NovelToon NovelToon
Istri Siri Om Majikan

Istri Siri Om Majikan

Status: tamat
Genre:Poligami / CEO / Nikah Kontrak / Tamat
Popularitas:64.5k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tanpa gaun putih, tanpa restu keluarga, hanya akad sunyi di balik pintu tertutup.
Aku menjalani hari sebagai pelayan di siang hari… dan istri yang tersembunyi di malam hari.

Tak ada yang tahu, Bahkan istri sahnya yang anggun dan berkelas.

Tapi apa jadinya jika rahasia itu terbongkar?
Saat hati mulai berharap lebih, dan dunia mulai mempertanyakan tempatku…

Istri Siri Om Majikan adalah kisah tentang cinta yang lahir dari keterpaksaan, tumbuh di balik status yang tak diakui, dan perjuangan seorang perempuan untuk tetap bernapas dalam cinta yang ia tahu tak pernah boleh ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 31

Pagi itu, sinar matahari menembus kaca besar lantai 18, menyinari seluruh ruangan dengan cahaya keemasan. Gedung pusat Elray Dynamics berdiri megah di jantung kota, namun di dalam ruangan eksekutif yang hening, suasana begitu pribadi.

Jordan berdiri tegak di depan kaca besar, memandangi siluet kota yang sibuk di bawah sana. Tangannya disilangkan di depan dada, sorot matanya tajam, namun dalam diamnya, ada badai yang pelan-pelan mereda.

Di belakangnya, Fathan berdiri sambil membawa tablet kerja, menjelaskan agenda meeting pagi itu.

“Pukul sepuluh, kita ada pertemuan dengan tim riset teknologi mesin hidrogen. Siangnya, makan siang tertutup dengan investor dari Jepang, lalu sorenya review laporan ekspansi Singapura.”

Jordan hanya mengangguk pelan tanpa menoleh.

Fathan menatap punggung sahabatnya itu. Ia tahu, sejak Jordan kembali, tubuhnya hadir di perusahaan, tapi pikirannya masih tertinggal di tempat lain.

“Ada hal lain yang perlu aku urus?” tanya Fathan hati-hati.

Hening sebentar. Lalu suara Jordan terdengar pelan namun mantap, “Aku ingin kau urus proses perceraianku dengan Cassandra.”

Fathan menatapnya dalam diam.

“Sudah saatnya aku mengakhiri semuanya secara sah. Hubungan itu hanya formalitas keluarga. Aku sudah terlalu lama pura-pura hidup dalam ikatan yang tak punya makna,” lanjut Jordan.

Ia menghela napas pelan, matanya tetap menatap jauh ke luar jendela.

“Dan setelah itu… aku ingin pernikahanku dengan Syifa Mutmainnah disahkan secara legal. Resmi. Bukan hanya di atas akad yang kusebut setengah sadar.”

Fathan terdiam. Ini bukan sekadar pengakuan. Ini perubahan arah hidup.

“Jo… kamu yakin?” gumamnya, nyaris tak percaya. “Kamu mau bawa nama Syifa kembali ke dalam hidupmu, setelah semua yang terjadi?”

Jordan akhirnya berbalik, menatap Fathan dengan mata yang tak lagi penuh amarah seperti tiga bulan lalu.

“Aku tidak tahu apakah Syifa masih mau mengakui aku… tapi aku mau memperbaiki apa yang dulu aku hancurkan. Bukan karena rasa bersalah… tapi karena sekarang aku sadar dia satu-satunya yang pernah benar-benar tulus di hidupku.”

Fathan mengangguk perlahan, mengerti tanpa perlu bertanya lebih jauh.

“Baik,” ucapnya, “aku akan urus semuanya. Diam-diam seperti biasanya.”

Jordan menatapnya dalam, lalu tersenyum tipis.

“Kita pernah bangun perusahaan ini tanpa seorang pun tahu… aku yakin, Tuhan juga bisa mempertemukanku dengan Syifa tanpa harus pakai caraku dulu: penuh ego dan nafsu.”

Dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, Fathan melihat sosok Jordan yang bukan hanya kembali tapi mulai benar-benar hidup.

Pagi itu, matahari belum terlalu terik. Angin berembus lembut di antara deretan rumah-rumah sederhana di kompleks tempat tinggal Syifa.

Dengan perut yang sudah membuncit di usia kandungan delapan bulan, Syifa tetap terlihat anggun dalam balutan gamis longgar warna mint dan jilbab polos. Tangannya mendorong stroller kecil berisi Ayla, anak angkatnya yang ceria dan pintar.

