NovelToon NovelToon
Anak Untuk CEO Mandul

Anak Untuk CEO Mandul

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nyonya_Doremi

"Tubuhmu milikku. Waktumu milikku. Tapi ingat satu aturan mutlak, jangan pernah berharap aku menanam benih di rahimmu."

Bagi dunia, Ryu Dirgantara adalah definisi kesempurnaan. CEO muda yang dingin, tangan besi di dunia bisnis, dan memiliki kekayaan yang tak habis tujuh turunan. Namun, di balik setelan Armani dan tatapan arogannya, ia menyimpan rahasia yang menghancurkan egonya sebagai laki-laki, Ia divonis tidak bisa memberikan keturunan.

Lelah dengan tuntutan keluarga soal ahli waris, ia menutup hati dan memilih jalan pintas. Ia tidak butuh istri. Ia butuh pelarian.

Sedangkan Naomi Darmawan tidak pernah bermimpi menjual kebebasannya. Namun, jeratan hutang peninggalan sang ayah memaksanya menandatangani kontrak itu. Menjadi Sugar Baby bagi bos besar yang tak tersentuh. Tugasnya sederhana, yaitu menjadi boneka cantik yang siap sedia kapan pun sang Tuan membutuhkan kehangatan. Tanpa ikatan, tanpa perasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Meskipun ancaman Soraya telah diredam dengan pembayaran yang masif, dan operasi Echo untuk melacak anak rahasia itu telah mandek di tangan Pengacara Wiratama Kusuma yang keras kepala, ketegangan di Penthouse B tidak pernah setinggi ini. Naomi, yang kini sudah memasuki minggu terakhir trimester ketiganya, merasakan tekanan ganda. Tekanan fisik karena kehamilan dan tekanan mental dari persiapan perang terakhir melawan Helena.

Ryu sendiri terlihat gelisah. Bisnis Dirgantara tetap berjalan, tetapi fokus utamanya terpusat pada keselamatan Naomi dan sang pewaris. Ia bahkan menunda rapat dewan direksi penting, sebuah tindakan yang belum pernah ia lakukan. Perlindungan Ryu terhadap Naomi bersifat total, tetapi tetap dingin. Ia melindungi aset, tetapi Naomi tahu bahwa di balik lapisan es itu, Ryu merasakan sesuatu yang baru, yaitu ketakutan kehilangan hasil dari keajaiban yang ia ciptakan.

Dua hari sebelum tanggal perkiraan kelahiran, Helena datang ke penthouse. Ia datang tanpa pengawal, tanpa sekretaris, dan untuk pertama kalinya, tanpa Bu Sari yang sudah kembali ke desa setelah peringatan halus Naomi. Helena membawa kotak-kotak hadiah mewah, pakaian bayi yang dirajut tangan, dan sebuah suasana damai yang sangat dipaksakan.

“Duduklah, Naomi. Jangan banyak bergerak,” kata Helena, suaranya lebih lembut dari biasanya. Ia mengenakan gaun sutra berwarna navy yang elegan, menunjukkan bahwa ia datang bukan untuk berbisnis, tetapi untuk sebuah kunjungan pribadi yang sarat makna.

“Aku sudah membatalkan semua jadwal Ryu. Dia harus berada di sini bersamamu. Kau harus tenang. Semua akan baik-baik saja.”

Helena duduk di samping Naomi, di sofa yang mewah itu. Ia meraih tangan Naomi, menggenggamnya, sebuah kontak fisik yang mengejutkan. Ini adalah momen yang paling berbahaya, momen ketika Helena berusaha menciptakan ilusi keakraban untuk meredakan pertahanan Naomi.

“Aku tahu kau takut. Aku juga pernah melewatinya. Melahirkan pewaris Dirgantara adalah beban, bukan sukacita semata,” bisik Helena, tatapannya menyiratkan kenangan masa lalu yang kelam.

“Saya tidak takut pada persalinan, Nyonya. Saya tahu Dokter Pratiwi adalah yang terbaik. Saya telah mengikuti semua instruksinya,” jawab Naomi, membiarkan Helena menggenggam tangannya. Ia harus terlihat rentan, tetapi tidak rapuh. “Saya takut setelahnya. Saya takut pada pemindahan kekuasaan.”

