Asisten CEO Ditubuh Menantu Lemah

Hardi menunggu cukup lama di tempatnya sampai ia melihat Shireen keluar dari toko dan meninggalkan pusat perbelanjaan.

Setelahnya, Hardi baru keluar dari tempat persembunyiannya, membawa sebuah cup coffee yang sebelumnya ia sediakan dan kemudian berjalan menuju toko tempat Airin dan Amira berada.

Pelayan toko yang melihat kedatangan Hardi kebingungan sebab sebelumnya pria itu telah datang bersama perempuan yang baru-baru keluar, tetapi dengan sebuah anggukan pelan dari Hardi membuat pelayan toko itu tidak menggubris pria tersebut dan memilih melayani pelanggan lain.

Hardi memperhatikan 2 perempuan yang sedang berjalan-jalan, tampaknya mencuci mata melihat pajangan-pajangan pakaian yang menghiasi toko tersebut.

Dengan memilih momen yang tepat, Hardi berbelok dari sebuah sudut dan langsung bertabrakan dengan Airin.

Byur....

Hardi dengan cekatan membuat kopi tertumpah ke arahnya hingga membasahi setelan jas yang mewah yang baru saja ia beli dan kenakan.

"Astaga,,," Airin sangat terkejut, dari model pakaian itu saja dia sudah tahu bahwa itu keluaran terbaru, sama seperti yang terakhir kali ia lihat saat mencoba mencari pakaian setelan pria untuk dikenakan suaminya pada salah satu acara keluarga Jayata.

Meski harganya tidak seberapa di kantong nya karena dia adalah anggota keluarga Jayata, tetapi tetap saja dia tahu bahwa orang di hadapannya ini adalah orang yang penting hingga berani menghabiskan uang dalam jumlah yang begitu banyak.

"Tidak apa-apa," Hardi berbicara dengan nada suara yang maskulin, gerakannya tampak elegan ketika ia mengambil tisu yang disodorkan oleh pelayan toko dan mengelap noda di pakaiannya.

Airin memperhatikan pria di hadapannya, tampan dan berwibawa, benar-benar seorang pria dari pergaulan sosial kelas atas.

Meski Dia berasal dari keluarga Jayata, keluarga yang sangat terhormat, tapi dia telah memilih seorang suami yang berasal dari kalangan sosial yang tidak setara dengan keluarga Jayata dengan pikiran bahwa pria itu mudah dikendalikan dan akan menjadi pionnya dalam menguasai seluruh harta keluarga Jayata.

Memang semuanya berjalan dengan lancar karena akhirnya suaminya menjadi CEO dan sudah dipastikan seluruh harta kekayaan Jayata suatu saat akan menjadi miliknya sebagai warisan dari orang tua angkatnya, Tapi tentu saja dia tidak puas dengan penampilan sang suami, terlalu jauh dari level yang seharusnya ia miliki.

Maka dengan kesadaran penuh, Airin berkata, "Aku sungguh minta maaf, aku tidak fokus memperhatikan jalan. Aku akan mengganti pakaian yang kau kenakan."

Hardi menatap Airin, hingga tatapan mereka bertemu dan kharisma yang dipancarkan Hardi benar-benar memikat perempuan di hadapannya, "Bagaimana mungkin aku menyuruh perempuan secantik mu untuk mengganti pakaian yang tertumpah kopi? Jangan khawatir, aku akan mengurus ini, akulah yang meminta maaf karena tidak memperhatikan jalan hingga mengganggu waktu berbelanja mu yang berharga," Hardi lalu berbalik, menatap pelayan yang berdiri tak jauh dari mereka, "tolong masukkan semua tagihan perempuan cantik ini ke dalam tagihanku," ucap Hardi menyerahkan kartu miliknya membuat Airin semakin terpanah dengan gentlemennya pria yang ada di hadapannya. 

Suaminya saja tidak pernah memperlakukannya seperti ini, dialah yang terus membiayai suaminya, namun sekarang setelah bertemu dengan seorang pria yang kemudian dengan begitu ringannya mengeluarkannya uang dalam jumlah yang banyak untuknya, maka mau tidak mau Airin merasa terpesona dan wajahnya sedikit memerah. 

Hardi bisa mengetahui bahwa triknya telah berhasil, lagi pula ini adalah keahliannya, jadi langkah selanjutnya ialah berbalik pergi dan meninggalkan Airin tanpa memberitahu apa-apa agar perempuan itu merasa penasaran. 

Airin masih terpaku memandangi punggung tegap Hardi yang berjalan menjauh darinya sampai Amira datang menyadarkannya. 

"Siapa pria tampan itu? Dia benar-benar tipe aku! Seharusnya aku yang berjalan di depan tadi, jadi aku yang mendapat perhatian darinya!" Ucap Amira menyadarkan Airin sehingga Airin dengan cepat berlari mengejar Hardi. 

"Tunggu," Airin berlari memegang lengan Hardi untuk menghentikan pria itu. 

Hardi berhenti, menatap Airin dengan bingung, "apakah ada masalah lagi? Katakan saja Nona, aku pasti akan--"

"Tidak! Bukan begitu, Bisakah aku meminta nomor teleponmu, setidaknya aku harus membalas Budi atas kebaikanmu hari ini," ucap Airin. 

"Ah,, sebenarnya itu sangat tidak perlu, tapi tentu saja sebuah kehormatan bagiku jika bisa berhubungan lebih lanjut dengan perempuan secantik mu," ucap Hardi kemudian mengeluarkan ponselnya, Airin memindai kode QR pada ponsel Hardi hingga keduanya telah terhubung secara online. 

Demikian, Hardi meninggalkan pusat perbelanjaan dengan perasaan puas, tidak peduli lagi tentang noda yang masih melekat di pakaiannya, pria itu mengendarai mobil di jalanan dengan senyuman terus terukir di wajahnya. 

'Benar, ayah tidak akan pernah menentang hubunganku dengan Airin Jika Aku berhasil mendapatkan hati perempuan itu dan benar-benar memiliki hubungan dengan keluarga Jayata. Sementara Clara yang ada di rumah itu, perempuan sampah itu benar-benar harus disingkirkan dari kehidupanku supaya tidak mengganggu,' kata Hardi dalam hati, ia membulatkan tekad untuk memenangkan hati Airin dan masuk ke keluarga Jayata.