Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.
Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.
Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31 Bangsawan Sampah
Dengan cepat, resepsionis itu mulai menghitung dan memeriksa kualitas inti beast yang diberikan.
“Semua... semuanya ada 40 inti beast tingkat rendah, dan 10 inti beast tingkat menengah. Kami membayar satu inti beast tingkat rendah seharga 25 Koin Perak, dan untuk tingkat menengah seharga 50 Koin Perak."
Ia membuka laci, mengambil lima belas keping koin emas, lalu meletakkannya dengan hati-hati di meja.
“Jadi totalnya adalah 1500 Koin Perak, atau 15 Koin Emas. Terima kasih atas… kontribusi Anda…”
Wang Cheng memasukkan koin-koin itu ke dalam kantongnya tanpa berkata apa-apa. Tapi ia tidak segera beranjak.
Dari balik jubahnya, ia mengeluarkan sebuah benda kecil—lempeng logam dengan simbol kepala serigala bertaring. Simbol itu masih berlumuran darah yang belum sepenuhnya mengering.
Ia meletakkannya di atas meja dan menyita perhatian semua orang, khususnya mereka yang tahu lambang kelompok itu.
“Dan satu laporan lagi,” ucapnya tenang. “Kelompok pemburu Taring Merah. Seluruh anggotanya. Mati di dekat hutan utara.”
Semua orang di ruangan itu terdiam.
Tatapan mereka beralih ke simbol berdarah di meja. Beberapa bahkan mundur satu langkah. Kelompok Taring Merah bukan pemburu biasa—mereka terkenal kejam dan licik.
Tak mudah bagi satu orang untuk membasmi mereka semua.
Resepsionis itu menatap Wang Cheng, matanya membelalak. “M-maaf, Tuan Muda... tapi... apa Anda tahu penyebab kematian mereka?”
Wang Cheng menoleh sedikit. Matanya dingin, suaranya masih tetap tenang, tapi tajam seperti bilah. “Mereka sedang sial. Menyinggung orang yang salah.”
Setetes keringat mengalir di pelipis resepsionis. Tangannya otomatis mencatat laporan itu tanpa banyak bertanya lagi.
Para pemburu di ruangan itu kembali meneguk ludah mereka. Tak ada yang berani tertawa, mencemooh, apalagi bersuara. Bahkan si supervisor hanya mengangguk kecil, tanda ia menerima laporan itu apa adanya dan tidak menuntut penjelasan lebih.
Wang Cheng berbalik dan melangkah pergi.
Shuezan mengikutinya diam-diam, matanya menyapu ruangan yang masih beku dalam ketegangan.
Untuk sesaat, Wang Cheng tak hanya menjadi pusat perhatian—ia juga menjadi pusat ketakutan.
Pintu bangunan itu tertutup kembali di belakang mereka, tapi bayangan yang ditinggalkan Wang Cheng masih menggantung di udara seperti bau darah yang tak hilang.
Dan sejak hari itu, semua anggota Serikat Pemburu Kota Wanglong sepakat dalam diam: Jangan pernah... menyinggung Tuan Muda Kedua jika tidak ingin bernasib sama dengan anggota taring merah.
...
Angin malam menyusuri jalanan berbatu Kota Wanglong saat dua sosok bertudung melangkah perlahan meninggalkan gedung Serikat Pemburu.
Bayangan mereka tertarik panjang oleh cahaya lentera di setiap sisi jalanan utama. Tak ada suara selain langkah kaki dan derak lembut dari roda pedati yang melintas jauh di belakang.
Setelah beberapa saat dalam keheningan, Shuezan akhirnya membuka suara. Suaranya pelan, seolah ragu apakah pantas bertanya atau tidak.
“... Yang tadi itu, apa tidak masalah?"
Wang Cheng tidak langsung menjawab, tetapi tetap berjalan dengan ritme yang mantap.
