Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 31 Bimbang
Dengan hati hati Mia membuka pintu kamar Januar. Gadis itu memasukan kepalanya terlebih dahulu, memastikan kalau anak asuhnya ada di dalam.
"Janu?"
Panggilnya pelan terkesan berbisik. Mia memantapkan hati melangkah masuk, kedua mata bulatnya menatap liar ke setiap penjuru kamar.
"Janu, kamu didalam kan?"
Mia kembali bersuara, kala dia tidak mendapat sahutan dari Januar. Gadis berambut panjang kecoklatan karena di warnai itu, menghela napas pelan. Mia berdecak kecil, saat tidak mendapati Januar di mana pun.
"Janu kemana sih? di bawah enggak ada, dikamar juga enggak ada!"
Mia menghempaskan dirinya di atas tempat tidur, gadis itu menopang dagu- otaknya tengah berpikir dan memperkirakan dimana Januar berada sekarang.
Netra bulat Mia bergulir, salah satu sudut matanya tidak sengaja menangkap siluet seseorang dari arah balkon. Sang Pengasuh menegakan tubuhnya, kedua matanya memicing untuk memastikan makhluk yang ada di balkon itu adalah orang yang sedang dia cari.
Setelah merasa yakin, Mia bangkit- langkah tanpa suara membawa sang gadis semakin dekat dengan tujuannya. Langkah Mia sempat terhenti, kala melihat punggung lebar berbalut kaos putih tanpa lengan itu- terlihat berbeda di matanya.
"Mia, ayo menikah sama Janu!"
Tubuh Mia semakin menegang, bahkan mulutnya kembali terkatup rapat saat mendengar ucapan Januar. Lutut gadis itu terasa lemas, Mia bahkan harus berpegangan pada dinding agar tubuhnya tetap berdiri tegap.
Mia tidak pernah menyangka kalau Januar akan kembali melamar untuk kesekian kalinya.
Melamar?
Kepala Mia berdenyut secara tiba tiba, Sang Pengasuh tidak pernah menyangka kalau anak asuhnya yang tampan serta menggemaskan ini, akan mengatakan sesuatu yang membuat dirinya ingin menenggelamkan dirinya kedalam bak mandi.
"Kata Mia, calon istri itu artinya perempuan yang bakalan Janu nikahi. Karena Mia adalah calon istri Janu, jadi Janu mau nikah sama Mia,"
Mia mencengkram erat lututnya, semua persendiannya terasa lemas. Seakan tulang keras kakinya berubah menjadi jelly.
"Mia, Janu se-,"
"Janu, apa Janu tahu apa artinya menikah?"
Mia menyela ucapan Januar, menatap sendu pada anak asuhnya. Mia mendekat, menguatkan kedua kakinya agar tetap menopang bobot tubuhnya.
"Janu, menikah itu enggak semu-,"
"Janu tau! Mia mau bilang kalau menikah itu enggak mudah, iya kan. Janu ngerti, Mia pasti berpikir kalau Janu enggak pantas buat Mia. Mia cantik, pinter, baik, sedangkan Janu? Janu cuma laki laki cacat otak yang enggak pantas buat siapa pun," Januar menarik napasnya.
"Janu sadar kalau Janu memang enggak pan-,"
GREP!
Mia merasa sesak, tubuhnya reflek maju mendekat pada Januar dan memeluk pria itu erat. Membungkam ucapan Januar yang semakin merasa tidak percaya diri.
Bukan! bukan karena kecacatan atau riwayat autisme yang di derita Januar, yang membuat Mia tidak dapat mengiyakan keseriusan pria berwajah baby itu. Melainkan rasa tidak percaya dirinya.
Mia sadar dengan posisinya saat ini, dirinya hanya seorang pengasuh, apakah pantas kalau dia mendapatkan sesuatu yang istimewa dari anak yang diasuhnya?
Apakah Mia akan di cap sebagai gadis tidak tahu diri, saat menerima pinangan Tuan Muda yang dia asuh?
Orang lain pasti akan menilainya buruk, berpikir kalau dirinya sudah menggoda Januar Rajendra- karena selama ini dia yang selalu berinteraksi dengan Sang Tuan Muda.
Mia perlahan mengendurkan pelukannya, kedua mata bulatnya menatap dalam pada Januar- yang saat ini tengah menunduk tanpa berkedip sama sekali.
"Janu memang punya kekurangan. Tapi bukan itu yang membuat Mia enggak mau jawab. Janu terlalu sempurna buat Mia, justru Mia yang terlihat kurang- bahkan sangat sangat kurang buat jadi istri Janu," Mia mengambil napas pelan.
"Janu pasti ngerti apa yang Mia ucapin kan? Janu adalah cowok terpintar yang pernah Mia temuin. Mungkin orang lain menganggap Janu cacat, tapi buat Mia- Janu adalah cowok genius. Lihat, Janu pinter banget main rubik, Mia aja enggak bisa- jangankan mainin lihatnya aja udah mual," sambungnya di selingi dengan candaan.
Namun sepertinya candaannya kali ini sama sekali tidak membuahkan hasil. Janu tetap diam, dengan terus saja menatap tak berkedip pada Mia yang masih berada didalam kuasa kedua tangannya.
"Janu mau Mia! Mia harus menikah sama Janu. Janu enggak mau kalau ada orang lain yang megang megang badan Janu selain Mia, huaaaaa!"
Mia terkesiap, pria bertubuh tinggi yang tengah menguasainya saat ini tiba tiba saja menangis. Bayi besarnya yang menggemaskan, membuat jiwa keibuan Almia memberontak.
'AAAKKKHHH PINGIN GIGIT!' pekiknya dalam hati.
Pekikan hati Mia semakin histeris saat mengingat ucapan Januar, sebelum pria itu memutuskan untuk menangis sembari memeluknya.
'Janu enggak mau ada orang lain yang megang megang badan Janu selain Mia' demi apa, saat ini rasanya Mia ingin koprol.
KALO AKU IKUT MEGANG BOLEH ENGGAK 😞😞😞
HEMMM MAU KU GAPLOK PAKE APA NIH
HOLLA MET SORE EPRIBADEH
JANGAN LUPA LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA
SEE YOU NEXT PART MUUAACCHH😘😘
jadi pengasuh malah 🤗