Berawal dari sebuah kecelakaan tragis seorang Pria bernama Fajar Nugroho tanpa sengaja memasuki dunia ghoib, kemudian bertemu dengan pemilik tempat mistis itu. Hanya karena ingin kembali ke dunia nyata, Fajar akhirnya membuat sebuah kesepakatan.
Disinilah cerita ini berasal, jangan lupa like komentar nya ya, makasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 Tahun kemudian.
Krieeeeettt......... Braaakkkk ....... !!!!
Bunyi suara pintu di buka dan di tutup dengan kasar sehingga mengeluarkan suara yang sangat keras, seorang wanita paruh baya berusia hampir menginjak enam puluh tahunan itu mengelus dadanya pelan.
Ia bergegas mencari kemana suara itu berasal, dengan langkah pelan Ia sudah berdiri tepat di depan sebuah pintu, menarik nafas panjang sebelum mengetuk nya pelan.
" Pitaloka, Nak..... apa kamu di dalam sana ?. " Serunya di penuhi perasaan was-was.
Tidak ada sahutan dari dalam, Hana mengulangi seruannya di depan pintu, sembari satu tangan terus mengelus dadanya. Wanita tua itu sangat khawatir telah terjadi hal buruk pada gadis yang di panggilnya Pitaloka.
Tidak lama kemudian pintu di buka dari dalam, nampak raut wajah Pitaloka yang kusut meskipun tetap tidak mengurangi kecantikannya yang di warisi dari sang Ayah.
Pitaloka membuka pintu sedikit lebar dan membiarkan sang Nenek masuk ke kamarnya. Hani masuk ke dalam mengikuti langkah kaki Pitaloka.
" Kenapa Nek, kenapa Pita selalu melihat mereka. Pita hanya ingin hidup normal Nek, seperti teman- teman Pita yang lain. Ini benar-benar membuat Pita frustasi, mereka selalu ada dimana-mana. "
Bukan tanpa alasan Pita mengatakan itu, setiap hari Ia merasa frustasi karena selalu melihat beraneka bentuk wajah, dari yang biasa saja sampai yang menyeramkan. Hidupnya seakan tidak pernah tenang, karena hal itu Ia selalu di jauhi teman- temannya. Mereka kebanyakan menjauhi Pitaloka karena sikapnya yang menurut mereka sangat aneh, hanya ada beberapa yang mungkin nyalinya kuat yang bisa bertahan dekat dengan nya karena Pitaloka yang biasanya secara tiba-tiba histeris sendiri.
Hani menarik tubuh Pitaloka dan memeluknya, wanita tua itu juga sebenarnya merasa tidak tega melihat kondisi keseharian Pitaloka tapi mau bagaimana lagi.
" Kasihan skali kamu Nak, kamu harus terlahir seperti ini. Sekar, lihat Putri mu sudah sebesar ini dan kamu belum juga bisa mengunjunginya. " Batin Hana trenyuh.
Ia mengurai pelukan dan mengusap air mata di pipi cucu kesayangannya itu.
" Nak, kamu ini anak spesial. Untuk hal ini Nenek minta maaf karena Nenek tidak tau harus berbuat apa, itu karena memang kamu sudah terlahir seperti ini. Tapi cobalah untuk berdamai dengan keadaan, misalkan kamu berusaha untuk pura-pura tidak melihat mereka atau mungkin bisa menjadikan mereka seperti teman-teman mu di dunia nyata. "
Hana sebenarnya tidak yakin dengan usulnya, karena bagaimana pun juga manusia tidak baik berteman dengan bangsa jin. Kalau bisa di hindari kenapa tidak di lakukan, namun dalam kasus Pitaloka, sayang sekali tidak bisa. Ia sudah berkaitan dengan para jin itu bahkan semasa dalam kandungan, bukan hanya itu saja, keturunannya pun dari bangsa goib itu sendiri.
Pitaloka menghela nafas panjang, Ia merasa tidak tega melihat wajah murung wanita yang selama ini sudah mati- matian merawatnya sejak kecil, bahkan berkali-kali hampir kehilangan nyawa hanya karena berusaha melindunginya.
Selepas kepergian Hana, Pitaloka melangkah gontai menuju meja belajarnya. Nampak dari ujung matanya sepasang kaki pucat menjuntai di atas lemari pakaian miliknya. Pitaloka tau itu apa namun Ia berpura-pura tidak melihat keberadaannya.
Sosok itu terbang dan tiba-tiba sudah berada tepat di depan wajah Pitaloka, wajahnya yang hancur dan terlihat beberapa belatung menggeliat disana membuat perut Pitaloka menjadi mual tiba-tiba.
Belum lagi kuntilanak itu mencoba berkomunikasi dengan Pitaloka, bau anyir menguar dari dalam mulutnya. Karena tidak tahan akhirnya Pitaloka pun goyah, gadis cantik itu akhirnya mengeluarkan semua kekuatannya untuk menjauhkan sosok menyeramkan itu dari wajahnya.