Helena tersenyum dingin. “Semua orang tahu kau hanya di sini untuk itu, Naomi. Kami akan memberimu semua yang dijanjikan. Dua miliar, dan rumah baru yang mewah di tempat yang aman. Tapi, anak itu harus dididik sesuai tradisi kami. Kau harus bersiap untuk mundur ke peran yang lebih minor.”

“Saya mengerti. Tetapi saya adalah ibunya. Saya tidak akan membiarkan anak saya diperlakukan seperti barang yang bisa dialihkan hak asuhnya setelah perjanjian selesai,” balas Naomi, suaranya tetap tenang namun mengandung lapisan baja. “Saya telah menanggung risiko, Nyonya. Saya telah melawan Vanessa. Saya telah melawan Anya. Saya bahkan menjaga rahasia-rahasia keluarga yang sangat penting.”

Helena menarik tangannya, tatapannya langsung menembus Naomi. “Kau mengacu pada drama masa lalu? Aku sudah bilang, semua jejak sudah terhapus. Itu sudah lama berlalu, Naomi. Jangan coba mengungkit lagi.”

“Mungkin sudah lama berlalu bagi Anda yang menyusun kesepakatan itu. Tetapi bagi saya, yang sedang mengandung cucu Anda, rahasia itu adalah cermin,” kata Naomi, nadanya tenang, tetapi penuh makna. “Cermin yang menunjukkan bahwa Anda rela melakukan apa saja, bahkan membohongi suami Anda demi melindungi status pewaris tunggal Ryu.”

Helena berdiri, berjalan cepat ke jendela, memunggungi Naomi. Kepalanya tertunduk sedikit. Panik itu nyata, tetapi ia berusaha menyembunyikannya dari pandangan.

“Kau ingin apa, Naomi?” tanya Helena, suaranya serak dan nyaris tidak terdengar, mengakui kekalahan dalam perang psikologis ini.

“Saya tidak ingin uang lagi. Saya ingin legitimasi yang tak tergoyahkan setelah anak ini lahir,” jawab Naomi, menggunakan kesempatan kelemahan Helena. “Jika saya keluar dari rumah sakit, dan Anda membiarkan desas-desus bahwa saya adalah wanita bayaran yang akan diceraikan, seluruh dunia akan mencari tahu siapa anak yang sah itu. Soraya akan muncul lagi dengan tuntutan baru. Pengacara Wiratama akan melihat peluang untuk uang. Ancaman warisan itu akan menjadi bencana yang akan menghancurkan citra Dirgantara di pasar global.”

Naomi berdiri perlahan, membiarkan perutnya yang besar menjadi simbol dari kekuatannya. Ia melangkah mendekati Helena, menjaga jarak yang tepat agar ancamannya terasa intim.

“Dan semua itu hanya karena Anda ingin menyingkirkan saya setelah perjanjian, Nyonya. Saya ingin Anda mengumumkan ke media, satu minggu setelah kelahiran, bahwa pernikahan kami bukan hanya kontrak, tetapi perjanjian cinta yang mendalam yang dirahasiakan karena masalah kesehatan Ryu. Saya ingin Anda memberikan dukungan penuh sebagai ibu mertua, memastikan saya adalah Nyonya Dirgantara sejati di mata publik. Saya ingin Anda mengutuk semua spekulasi sebagai fitnah.”

Helena berbalik, wajahnya terlihat tua karena dilema. Sorot matanya menunjukkan pertimbangan yang cepat dan kejam. Ia mempertimbangkan risiko, membiarkan menantu sewaan memiliki kekuasaan, atau membiarkan dunia tahu ia adalah wanita yang menghancurkan kebahagiaan suaminya sendiri dan menghilangkan anak kandungnya.

“Kau memaksaku berbohong, Naomi. Kau memaksaku untuk bermain drama yang bertentangan dengan semua yang aku yakini,” kata Helena, suaranya penuh amarah tertahan.

“Anda melakukannya, Nyonya, tiga puluh tahun lalu. Demi melindungi garis keturunan,” balas Naomi, membiarkan kata-kata itu mendarat seperti cambuk. “Sekarang, saya hanya meminta Anda melakukannya lagi, demi melindungi garis keturunan cucu Anda dan rahasia Anda sendiri. Saya adalah perisai baru Anda. Beri saya kekuatan untuk berdiri tegak.”

Naomi melangkah lebih jauh, menggunakan kartu as yang paling menakutkan.

