Sekar dan Aryo menikah karena sebuah perjodohan. Akan tetapi rupanya Aryo adalah seorang duda. Sekar tentu sangat terkejut mengetahui fakta itu.
Namun, mereka memutuskan untuk menerima pernikahan mereka. Meskipun sikap dingin Aryo kadang membuat Sekar tidak habis pikir. Pada akhirnya Sekar membalas sikap dingin itu dengan sikap dingin juga. Disitu Aryo mulai kewalahan, dan berusaha meluluhkan hati Sekar.
Ketika keduanya mulai dekat, mantan istri Aryo tiba-tiba muncul. Bagaimana Sekar menghadapi sang mantan istri dari Aryo?
Apakah Aryo akan oleng dengan munculnya si mantan istri?
Saya tidak akan memaksa readers untuk suka dengan karya saya. Mau like atau tidak ya monggo. Terimakasih bagi yang membaca dan memberikan apresiasinya kepada saya. Jika memang tidak berkenan membaca, silahkan dilewati. Saya yakin dari sinopsis sudah bisa dilihat.
keberlangsungan karya ini juga ada pada readers semua. Terimakasih banyak bagi yang sudah membaca bab demi bab yang sudah author tulis 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan Dingin 31
" Mas, ini belum waktunya pulang, kamu mau apa hah! Mobilku juga masih di sana!"
Sekar sungguh kehilangan akal melihat tingkah Aryo yang diluar nalar itu. Ini masih pukul 2 siang, dan Aryo menarik paksa Sekar untuk pergi bersama dengannya.
" Sudah diam saja, aku akan membawamu ke tempat yang bagus."
Yang awalnya ingin marah akhirnya Sekar urung. Dia memilih untuk duduk diam dan menurut akan kemauan Aryo.
Mobil Aryo terus melaju, arah jalan yang saat ini dilalui oleh oleh mereka membuat Sekar paham kemana akan pergi. Seutas senyum terbit di bibir Sekar. Ia pun sudah lama tidak datang ke tempat itu. Semenjak berkutat dengan urusan rumah sakit, Sekar sama sekali tidak pernah lagi berlibur. Kegiatannya dia habiskan di rumah sakit dan perkumpulan karang taruna di komplek rumahnya.
" Apakah sudah tahu mau kemana?"
" Hmmm"
Sekar menjawab singkat pertanyaan Aryo. Rupanya dia sedang menikmati jalanan. Sekar jadi ingat, dia terakhir melakukan kegiatan keluar itu saat study tour semasa SMA. Rasanya sungguh senang, Sekar bahkan membuka kaca mobil agar bisa menikmati udara dari luar langsung.
Aryo mencari lokasi parkir untuk memarkirkan mobilnya. Keduanya turun dari sana dan mencari tempat untuk duduk berdua. Ini masih siang, dan udara laut juga masih panas. Saat yang tepat adalah nanti senja untuk menikmatinya.
" Karena ini masih panas, mari kita ke suatu tempat dulu," ajak Aryo.
" Sudah tahu panas, mengapa membawa ku ke sini sekarang," gerutu Sekar pelan.
Sekar tadi tidak tahu jika mereka berhenti tepat di depan sebuah hotel. Ya Aryo membawa Sekar ke hotel di sekitar Pantai Ancol. Sekar baru 'ngeh' saat mereka masuk ke loby tersebut.
" Ke hotel? Ngapain?" tanya Sekar gugup.
" Tidur siang dulu sebelum main ke pantai. Kita mainnya nanti sore aja pas senja. Bagus tuh sambil menikmati sunset kan?" jawab Aryo santai.
Sekar sungguh gugup pikirannya sudah kemana-mana. Sedangkan Aryo pria itu begitu santai seperti tidak melakukan apa-apa.
Sial, apakah dia akan meminta hak nya sekarang, batin Sekar. Dia semakin gugup saat Aryo membuka pintu kamar hotel dan masuk ke sana. Padahal di rumah mereka tinggal sekamar tapi saat ini rasanya sungguh berbeda. Atmosfer yang tercipta sungguh tidak bisa digambarkan.
" Istirahatlah, kamu pasti lelah sepanjang hari, sepanjang minggu bekerja."
" Ehmm, ya baik."
Sekar melepas sepatunya dan naik ke atas ranjang. Dia merebahkan tubuhnya, dan tidak berselang lama Sekar sudah tertidur pulas. Aryo tersenyum simpul.
" Apa kamu menurunkan kewaspadaanmu terhadapku? Apa kamu tidak khawatir aku akan menerkam mu saat ini?"
Aryo membelai rambut Sekar dan mencium keningnya dengan lembut. Aryo jelas tidak akan melakukan apapun saat ini terhadap Sekar. Meskipun hubungan keduanya berkembang ke arah yang baik, tapi Aryo bukanlah penjahat yang mengambil keuntungan di saat seperti ini. Ia ingin Sekar melakukannya dengan suka rela dan tentunya siap.
Membiarkan Sekar untuk tidur, Aryo memilih keluar dari kamar. Dia akan menghubungi sang ibu dan mengatakan bahwa mereka akan menghabiskan malam minggu ini di tempat ini. Tapi Aryo memilih untuk menelpon melalui resepsionis, ia tidak ingin Sekar terganggu dengan pembicaraannya melalui telepon.