" Aduh, hei......... tanggung jawab kepalaku sampai copot begini. " Ucap kuntilanak itu mengucapkan protes nya pada Pitaloka sembari mengambil potongan kepalanya dan meletakkannya kembali.
Berulang kali kepala itu di pasang namun masih miring kiri kanan, Pitaloka berdiri dan menggebrak meja belajarnya dengan mata melotot kearah kuntilanak itu yang masih berusaha memperbaiki letak kepalanya.
" Makanya jangan suka mengganggu ketenangan orang. " Sarkas Pitaloka dengan suara keras.
Ia kembali duduk namun kemudian mendengar isak tangis yang sangat menyayat hati, awalnya Pitaloka mencoba untuk tidak peduli namun lama kelamaan membuatnya tidak tega. Ia memandang ke asal suara.
Kuntilanak dengan wajah pucat itu sedang meringkuk di samping lemari sambil menahan kepalanya yang hampir jatuh. Pitaloka mendekat dan memberanikan diri memegang kepala itu dan meletakkan nya pada tempatnya, Ia menghela nafas setelah kepala itu terpasang dengan sempurna meskipun masih tetap menyeramkan.
" Ada apa dan mengapa kamu menampakkan wujud menyeramkan mu padaku. " Tanya Pitaloka yang mulai bisa menguasai amarahnya.
Kuntilanak itu mendekat, Ia merasa senang setelah mendengar suara Pitaloka.
" Sebenarnya aku hanya ingin berteman dengan mu, di mana-mana tidak ada yang mau berteman dengan ku. Mereka selalu membully keberadaan ku. " Jawab kuntilanak itu ragu-ragu.
" Berteman katamu, kamu tau kalau aku ini manusia sedangkan kamu. Dalam agama kami tidak di benarkan manusia dan jin berteman. "
Kuntilanak itu hanya nampak manggut-manggut, entah dia mengerti apa yang di maksud Pitaloka atau tidak. Wajahnya masih saja murung membuat Pitaloka merasa tidak tega.
Ia menghela nafas panjang dan mencoba berkomunikasi pada kuntilanak tersebut, menanyakan mengapa kuntilanak itu masih berada di dunia dan tidak kembali ketempat semestinya.
Sekian banyak yang di tanyakan oleh Pitaloka namun Ia hanya mendapat gelengan kepala.
" Kamu tidak tau siapa nama mu, dimana kamu berasal dan bagaimana kamu meninggal. Bagaimana bisa, lalu aku harus bagaimana menolong mu. "
Kuntilanak itu hanya menunduk dan masih di sertai gelengan kepala.
" Sudah- sudah, tidak usah geleng-geleng kepala seperti itu, nanti bisa-bisa kepalamu lepas lagi. " Ucap Pitaloka.
Pitaloka kembali diam beberapa saat, kuntilanak itu memperhatikan raut wajah Pitaloka yang nampak serius.
" Apa yang kamu pikirkan, jangan berpikir untuk mengusir ku ya. Ijinkan aku tinggal di sini, aku janji tidak akan menggangu mu. Aku bisa duduk di atas lemari karena tempat itu sangat nyaman untuk ku. "
Tidak lama kemudian nampak Pitaloka manggut-manggut lalu kemudian bersuara yang membuat kuntilanak itu merasa senang.
" Baiklah, kamu bisa tinggal disana. Ingat, tadi kamu bilang hanya di atas lemari saja dan berjanjilah untuk tidak menganggu ku. Kalau kamu ingkar janji maka aku tidak akan segan-segan membuat tubuhmu itu hangus seperti debu. "
Kuntilanak yang tadinya ingin mendekat kearah Pitaloka langsung diam, tidak lama kemudian Ia akhirnya terbang dan kembali nangkring di atas lemari.
" Satu lagi, tolong jangan tampakkan tampang menyeramkan mu itu. Kenapa sih kamu tidak coba untuk mandi, gosok gigi atau ganti bajumu itu. Bila perlu kamu ke salon kek, keramas tuh rambut. Ya setidaknya agar tidak terlalu menyeramkan seperti sekarang kalau sedang berada disini. "
Kuntilanak itu pun mengulurkan tangannya dari yang awalnya pendek menjadi panjang ke arah Pitaloka.
" Ada apalagi. " Tanya Pitaloka, kuntilanak itu menyengir kuda mendengar pertanyaan Pitaloka.
" Minta uangnya dong, kan kalau ke salon harus ada uang, beli baju pun pakai uang. "
Pitaloka melongo mendengar jawaban kuntilanak itu, bisa-bisa nya Ia memikirkan soal uang di dunianya saat ini.
...****************...
...****************...