“Bunda, nanti kita beli tomat, ya?” seru Ayla sambil menatap ke atas, matanya berbinar.

Syifa tersenyum hangat. “Iya, sayang. Sama wortel dan bayam juga. Kamu kan suka sup bening buatan Bunda.”

Mereka melangkah pelan menuju gerobak sayur langganan yang biasa berhenti di ujung blok. Namun, belum sampai di sana, suara-suara lirih tapi sengaja dikeraskan terdengar dari arah teras rumah seberang jalan.

Tiga orang ibu-ibu duduk sambil menyeduh teh manis dan mengupas buah. Tatapan mereka jelas-jelas tertuju pada Syifa dan Ayla.

“Saya heran, masa anak angkat diperlakukan kayak ratu. Padahal bukan darah daging,” ujar salah satu dari mereka sambil melirik tajam.

“Lah iya, sampai pakai stroller segala. Nanti kalau anak kandungnya lahir, jangan-jangan malah kalah perhatian tuh,” timpal yang lain sambil tertawa mengejek.

“Makanya, perempuan kayak gitu suka lebay. Baru dapat sedikit perhatian dari suami, langsung pamer kebahagiaan. Padahal dulunya kan cuma pelayan.”

Syifa menghentikan langkahnya. Tidak menoleh, tidak juga langsung merespons. Ia mengelus kepala Ayla yang sedang asyik main boneka kecil di dalam stroller.

Beberapa detik kemudian, ia membalikkan badan, menatap para ibu itu dengan tenang namun tegas.

“Permisi, Bu. Saya hanya mau sampaikan satu hal,” ucap Syifa, suaranya tenang tapi menusuk. “Anak itu nggak pernah minta dilahirkan dari rahim siapa. Tapi setiap anak punya hak yang sama untuk dicintai.”

Suasana mendadak hening. Para ibu-ibu saling pandang, canggung.

“Kalau mencintai anak angkat dianggap lebih dari seharusnya, mungkin yang harus ditanya bukan saya, tapi hati ibu-ibu sendiri. Kenapa bisa merasa risih melihat anak yang disayang?”

Salah satu dari mereka mencoba membalas, “Tapi kan tetap aja...”

Belum sempat kalimatnya selesai, Syifa menyambung, “Bahkan Allah sendiri tidak menilai dari darah, tapi dari kasih sayang dan tanggung jawab.”

Tatapannya masih lembut, tapi menusuk.

“Dan kalau suatu hari nanti saya punya anak kandung, saya harap dia bisa melihat bagaimana caranya ibunya memperlakukan anak lain... agar dia tahu cinta itu tak boleh pilih-pilih.”

Ia pun kembali mendorong stroller dengan langkah tenang, meninggalkan kerumunan yang mendadak bungkam tersapu angin pagi dan kalimat yang masih terngiang di benak mereka.

Pagi itu Syifa berdiri di ujung jalan kompleks, tak jauh dari gerbang. Tangannya menggenggam gagang stroller Ayla yang sibuk memainkan boneka kecilnya.

Perut Syifa yang sudah membesar membuatnya sedikit sulit bergerak cepat, tapi ia tetap berdiri tegak, menunggu gerobak sayur keliling yang biasanya lewat sekitar pukul tujuh lewat lima belas.

Udara segar pagi menyapu lembut wajahnya yang bersinar meski tanpa riasan. Gamis polosnya berwarna lembut, sederhana, tapi rapi. Seorang ibu muda dari blok sebelah menghampiri sambil membawa kantong belanja.

“Assalamu’alaikum, Bu Syifa… sudah besar ya perutnya. Tujuh bulan lebih ya?” sapa ibu itu ramah.

“Wa’alaikumsalam, iya Bu. Sudah masuk minggu ke-33,” jawab Syifa lembut, senyumnya tulus.

Tak lama, gerobak sayur yang ditunggu pun muncul, ditarik oleh Pak Ramli penjual sayur keliling langganan para ibu kompleks. Ia sudah tua, tapi masih kuat dan selalu ramah.

“Wah, Bu Syifa pagi-pagi sudah stand by. Ibu favorit saya nih, belanjanya selalu senyum,” canda Pak Ramli sambil berhenti di dekat stroller Ayla.

Syifa tertawa pelan. “Soalnya tahu sayur-sayurannya selalu segar, Pak.”