" Hallo, maaf mau cari siapa," suara Asriati dari seberang.
" Halo bu, Assalamualaikum, ini aku Aryo. Bu, aku membawa Sekar berlibur singkat. Masih di sekitaran kota. Oh ya, kami tidak akan pulang malam ini."
" Waalaikumsalam Yo. Oke, selamat bermalam minggu. Perlakukan menantu ibu dengan baik. Kalian tidak membawa ganti, maka belilah untuk ganti di sana. Lakukan dengan lembut, jangan gusrah-gusruh ha ha ha."
Wajah Aryo seketika memerah saat mendengar ucapan ibunya yang terakhir. Ingin rasanya Aryo meneriaki sang ibu, tapi jelas ia tidak bisa. Saat ini dia di bagian resepsionis, alhasil Aryo hanya bisa menahan rasa kesal dan malunya itu.
Tidak ingin berlama-lama merasa malu, Aryo memilih mengakhiri panggilan teleponnya dengan cepat.
" Terimakasih mbak. Maaf mbak, mau tanya, dimana saya bisa mendapatkan baju. Kebetulan kami kemari lupa membawa ganti."
" Aah begitu, anda bisa jalan keluar. Beberapa blok dari hotel ada toko yang menjual pakaian khas pantai. Anda bisa mendapatkannya di sana."
Setelah mengucapkan terimakasih, Aryo menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh si resepsionis. Dan benar, di toko itu lumayan lengkap. Bahkan bukan hanya pakaian santai khas pantai, tapi ada pakaian dalaam juga.
" bentar, ukuran Sekar segini apa segini ya?" gumam Aryo pelan sambil memilih braa yang akan ia beli untuk sang istri.
Tidak ada rasa malu di diri Aryo membeli pakaian dalaam wanita. Dia terlihat begitu santai saat memilih. Beberapa pengunjung berbisik melihat apa yang Aryo lakukan, tapi dia acuh. Baginya omongan orang lain hanyalah angin lalu.
" Bailklah, selesai. apakah dia sudah bangun apa belum."
Aryo bergegas kembali ke kamar hotel. Ia khawatir Sekar bangun dan mencarinya.
Ceklek
" Mas, dari mana?"
" Aah kamu sudah bangun, nih buat kamu."
Sekar menerima kantong belanjaan yang diberikan oleh Aryo. Blusssh, wajahnya memerah saat melihat beberapa pakaian dalaam wanita yang ada di dalam sana.
" Ka-kamu yang membelinya? bagaimana bisa tahu ini ukuranku,dan mengapa beli baju?"
" Iya aku yang membelinya. Soal ukuran, aku hanya mengira-ngira dengan tangan ku. Meskipun hanya beberapa kali memegangnya, aku ingat persis ukuranmu itu. Dan kita akan menginap malam ini di sini."
Glek
Sekar menelan salivanya dengan susah payah. Pikirannya sudah jalan-jalan kemana-mana mendengar kata menginap.
Apakah Mas Aryo akan meminta hak nya malam ini?
Lagi-lagi itu yang jadi pertanyaan dalam hati dan pikiran Sekar. Sebenarnya dia sudah menyiapkan dirinya dari lama, tapi tetap saja rasanya begitu deg-degan saat ini.
Lamunan Sekar buyar saat Aryo memintanya untuk berganti baju. Dia akan membawa Sekar keluar. Sudah menjelang sore, mereka harus menjalankan kewajiban 4 rakaat dan juga makan.
Semua yang ingin dilakukan selesai. Senja mulai datang, matahari pun merangkak hendak kembali ke peraduannya. Sekar dan Aryo duduk di pasir pantai. Keduanya tersenyum menikmati indahnya langit oranye yang terpantul di lautan. Semuanya tampak indah, silet beberapa perahu menambah cantiknya pemandangan.
Aryo merangkul bahu Sekar dan mendekatkannya ke dadanya. Ia mencium pucuk kepala Sekar sambil mengucapkan sesuatu yang tidak pernah Sekar duga sebelumnya.
" I love you Kar. Aku mencintaimu, istriku. Entah mulai kapan rasa ini hadir, tapi aku yakin aku begitu mencintaimu."
Sekar tercengang, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Tapi jika boleh jujur, hatinya sangat bahagia saat ini.
" Aku tidak tahu harus menjawab apa mas."
" Tidak perlu berkata apapun. Aku tahu kamu masih memendam kekecewaan terhadapku. Semua salahku, dan aku akan menunggu hatimu untuk membalas rasa cintaku ini."
Aryo menatap wajah Sekar dengan seksama. Terutama mata Sekar, ia yakin istrinya itu juga mencintainya. Tapi terlihat masih ada keraguan di sana. Tak apa, dia akan menunggu.
Senja itu mereka habiskan untuk melihat matahari terbenam. Dan diakhiri dengan pertautan bibir keduanya. Sekar mulai bisa menikmati setiap sesapan lembut bibir Aryo.
Apakah aku juga sudah jatuh cinta kepadanya?
TBC
Masa direktur rumah sakit gk bisa mikir