“Dan saya ingin satu hal lagi, Nyonya. Saya ingin Anda berhenti mengawasi saya. Saya ingin Anda mempercayai saya. Karena, jika Anda terus menganggap saya musuh, dan jika saya dipaksa berjuang untuk anak saya sendirian, saya akan berjuang dengan semua yang saya punya. Saya akan menemukan Pengacara Wiratama. Saya akan melacak anak Soraya. Dan saya akan membawanya pulang... sebagai teman bermain untuk anak saya.”

Ancaman itu berhasil. Kata-kata membawanya pulang adalah kengerian terburuk Helena. Bayangan anak tiri yang hilang, yang tiba-tiba muncul di Kediaman Utama Dirgantara, adalah pemandangan yang akan menghancurkan seluruh warisan yang ia bangun dengan darah dan pengkhianatan.

Helena terhuyung mundur. Ia menatap Naomi, tidak lagi melihat wanita muda yang putus asa, tetapi melihat cerminan dirinya yang lebih kejam, yang didorong oleh naluri keibuan.

Helena diam untuk waktu yang sangat lama. Akhirnya, ia menghela napas panjang, sebuah tanda penyerahan diri yang langka.

“Baiklah, Naomi. Aku akan mengurus media. Bu Sari akan pergi besok pagi. Aku akan mengumumkan kepada pers bahwa kau dan Ryu adalah kisah cinta tersembunyi yang pantas mendapatkan perlindungan. Aku akan memastikan kau adalah Nyonya Dirgantara sejati di mata publik.”

Helena kemudian menatapnya dengan peringatan terakhir yang dingin. “Sebagai gantinya, kau harus menjaga rahasia itu. Jangan pernah buka mulut, bahkan kepada Ryu, tentang detail spesifik dari buku harian itu. Jangan pernah mencoba mencari anak itu. Aku ingin kau fokus menjadi ibu yang sempurna.”

“Saya tidak akan. Saya akan melindungi rahasia ini demi anak saya,” janji Naomi. “Saya akan menjadi Nyonya Dirgantara yang sempurna. Persis seperti yang Anda harapkan.”

Tepat ketika Helena keluar, meninggalkan jejak parfum mahal dan aura kekalahan, Ryu masuk. Ia melihat ketegangan di udara.

“Apa yang terjadi? Ibu tampak seperti baru saja menyerahkan setengah dari saham perusahaan,” tanya Ryu, cemas.

“Saya hanya melakukan negosiasi terakhir. Saya membuat dia mengerti bahwa ancaman terbesar terhadap garis keturunan bukanlah dari luar, tetapi dari sejarah keluarga. Dan saya adalah satu-satunya yang bisa menjaga stabilitas itu,” kata Naomi.

Ryu duduk di samping Naomi, memegang tangannya. “Kau telah melewati batas, Naomi. Kau telah membuat Ibu takut. Itu adalah permainan yang sangat berbahaya.”

“Anggap saja ini sebagai biaya asuransi, Ryu. Ibu Anda akan memberikan perlindungan yang tak tergoyahkan untuk kita di depan publik. Dia akan mengumumkan bahwa pernikahan ini adalah cinta, bukan kontrak,” kata Naomi, merasa puas.

Ryu tersenyum masam. “Cinta yang mahal sekali.”

Tepat saat Ryu akan membalas, Naomi tiba-tiba menahan napas. Rasa sakit yang tajam dan tak terduga menusuk perutnya. Itu bukan kontraksi palsu seperti sebelumnya. Rasa sakit itu nyata, menguasai seluruh tubuhnya.

“Ryu,” bisik Naomi, mencengkeram lengan Ryu. “Sepertinya... negosiasi terakhir kita akan dimulai. Sekarang.”

Wajah Ryu seketika menjadi pucat. Semua strategi, semua kalkulasi bisnisnya, lenyap dalam sekejap. Hanya ada ketakutan dan fokus pada wanita di sampingnya.

“Sial. Tidak sekarang!” Ryu segera meraih ponselnya dan menekan nomor darurat. “Rumah sakit. Sekarang, Naomi. Jangan khawatir. Kita aman. Anak itu... anak itu akan lahir.”

Naomi hanya mengangguk. Di tengah rasa sakit, ia tahu. Intrik telah berakhir. Sekarang, hanya ada kehidupan baru. Dan dengan kelahiran anak itu, ia akan menjadi Nyonya Dirgantara yang sesungguhnya, memegang legitimasi yang ia menangkan dengan strategi, bukan cinta.

1
Ara putri
Hay kak, jika berkenan saling dukung yuk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!