Melina Lamthana tak pernah merencanakan untuk jatuh cinta ditahun pertamanya kuliah. Ia hanya seorang mahasiswi biasa yang mencoba banyak hal baru dikampus. Mulai mengenali lingkungan kampus yang baru, beradaptasi kepada teman baru dan dosen. Gadis ini berasal dari SMA Chaya jurusan IPA dan Ia memilih jurusan biologi murnni sebagai program studi perkuliahannya dikarenakan juga dirinya menyatu dengan alam.
Sosok Melina selalu diperhatikan oleh Erick seorang dosen biologi muda yang dikenal dingin, cerdas, dan nyaris tak tersentuh gosip. Mahasiswi berbondong-bondong ingin mendapatkan hati sang dosen termasuk dosen perempuan muda. Namun, dihati Erick hanya terpikat oleh mahasiswa baru itu. Apakah mereka akan bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Greta Ela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Saat sudah sampai diapartemen, Melina menyimpan tas ranselnya lalu berbaring. Ia menikmati kuliah hari ini. Ia menunggu kapan akan diadakan jadwal praktikum.
"Mel, aku lapar tapi malas masak." ucap Bunga
"Bunga, kan tadi udah sarapan kok kamu lapar lagi?"
"Gak tahu. Pengen nyemil"ujarnya
Melina lalu pergi ke dapur dan melihat kulkas mereka dan tidak berisi lagi stok makanan. Ia merencanakan akan berbelanja dengan Bunga.
"Bunga, stok makanan kita sudah habis dikulkas. Bagaimana kalau kita ke pasar?" tawar Melina
"Jalan kaki?"
"Iya, dekat kok. Hanya lima menit gitu."
Tanpa pikir panjang, Bunga langsung mengikuti Melina untuk membeli bahan-bahan masakan mereka sekaligus stok makanan dikulkas.
Bunga selalu dikirim uang saku oleh orang tuanya satu juta dalam seminggu sementara Melina hanya mengandalkan uang dari beasiswanya. Gadis yang pintar seperti Melina memang pantas mendapatkan beasiswa yang sepadan.
Mereka berjalan tak cukup lama, matahari belum terik. Cocok untuk jalan pagi. Di pasar, Melina memilih beberapa daging sapi, daging ayam, ikan-ikanan, telur, tahu, tempe, sayur dan beberapa buah. Ia membaginya denga Bunga.
Diawal, Melina membayar terlebih dahulu memakai uangnya, lalu nanti akan disusul oleh Bunga. Setelah selesai berbelanja, Bunga terasa haus dan ingin membeli minuman dingin.
"Mel, aku mau beli minum. Haus banget." ujarnya
"Ya udah, beli lah apa yang kamu mau."
Bunga lalu mengambil Pocari lalu membayarnya dan meminumnya. Hausnya terasa sudah hilang lalu mereka kembali berjalan menuju apartemen. Saat perjalanan, mereka tak banyak bicara.
Apartemen mereka dekat dengan kampus, dari kampus juga kelihatan. Saat ingin memasuki apartemen, sekilas Melina melihat Pak Erick yang sedang berjalan menuju parkiran mobil dosen bersama seorang laki-laki.
"Hei Mel, lihatin siapa?" Bunga menyenggol lengan Melina
"Eh, enggak kok."
"Ayo masuk, aku keburu lapar." ujarnya
Melina lalu masuk dan mengeluarkan belanjaan. Ia mulai menyusun belanjaannya dikulkas dan mulai memasak untuk makan siang. Melina memotong tempe tipis tipis sementara Bunga memetik sayur bayam.
"Bunga, kamu mau tempe crispi?"
"Boleh."
Melina lalu mengambil sisa tepung dari kulkas dan menuangkannya ke mangkuk, lalu mencelupkan tempe dan menggorengnya hingga matang. Tak lupa mereka memasak nasi juga.
Bunga mencuci sayur lalu merebusnya dipanci. Setelah 15 menit, sayur itu lalu masak dan mereka menyajikannya diatas meja.
"Selamat makan." ujar Melina
Mereka lalu memakan masakan yang sederhana itu. Bunga sangat menyukai masakan Melina karena enak dan pas dimulut.
"Mel, seperti biasa. Enak banget" puji Bunga
"Hehe, makasih."
Setelah selesai makan, mereka membereskan piring ke wastafel lalu mencucinya.
Kedua sahabat ini memang sudah lama bersama. Dari mereka SMP, SMA, bahkan hingga perkuliahan. Yang satu anak orang berkecukupan dan yang satu lagi hanya gadis sederhana yang mengandalkan beasiswa.
Malamnya, mereka tak banyak bicara. Melina menyusun bukunya dan menyetrika kemejanya untuk perkuliahan besok. Ia melihat Bunga sudah tidur lalu Ia tersenyum.
Melina menggantungkan baju yang Ia setrika lalu meranjak ke ranjangnya dan tidur.
Disisi lain, Pak Erick sedang mempersiapkan materi kuliah besok dikelas Melina. Ia tak sabar lagi bertemu dengan gadis itu.
