupun verbal."

Ya, beberapa waktu lalu, aku terkena masalah pencemaran nama baik yang dilakukan oleh seorang kakak kelas dan pacarnya. Mereka melakukan itu untuk balas dendam terhadapku yang sudah menjebloskan ayah kakak kelas itu ke penjara karena terlibat pemberontakan di perusahaan keluargaku. Masalah itu terselesaikan berkat bantuan Pak Rofidin dan teman-temanku. Kejadian itu tidak hanya melibatkanku, tapi juga melibatkan seorang siswi cupu bernama Adelia yang sekarang menjadi pacarku. Mungkin inilah yang dimaksud dengan di setiap masalah pasti ada hikmahnya. Hikmah untukku adalah aku bisa mendapatkan pacar, atau lebih tepatnya kami dijodohkan oleh orang tua kami, walaupun begitu aku tetap mencintai Adelia.

"Bukannya saya nggak mau menyelidiki masalah ini, Pak," sahutku, "tapi saya takut entar di kira kepo lagi sama masalah orang lain."

"Ya sudah, tidak apa-apa," sahut Pak Rofidin, "tapi nanti kalau ada informasi, beritahu saya ya."

"Ya, Pak."

Ku pandangi kepergian Pak Rofidin, sementara otakku berputar keras. Bukannya aku tak mau mengatakan apa-apa pada Pak Rofidin. Kenyataannya, kasus ini benar-benar pelik. Belum ada jejak yang berarti, begitulah yang dikatakan Pak Inspektur Benjamin padaku. Namun aku tahu, tersangkanya tidak banyak. Tidak ada yang tahu keberadaan kami di sekolah malam itu. Bahkan penjaga sekolah, Pak Joko, sudah diungsikan secara diam-diam dengan sogokan berupa hadiah liburan enam hari di Lombok, hadiah yang diterimanya dengan senang hati dan tanpa banyak tanya. Para guru pun tidak tahu-menahu soal ujian seleksi yang kami ikuti, meski mereka tahu soal undangan yang kami dapatkan.

Aku masuk ke dalam kelas, duduk di bangkuku, lalu aku melihat ke dalam laci dan tercengang saat menemukan undangan berwarna hitam itu dari dalam laci mejaku.

SELAMAT!

Anda lolos ke babak kedua seleksi anggota The Judges, organisasi rahasia yang menguasai Sekolah Harapan Internasional!

Satu saingan telah gugur, dan masih ada tiga lagi yang akan dieliminasi.

Untuk mengikuti babak kedua, datanglah ke sekolah malam ini pukul 9 dengan mengenakan seragam sekolah dan topeng. Jangan beritahu siapa-siapa.

Tertanda,

Hakim Tertinggi The Judges

PS: Dilarang membawa ponsel dan alat komunikasi lainnya dalam ujian.

Perasaan tak enak mengaliri hatiku. Ada sesuatu yang tidak wajar dalam surat undangan ini. Setelah terjadi sesuatu yang begini mengerikan, mereka masih saja tetap meneruskan acara ini. Seolah-olah apa yang menimpa Amirudin sama sekali tidak penting. Lebih parahnya lagi, ada kata-kata "Satu saingan telah gugur, dan masih ada tiga lagi yang akan dieliminasi." Seolah-olah masih ada tiga yang akan menerima nasib seperti Amirudin. Mendadak kusadari sesuatu. Perasaan dingin dan tidak berbelas kasih—ya, perasaan itulah yang tecermin dalam setiap kata dalam undangan itu. Perasaan itulah yang sangat menggangguku dan membuat perasaanku tak enak. Perasaan itu juga yang terasa olehku melihat sikap para anggota The Judges menghadapi kejadian Hadi tadi malam. Semuanya tenang, dingin, sama sekali tidak ada rasa panik atau tegang.

Aku melihat Adelia dan Cindy memasuki kelas, aku memasukkan kembali surat itu ke dalam laci mejaku dan menyapa mereka.

"Pagi, Adelia, Cindy."

"Pagi, Ralfa," sahut mereka serempak.

Mereka duduk di bangku mereka masing-masing dan mereka juga menemukan surat yang sama di dalam laci meja mereka dan sama terkejutnya denganku.

"Kita bahas ini nanti di dalam kelas pas jam istirahat," kataku dengan suara pelan.

"Oke," sahut mereka dengan suara pelan.

Saat ini sedang jam istirahat dan kami berempat sedang berdiskusi di dalam kelas (yang kumaksud kami berempat adalah aku, Adelia, Cindy, dan Danny).

"Psikopat bener sih! Apa satu kejadian aja nggak cukup buat mereka?" erang Cindy.

"Yah," timpal Danny, "siapa tahu, malam ini semuanya bakalan baik-baik aja. Siapa tahu, Amirudin emang udah bikin seseorang marah, dan orang itu balas dendam dengan menggunakan kesempatan tadi malam."

"Berani taruhan, bukan itu yang terjadi," kata Cindy muram. Bukannya aku ngata-ngatain orang yang lagi nahas, tapi kalian liat tampang Amirudin, kan? Mukanya cupu abis gitu, kayak orang yang nggak sanggup jahatin orang lain. Paling-paling kejahatan yang dia lakukan adalah nyodok orang di tengah pertandingan, dan berani taruhan juga, pasti dia bilang maaf setelah ngelakuin hal itu. Nggak, menurutku pelakunya ngincar sesuatu yang lain, dan itu berarti nanti malam akan ada kejadian lagi."