Shuezan melanjutkan, sedikit lebih berani, “Maksudku, tentang kelompok Taring Merah. Meskipun kau tidak menyebutkannya secara langsung, tapi mereka semua tahu kaulah yang membunuh anggota taring merah."
Langkah Wang Cheng terhenti sejenak. Ia menoleh, menatap Shuezan dengan mata tenang, tapi dalam. “Apa kau khawatir aku akan dihukum? Dipenjara atau dieksekusi?”
Ia mendengus kecil, lalu kembali berjalan sambil menyelipkan kedua tangan ke dalam lengan jubahnya.
Suaranya santai, seperti membicarakan sebuah kabar baik.
“Aku sudah membunuh lebih banyak orang daripada jumlah nasi yang kumakan. Tapi tak seorang pun berani menjebloskanku ke dalam sel.” Ia menoleh sebentar, tersenyum samar. “Setidaknya... tidak di wilayah kekuasaan keluarga Wang, tidak ada yang berani menghakimi apa yang telah kuperbuat.”
Shuezan terdiam, ingatnya berputar di tengah-tengah tawa sombong dan arogan para bangsawan.
'Bangsawan sombong yang menggunakan statusnya dan berbuat sesuka hatinya...'
Shuezan membenci para bangsawan melebihi apapun yang dia tahu dalam hidup, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang kotor yang dibalut oleh kemewahan.
Ia sangat membenci bangsawan yang menggunakan kekuasaannya dengan salah seperti yang Wang Cheng lakukan. Namun, tak bisa dipungkiri jika hatinya telah luluh oleh pria ini.
'Dia membunuh anggota taring merah demi menyelamatkanku...' itulah yang ada di pikirannya. Walaupun sebenarnya Wang Cheng melakukan hal itu karena tidak ingin poin jiwa yang dia dapatkan terbagi dua.
Wang Cheng menatap ke depan. “Bagaimana dengan peningkatanmu?” tanyanya, membuat suasana yang awalnya berat menjadi lebih ringan.
Shuezan ragu sejenak, lalu mengangguk. Dengan jentikan jari, ia memunculkan layar semi-transparan berwarna merah darah di depannya.
> [SISTEM INTERFACE TERIKAT]
> Status: Budak – Jiwa Terikat
Nama: Shuezan
Usia: 16 Tahun
Jumlah Qi: 9000
Ranah: Foundation Qi Tingkat 8
(Kekuatan: 77) (Kelincahan: 85) (Ketahanan: 68) (Kepintaran: 65)
Skill dimiliki: Pengendalian Darah (B), Jarum Darah (C), Sabit Pembunuh (B)
Wang Cheng menghentikan langkahnya. Ia menatap layar itu dengan ekspresi campuran antara kagum dan curiga.
“...Kau... naik secepat ini?”
Shuezan mengangguk pelan. “Sebelumnya aku hanya di Foundation Qi tingkat 3, tapi setelah semua perburuan yang telah aku lalui... semuanya terasa berbeda. Rupanya aku bisa naik tingkat secepat ini.”
Shuezan mengepalkan tangannya. Aura samar berwarna merah muncul di sekitarnya, seperti kabut tipis yang membisikkan kematian.
Wang Cheng menyipitkan mata. Selain ranah kultivasinya yang meningkat sangat cepat, Shuezan juga mendapatkan dua skill baru. Itu bukan skill yang dibeli dari sistem, tapi skill yang dia asah sendiri sampai dia benar-benar menguasainya.
'Potensi tingkat S memang... monster,' batin Wang Cheng dalam hatinya.
Mereka kembali melangkah. Jalanan menuju kediaman keluarga Wang sudah mulai terlihat dari kejauhan.
Namun di balik langit yang mulai gelap, nasib yang lebih kelam sedang mengintai. Karena kekuatan seperti milik Shuezan... tidak akan lama tersembunyi dari mata dunia.
Dan dunia tidak pernah menyambut kekuatan besar dengan tangan terbuka.