"Kenapa aku bisa menaruh perasaan padanya?" ujarnya dalam hatinya.
Paginya, Melina dan Bunga bangun cepat, mereka mandi bergantian lalu berpakaian dan sarapan. Pagi ini Melina yang memasak sarapan untuk mereka berdua.
"Bunga, cepat." panggil Melina dari dapur.
Tak lama, Bunga langsung datang ke dapur dan mulai sarapan bersama Melina. Setelah itu, mereka pergi ke kampus dengan berjalan kaki.
Saat hendak memasuki kelas, Pak Erick melihat Melina bersama Bunga dari dalam mobilnya. Ia terus melihat ke arah Melina, melihat wajahnya yang polos, bahkan ke tubuhnya. Ia mulai menyingkirkan pikiran anehnya.
"Erick, jangan gila." ujarnya dalam hati.
Setelah pukul delapan tepat, Pak Erick lalu masuk ke kelas dan mulai menghidupkan laptop. Ia melihat proyektor belum tersambung.
"Yang duduk dibelakang, laki-laki. Tolong hidupkan proyektor." ujar Pak Erick
"Baik pak."
Mahasiswa itu langsung menghidupkan proyektor dan Pak Erick menampilkan PPT terbarunya tentang sistem organ reproduksi manusia.
"Baik, selamat pagi." sapa Pak Erick
"Pagi pak." ucap mahasiswa serempak
"Ini adalah pertemuan kedua perkuliahan kita, ya. Hari ini kita membahas tentang Sistem Reproduksi Manusia." ujarnya
Pak Erick menjelaskan tanpa bertele-tele. Melina dan Bunga langsung mencatat point penting yang diterangkan Pak Erick.
Semua materi itu tampak mudah ditambah dengan penjelasan Pak Erick yang simple dan mudah dimengerti.
Beberapa mahasiswa ada yang tertawa dibelakang karena beranggapan materi ini mirip seperti orang yang mesum.
"Yang dibelakang, kenapa kalian tertawa?" ujar Pak Erick datar
"Apa yang lucu kalian rasa dari materi ini?"
Mahasiswa itu diam
"Keluar dari ruangan ini." sontak seluruh kelas terkejut. Pak Erick tak main-main. Ia tak suka ada keributan saat Ia mengajar apalagi menertawakan materi reproduksi yang dianggap mesum oleh beberapa mahasiswa
"Jangan sampai saya mengulangi!"
Mahasiswa yang tertawa tadi pun keluar. Ia membawa tasnya dan ponselnya dengan raut wajah tak senang lalu Pak Erick menutup pintu.
"Siapa yang masih mau tertawa? Silakan keluar."
Mahasiswa semuanya diam dan mulai belajar serius
"Baik...kita lanjutkan."
Pak Erick menjelaskan tentang sistem reproduksi laki-laki yang dimana Melina memang agak geli juga dengan materi ini tapi Ia tetap mencatat poin penting yang diterangkan Pak Erick
Setelah satu setengah jam perkuliahan, Pak Erick lalu mengakhiri kelas, Ia menutup laptopnya.
"Ada yang ingin ditanyakan?"
Mahasiswa diam dan beberapa ada yang menggeleng
Pak Erick sekilas melihat Melina.
"Kamu yang pakai baju cream." Pak Erick menunjuk Melina
"Tidak ada pak."
Pak Erick lalu menutup kelas perkuliahan karena tidak ada yang mau bertanya. Kalau Pak Erick bertanya pun, mahasiswa tidak effort untuk menjawab kecuali pasti si Melina.
"Baik, saya tutup perkuliahan hari ini. Selamat pagi..."
"Pagi pak." ucap mahasiswa serempak.
Pak Erick lalu keluar dari kelas dan berjalan ke ruangannya. Ia melihat Bu Luna sedang duduk seperti mengetik sesuatu dilaptopnya.
"Luna, kamu tidak ngajar hari ini?" tanya Pak Erick tiba-tiba
"Saya ngajar dikelas siang." ucapnya cuek
"Oh sekarang sudah cuek, ya?" balas Pak Erick
"Erick, sepertinya aku..."
"Sepertinya kenapa, Luna?" wajah Pak Erick datar
"Saya akan pindah ke kampus lain." ujarnya
Pak Erick tak terkejut. Reaksi itu tidak seperti yang diharapkan Bu Luna.
"Kenapa Luna? Kau ingin pindah karena merasa aku tidak akan membuka hati untukmu?" sontak Bu Luna langsung menggeram.
"Erick, aku tidak menyesal terah menaruh rasa padamu. Aku tau setiap orang memiliki kriteria masing-masing. Aku memutuskan untuk pindah kampus. Aku ingin memulai kehidupan baruku, mahasiswa baru dan dosen baru." ujar Bu Luna
Pak Erick hanya mengangguk, Ia sedikit lega karena Bu Luna akhirnya sadar. Pak Erick tak akan pernah jatuh cinta pada wanita yang lebih tua darinya.