Siapa bilang menjadi sugar baby itu enak?.
Bergelimang kemewahan, bisa membeli tas mahal, perhiasan dan gadget terbaru dengan mudah. Bisa memiliki apartemen dan mobil seharga milyaran, segampang membalikkan telapak tangan.
Lea Michella dan teman-temannya, menempuh jalur instan agar bisa hidup enak. Mereka rela menjual kehormatan demi mengumpulkan pundi-pundi uang.
Namun ternyata, kehidupan sugar baby tak seindah dan semudah yang sering diceritakan oleh penulis di novel-novel online. Nyatanya ada banyak hal serius yang harus mereka hadapi.
Sanggupkah mereka bertahan atas pilihan yang mereka ambil?. Ikuti saja kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian
Daniel berfikir disepanjang perjalanan pulang kali itu, apakah ia mengajak Lea saja ke resepsi pernikahan Sam. Atau mengajak wanita lain, yang lebih cantik, elegan, dan bisa dipercaya bahwa ia tidak akan membuat malu.
Namun jika hendak mencari perempuan seperti itu. Tidak mungkin didapat dalam waktu yang mendadak. Daniel memang banyak memiliki kontak wanita-wanita cantik di handphonenya. Dan mereka juga pasti akan datang jika Daniel meminta. Karena mereka juga berharap bisa menjadi kekasih Daniel.
Cuma masalahnya, mereka avalaible atau tidak malam ini. Karena kebanyakan wanita-wanita itu bertengger dari satu bos ke bos lainnya. Takutnya mereka semua sedang di goyang oleh salah satu dari rekan Daniel, sesama pebisnis. Tak ada yang pasti dengan jadwal perempuan-perempuan itu.
"Hhhh."
Daniel menarik nafas lalu menghentikan mobil di bahu jalan. Lea yang bingung pun, kini menoleh pada Daniel.
"Kenapa om, mau buang saya dipinggir jalan tol?"
Lea berprasangka buruk pada Daniel, Daniel hanya melirik sekilas tanpa menjawab. Ingin rasanya ia memukul kepala Lea dengan gas tiga kilo.
"Apakah tampangnya mirip seperti om-om yang suka gesek-gesek, lalu meninggalkan korbannya dipinggir jalan tol?" Itulah kata-kata yang kini bersarang di benak Daniel.
"Kamu ikut saya." ujar Daniel kemudian.
"Ya ini udah ikut, kalau nggak ikut berarti saya dirumah dong." ujar Lea.
Lagi-lagi Daniel menghela nafas, mencoba meredam kekesalan dalam hatinya. Lea memang menyebalkan.
"Teman saya menikah, saya harus datang dan.."
Daniel menghentikan ucapannya.
"Dan nggak punya pasangan kan?" Lea menggoda Daniel. Sementara yang di goda terus menghela nafas dan membuangnya lewat mulut.
"Bukan itu, kita nggak sempat lagi pulang. Jadi kamu ikut aja."
Daniel tetap gengsi mengakui jika ia membutuhkan jasa Lea.
"Kan saya bisa naik taxi online." ujar Lea kemudian.
"Mm, bukan itu. E...."
Lagi dan lagi Daniel menghela nafas, ia bingung bagaimana caranya mengajak gadis itu tanpa merendahkan harga dirinya.
"Pokoknya kamu harus ikut saya, saya kasih uang 10 juta."
"Se, sepuluh juta?. Nemenin kondangan doang?" tanya Lea tak percaya.
Daniel mengangguk, seketika Lea pun sumringah.
"Mau om, mau. Sering-sering aja suruh temennya nikah. Abis ini suruh cerai aja dia, terus nikah lagi. Biar kita kondangan terus, biar saya dibayar terus." ujarnya penuh antusias.
Daniel kini kembali menghidupkan mesin mobilnya. Sementara Lea telah membayangkan uang 10 juta itu sebanyak apa. Meski bagi Daniel itu hanyalah seperti recehan. Namun bagi gadis yang tumbuh dalam kesederhanaan seperti Lea, uang tersebut banyak sekali.
"Tapi om, masa saya kondangan pake beginian." ujar Lea memperhatikan bajunya.
"Kita beli dulu." ujar Daniel.
"Widih, emejing ya om. Orang kaya mah, hari H mepet bisa beli baju. Kalau kami mau kondangan, udah pesen dari jauh-jauh hari. Kadang nyari yang murah banget, atau cari penjahit yang bisa nego harga."
Daniel mendengarkan, meski matanya fokus ke jalan. Ia bahkan tak tahu bagaimana kehidupan rakyat jelata di luar sana. Ia lahir dalam keluarga yang serba berkecukupan, tak pernah sekalipun ia merasakan kemiskinan.
Daniel mengajak Lea ke sebuah butik yang sebenarnya nyaris tutup. Karena mereka memang tutup di jam 7 malam. Namun karena kenal dengan sang pemilik yang layu melambai, Daniel pun masih di persilahkan.
"Aduh Dansay, coba dateng tuh tadi. Bikin repot aja deh yei."
Si pemilik butik menggerutu pada Daniel. Bukan karena menolak rejeki, namun mereka terbilang cukup akrab. Si pemilik butik ini dulunya bernama Abdul Rojak, teman semasa SMP dan SMA Daniel. Namun kini namanya telah berubah menjadi Incess Soraya Ulala Cetar Membahana.
