"Kamu mau pilih Daniel atau aku?"
"Jangan gila kak, kita ini saudara!"
Arjuna tersenyum tipis, seolah meremehkan apa yang dimaksud Siren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekhawatiran Daniel
Siren tidak menyangka bahwa Arjuna membawanya ke taman safari, dia bukan anak kecil yang terlalu penasaran dengan berbagai jenis hewan.
Akhirnya dia memilih menikmati suasana yang ada, karena dia juga tidak turun dari mobil karena memasuki kawasan binatang buas seperti harimau, singa, gajah, dan masih banyak lagi.
Tiba-tiba Arjuna menyodorkan handphone pada Siren, awalnya Siren kira itu miliknya tapi ternyata bukan. Handphone itu milik Arjuna.
"Mau rekam?"
Siren tampak berfikir, dia ingat sesuatu soal 'rekam' apakah video dirinya yang dimaksud Arjuna dulu ada didalam sini?
Siren mengambilnya, kalaupun video itu tidak disini dia bisa menghubungi mami atau papi agar mereka segera kemari untuk membawanya pulang.
Siren mulai merekam supaya Arjuna tidak curiga, lalu saat kamera dia arahkan ke Arjuna dia berhenti merekam.
Dia langsung membuka aplikasi WhatsApp dan mencari nomor mami atau papi tapi lama dia scrol sampai matanya terasa pedas, tidak juga dia temukan nomor mami karena didalam kontak itu hanya ada beberapa nomor yang salah satunya nomornya sendiri.
Sialan. Pasti Arjuna sudah memprediksi hal ini.
"Lama banget rekam aku, kamu terpesona ya?"
"Dih.."
Siren mematikan handphone Arjuna, percuma kalau begitu. Andai saja dia hafal nomor Daniel.
Siren mengembalikan handphone itu ke Arjuna.
"Kenapa dibalikin?"
"Pegel, cuma megang satu tangan"
"Yaudah aku lepasin mau?"
Siren menoleh dengan tatapan sinis nya, sejak kejadian itu dia tidak mau menatap Arjuna lama-lama, karena dia merasa sangat ilfil.
Arjuna menepikan mobilnya.
"Ambilin kuncinya sayang"
Telinga Siren rasanya gatal sekali tiap kali mendengar Arjuna memanggilnya dengan sebutan itu, dia tidak mau sama sekali..
"Dimana?"
"Saku celana kiri"
"Ambil sendiri lah"
"Oh gak usah dilepas kalo gitu"
Siren berdecak sebal, dia ingin sekali menendang kepala Arjuna saat ini juga
Mau tidak mau Siren mengambil kunci itu disaku celana kiri Arjuna menggunakan tangan kirinya karena jelas tangan kanan nya masih terborgol.
"Ahhh..."
Siren menatap tajam kearah Arjuna saat mendengar desahan yang menjijikkan itu.
Dia menyodorkan kunci itu ke Arjuna setelah berhasil ditarik keluar.
"Yakin kamu nggak ketagihan sama kegiatan panas kita hmm?"
"Kak aku nggak mau bahas kejadian menjijikkan itu lagi, berapa kali harus bilang?"
"Gapapa sayang, perlahan-lahan kamu pasti terbiasa"
Nafas Siren naik turun, bukti bahwa emosinya sudah menumpuk sampai ubun-ubun.
Arjuna melepas borgol itu dari tangan Siren, dengan cepat Siren menarik handle pintu mobil tapi jelas.. Dikunci.
"Mau kemana? Kamu bisa diterkam singa kalo keluar, lebih baik aku aja yang terkam kamu..iya kan?"
"Najis.."
Arjuna tertawa kecil, lalu kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang sangat pelan karena bus yang ada didepannya juga berjalan pelan.
*
Daniel mengacak-acak rambutnya frustasi, dia sangat rindu kepada Siren yang keberadaan nya belum juga diketahui oleh polisi.
Orang tua Siren sudah melaporkan kejadian itu kepada polisi, tapi hingga detik ini belum ada kabar juga.
Dia makin panik, takut jika Siren sudah diapa-apa kan oleh Arjuna..
Handphone Siren pun hingga sekarang juga belum aktif, dia jadi sangat kesulitan melacak keberadaannya seperti waktu itu.
"Bro...gimana?" Martin mendekat saat melihat Daniel tengah duduk diam melamun dikursi taman.
"Belum ada kabar sama sekali"
"Ya ampun, sebenernya orang gila itu bawa Siren kemana sih gue yakin dia punya niat jahat sama Siren"
Daniel mengangguk setuju.
"Gue sama sekali nggak bisa mengira-ngira kemana orang itu bawa Siren, bahkan orang tua Siren juga gak tau mereka pasti lebih sedih daripada gue karena merasa dikhianati sama anak angkatnya"
"Iya gue paham betul, padahal waktu itu rencananya habis pulang sekolah gue mau ikut kerumah Siren buat dobrak pintu kakaknya, siapa tau bukti rekaman yang buat ancaman itu ada disana, eh malah belum kesampaian dia udah dibawa kabur"
Daniel mengangguk lagi..
"Woi..Martin!!" Kay berteriak memanggil Martin, laki-laki itu katanya tadi ke kamar mandi.
Kay mendekati Martin dan Daniel yang terlihat saling diam seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat.
"Kalian kenapa?" tanyanya lagi
"Biasa lah, mikirin Siren.." jawab Martin
"Oiya, btw..belum ada kabar kah?"
"Belum" sahur Daniel
"Gue turut prihatin dengernya, kayaknya kakak angkatnya Siren bener-bener gila deh udah nglakuin hal kayak gitu"
"Gue rasa dia malah ada kelainan" jawab Martin
"Gak tau gue, andai aja dulu orang tua Siren gak pernah ngadopsi dia pasti hal ini gak akan terjadi" jawab Daniel
"Handphonenya juga belum aktif Niel?" tanya Kay
"Belum, pasti si brengsek itu juga gak kasih izin buat pegang handphone makanya gak aktif"
Kay geleng-geleng kepala, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan Siren jika sudah ketemu.
"Tapi gue mau tanya satu hal sama lo deh Niel" ucap Martin serius.
"Apa?"
"Misal si brengsek itu udah apa-apain Siren gimana? Secara kalo mereka cuma berdua pasti Siren gak bisa ngelawan tenaga Arjuna yang lebih besar itu..lo inget waktu di club kan? Baju Siren aja sampek robek begitu"
Daniel tampak diam, tentu dia juga khawatir tentang hal itu tapi bagaimana dia bisa menyelamatkan Siren kalau dia saja tidak tau keberadaan Siren dimana.
"Kapan kalian ke club?" tanya Kay
"Hari Minggu, waktu itu lo bilang gak bisa kan nah itu gue, Siren, sama Daniel ke club dan ternyata kakak Siren ngikutin"
"Trus kok bisa baju Siren robek itu gimana ceritanya?"
"Ya..sialnya kita berdua lengah jadi dia punya kesempatan buat narik Siren"
"Ya ampun gue kaget banget dengernya..apa jangan-jangan dia culik Siren buat balas dendam karna waktu itu belum berhasil apa-apain Siren?"
"Bisa jadi.."
"Udahlah...gue pusing banget mikirin ini" ucap Daniel, lalu dia berdiri dan pergi meninggalkan Martin dan Kay yang saling berpandangan.
"Gue ikut marah dengarnya tau" ucap Kay
"Ya sama..cuma mau gimana? Lapor polisi juga udah"
"Awas aja nanti kalo udah ketemu gue mau ikut hajar kalo bisa"
Martin mengangguk setuju.