"Tempat kosong untuk menjadi anggota organisasi?" ucap Adelia sangsi.

"Tapi rasanya itu alasan yang terlalu dangkal. Habis, kejadian yang menimpa Amirudin itu melibatkan kebencian yang mendalam. Maksudku, karier dan masa depannya dirusak begitu lho." ucapku.

"Belum lagi kita harus ngadepin Ular Kekacauan," kata Danny.

Tiba-tiba datanglah Yuhal, salah satu peserta yang juga merupakan sepupu Ralfa.

"Halo Ralfa, apa aku bisa berbicara denganmu sebentar?"

"Selamat siang juga untukmu, Yuhal. Tentu saja."

Berbeda dengan sapaan ramah Ralfa, monolog batin Ralfa kurang ramah.

Jadi... akhirnya kamu datang!

Saat Ralfa mendengar Yuhal ingin bertemu, Ralfa segera menghubungkan dengan apa yang dia dengar dari Danny.

Ular Kekacauan, jika kamu pikir kamu bisa menjeratku dengan rencanamu, sebaiknya kamu berpikir lagi. Aku akan membalikkan keadaan ini, penjebak... telah menjadi yang terjebak.

"Nah, bisakah aku meminta agar ruangan ini dibersihkan?"

Yuhal melirik ke sekeliling ruangan itu. Itu saja sudah cukup untuk membuat beberapa siswa bergegas menuju pintu. Sebagai anak dari anggota dewan pusat pemerintahan, pengaruhnya dengan mudah melampaui pengaruh anak orang kaya yang kekayaan mereka lebih kecil darinya.

"Ralfa," kata Danny dengan wajah khawatir.

"Nggak apa-apa, bisakah kamu membawa teman-teman kita pergi ke kantin, juga tolong belikan aku makanan di kantin?" kataku sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribu.

Mereka segera mundur dan keluar dari dalam kelas. Sungguh menyakitkan bagi Ralfa untuk berpisah dengan teman-teman seperjuangannya, tetapi dalam situasi seperti itu, Ralfa tidak punya pilihan lain. Yuhal, yang tersenyum puas saat dia melihat orang-orang keluar dari ruang kelas.

Sendirian dengan anggota Ular Kekacauan, aku harus sangat berhati-hati.

"Kalo begitu, ada urusan apa kamu denganku?" tanya Ralfa.

"Aku di sini ingin memberitahu mu," jawab Yuhal dengan senyum ramah, "bahwa aku tahu orang tahu identitas para anggota The Judges."

"Ini sungguh berita yang mengejutkan, lalu apa hubungannya denganku?"

"Apa kamu nggak ingin mengungkap kebenaran di balik kasus tadi malam?"

"Tentu saja, dan siapa orang itu?"

"Orang itu adalah putri si ketua OSIS."

Mendengar itu, Ralfa terkejut.

"Meski kita menanyakan siapa identitas para anggota The Judges, pada putri, dia pasti tidak akan menjawab."

"Apa kamu punya cara untuk membuatnya memberitahukan identitas mereka?"

"Ya, dan itu sederhana. Temukan kekurangan putri dan serang dia."

"Kekurangannya katamu?"

Singkatnya, ia mengusulkan sebuah metode rekayasa psikologi. Dengan mengetahui kelemahan lawan dan mengancamnya, pihak lawan pasti akan membeberkan informasi yang dia tahu dengan syarat kelemahannya tidak tersebar luas.

"Itu tentu bisa dilakukan pada orang rata-rata, tapi apakah Kak Putri benar-benar memiliki kekurangan yang dibutuhkan?"

"Siapa peduli? Jika tidak, kita bisa menciptakannya."

"Apa?"

"Putri Kazanatus Zahra adalah murid sekaligus ketua OSIS yang berbudi luhur. Oleh karena itu, kekurangan sekecil apapun akan menjadi noda yang mencolok bagi reputasinya. Jika kamu mau, aku akan mengambil tugas ini secara pribadi," kata Yuhal sambil tersenyum licik.

Orang yang membuat rumor semacam itu sangat menjengkelkan. Namun, kamu benar-benar kesal jika ada seseorang yang melakukan hal itu padamu.

Jika itu Ralfa di masa lalu, dia pasti akan melakukannya, tapi ini adalah Ralfa masa kini dengan pengalaman seumur hidup yang berharga dari timeline sebelumnya. Dan saat ini Ralfa tahu betul bahwa apa yang dia tabur, maka itulah yang dia tuai.

"Putri dari keluarga pengusaha menengah ke atas seperti dia tidak akan ada artinya di hadapan kekuatan kita. Para konglomerat dari keluarga Ande. Kita akan mematahkannya seperti ranting, hahaha."

Ralfa menyaksikan Yuhal tertawa dengan sombong, dan saat itulah dia tersadar.

Ya! Jadi begitu, aku tahu apa yang kalian para Ular Kekacauan lakukan sekarang. Kamu ingin membuat perpecahan antara aku dan Putri. Tapi sayangnya, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

1
Mbak Inama
bagus banget ceritanya,dari segi alur sangat menarik
Matsuri :v
Gak akan bosan baca cerita ini berkali-kali, bagus banget 👌
Hachi Gōsha: makasih/Smile/
total 1 replies
Star Kesha
Ceritanya sangat menghibur, thor. Ayo terus berkarya!
Hachi Gōsha: terima kasih
total 1 replies
Raquel Leal Sánchez
Bikin adem hati.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!