"Lo nggak terima kasih, gue dateng bawa rejeki." ujar Daniel.
"Iye, makasih. Untung ganteng lo, kalau nggak gue bejek ke ulekan ayam geprek. Apa yang bisa gue bantu?"
"Nih." Daniel menunjukkan Lea.
"Ulala, baru lagi nek?" tanya Incess pada Daniel. Daniel hanya menarik salah satu sudut bibirnya.
"Mau diapain nih?" tanya Incess.
"Terserah lo, yang pasti harus elegan."
"Oh ya udin, gampang. Yei, tunggu disini dulu."
Daniel lalu duduk di sofa.
"Icha, Ichaaa."
"Ya Incess." Seorang karyawan yang disinyalir adalah perempuan betulan, datang mendekati Incess.
"Ambilin minuman buat pak Dansay, ok."
"Oh, ok. Pak Dan, mau minum apa?" tanya Icha pada Daniel.
"Hmm, jus jeruk ada Cha?"
"Ada, mau pake es nggak?"
"Boleh." ujar Daniel kemudian.
Icha pun beranjak, tak lama ia segera kembali dengan membawa minuman yang diminta oleh Daniel.
"Silahkan diminum, pak."
"Terima kasih ya." ujar Daniel.
Icha pun meninggalkan Daniel. Daniel sendiri kini membuka majalah yang ada diatas meja. Sementara didalam, Incess mulai membawa beberapa gaun yang dinilai cocok untuk tubuh Lea. Ada sekitar 6 gaun. Lea disuruh mencoba satu persatu.
"Ini kayaknya kurang deh." ujar Incess setelah melihat Lea dalam balutan gaun pertama.
"Ganti."
Incess berujar pada asistennya yang mendampingi Lea. Lea pun kemudian disuruh berganti baju kedua.
"Hmm, ini juga kurang." ujar Incess mengomentari baju kedua.
"Kamu kayak orang yang lagi sedih karena nggak lulus audisi, kalau kayak gini."
Lea tertawa, lalu berganti baju ketiga. Namun lagi-lagi itu dinilai tidak cocok oleh Incess. Lea terus berganti hingga baju keenam, tetapi Incess belum juga puas. Akhirnya Incess memerintahkan anak buahnya untuk mencarikan baju lain lagi untuk Lea.
Cukup lama Daniel menunggu di luar. Karena setelah mendapatkan gaun yang cocok, Incess merombak habis-habisan penampilan Lea. Mulai dari makeup, sepatu yang ia kenakan. Hingga memberinya sebuah tas yang layak untuk dipakai ke pesta.
Beberapa saat kemudian.
"Dansay."
Incess keluar beserta Lea. Daniel menoleh, namun kemudian pria itu terdiam dengan bibir yang sedikit menganga. Ia terkejut sekaligus takjub melihat penampilan Lea, yang sangat jauh berbeda dari biasanya.
"Gimandose, dese cucok kan?" tanya Incess pada Daniel. Daniel sendiri masih bengong menatap Lea, ia tak percaya gadis kampung berwajah semi bule itu bisa begitu cantik. Padahal jika dilihat di hari-hari biasa, Lea lebih mirip peranakan yang lama tak terurus. Seperti bule low budget yang tinggal di pinggiran kota.
"Mm, thank you." ujar Daniel masih enggan memuji kecantikan Lea. Ia mengandung batu 1000 ton. Padahal hatinya bergetar, melihat penampilan sexy dan elegan gadis itu. Terutama di bagian dada nya yang penuh.
Incess sengaja memberikan gaun dengan belahan dada rendah, karena kecantikan Lea lebih menonjol di area sana.
"Eke juga kasih tas nih. Nggak mehong-mehong amat, cuma empat jeti."
Lea terkejut mendengar harga tas yang ia pegang. Meski itu receh bagi Daniel, namun untuk Lea harga itu sudah termasuk fantastis. Mengingat ia biasa memakai tas paling mahal seharga 150-200 ribu an.
"Ya udah totalnya berapa?"
"Gaun nya tiga jeti, heels 5 jeti."
Lagi-lagi Lea terkejut dan memperhatikan heels yang ia kenakan.
"Tambah tas empat jeti, total 12 jeti."
Lea melihat Daniel. Namun Daniel santai saja dan mentransfer sejumlah uang ke rekening Incess.
"Udah ya, thank you Cess."
"Sama-sama Dansay. Dan kamu Lea, have fun ya."
Lea mengangguk sambil tersenyum.
Daniel lalu melangkah keluar, diikuti oleh Lea.
"Gila orang kaya, ngeluarin 12 juta buat ginian doang. Kayak ngeluarin 12 ribu, anjir." gumam Lea dalam hati.
"Gue ngeluarin goceng aja, mikir." lanjutnya lagi.
Daniel membukakan pintu untuk Lea, ini pertama kalinya ia lakukan sejak Lea mengenal pria itu. Tak lama kemudian, mobil pun mulai merayap, menuju lokasi pesta.
and yes, kurang suka bagian daniel nyingkat nama lea, apaan banget dipanggil "le"? ubur² ikan lele?? 🤭
masih nunggu ya lanjutannya thor