Beberapa ibu-ibu lainnya mulai berdatangan. Beberapa ikut mengantre. Tapi lagi-lagi, bisik-bisik kecil mulai terdengar dari sudut kerumunan.

“Masih aja belanja sendiri, padahal hamil besar. Suaminya mana ya?” bisik salah satu ibu sambil memilih kangkung.

“Kayaknya ditinggal lagi. Atau jangan-jangan memang nggak pernah ada? Anaknya juga bukan anak sendiri, kan?” sahut yang lain setengah berbisik, setengah sengaja.

Pak Ramli sempat menoleh, tapi Syifa hanya tersenyum tipis. Ia tahu telinganya cukup peka untuk menangkap suara-suara kecil yang tak tahu malu itu. Tapi ia memilih membalas dengan tenang.

Sambil memilih tomat dan wortel, Syifa berkata pelan, namun cukup jelas terdengar.

“Kadang... yang paling berat dari jadi ibu bukan perut yang membesar atau kaki yang bengkak. Tapi telinga yang harus kuat mendengar ucapan orang yang bahkan tak paham apa itu cinta tanpa syarat.”

Beberapa ibu mendadak diam. Pak Ramli menunduk, seolah menahan senyum.

Syifa melanjutkan sambil memasukkan sayuran ke kantongnya, “Saya belanja sendiri bukan karena tak punya suami, tapi karena saya ingin anak-anak saya tahu... bahwa ibunya tetap bisa berdiri, bahkan saat semua orang memilih untuk duduk dan mengomentari.”

Pak Ramli mengangguk kagum. “Masya Allah… jawaban yang bikin sayur saya tambah segar, Bu.”

Ia membayar sayurannya, lalu berpamitan dengan ramah. Langkahnya pelan, tapi penuh wibawa. Beberapa ibu-ibu hanya bisa menunduk, terdiam oleh kalimat yang sederhana tetapi menohok ke dalam hati.

Dan pagi itu, Syifa kembali ke rumahnya membawa dua kantong sayuran, seorang anak kecil yang tersenyum, dan hati yang tetap kuat meski diguncang dari segala arah.

1
Alif
dasar shifa oon mau aja di kibulin
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Ulil Baba
kata kata shopping tapinya ke pasar, 🤣🤣🤣🤣
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Ana Susana
keren👍
Ana Susana
JORDAN yg nulis lupa mungkin dia lelah🤣👍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Evy
Akhirnya.. bertemu juga dengan kedua orang tua kandungnya... keluarga konglomerat bukan kaleng2...bisa kepanasan tuh keluarga Atmaja...
Evy
Gak ada cerita mantan istrinya Jordan ya...siapa Ayah anak yang dikandung nya itu ...Jonathan atau anak adik bungsunya..
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sebenarnya masih panjang kak cuman gagal dapatkan reward jadinya aku tamatkan cepat-cepat
total 1 replies
Evy
Jordan Thor..
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: maafkan aku kakak typo itu 😂🤗
total 1 replies
Evy
Sesama saudara kandung kok begitu... harta membuat saudara sendiri menjadi musuh.
Evy
Apa itu adiknya Jordan yang diam2 suka sama kakak iparnya..
Evy
Ketahuan ya..
Evy
Akhirnya Syifa jadi pintar juga...
Evy
Harusnya memang begitu....
Evy
Dikasih berapa Syifa untuk mahar nya...masa sultan cuma ngasih sedikit...
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kan bukan cinta 🤣
total 1 replies
sunshine wings
Yeayyy 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir novel aku yang baru kakak dijamin ngakak 🤣

Kekasih Suami Kontrakku

Pawang Dokter Impoten
total 1 replies
Nar Sih
kok udah end kak ,kan naurah nya blm dilamar sama fathan
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Belum dilamar tapi mereka bahagia kok kak
total 1 replies
Nar Sih
ahir nya kmu sgra bertemu org tua kandung mu jordan.
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir baca novel aku yang lain lebih seru judulnya Istri Bar-bar Ustad Tampan dan Dihina Camer Dirajakan Kekasih
total 1 replies
Nar Sih
shifa istri yg baik dan slalu ngerti tentang mu jordan,
Nar Sih
kak thorr kok panggilan ayla beda yaa,yg bnr dedy apa abah ke jordan nya ,kok bingung☺️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: typo banyak kakak 🙏🏻🤭
total 1 replies
Nar Sih
cerita kak othor bnr,,lucu banget bikin terhibur yg bca ,sapai jarang komen bca nya terlambat sih jdi maraton
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!