NovelToon NovelToon
The Sweetest Mistake

The Sweetest Mistake

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / One Night Stand / Single Mom / Anak Kembar / Office Romance
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Polaroid Usang

Bagi Heskala Regantara, kehidupannya di tahun 2036 hanya soal kerja, tanggung jawab, dan sepi. Ia sudah terlalu lama berhenti mencari kebahagiaan.

Sampai seorang karyawan baru datang ke perusahaannya — Aysha Putri, perempuan dengan senyum yang begitu tipis dan mata yang anehnya terasa akrab.

Ia tak tahu bahwa gadis itu pernah menjadi bagian kecil dari masa lalunya… dan bagian besar dari hidupnya yang hilang.

Lalu, saat kebenaran mulai terungkap, Heskal menyadari ...

... kadang cinta paling manis lahir dari kesalahan yang paling tak termaafkan.

•••

"The Sweetest Mistake"

by Polaroid Usang

Spin Of "Gairah My Step Brother"

•••

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 3

•••

Rapat selesai setelah hampir tiga jam. Setelah pembahasan panjang mengenai strategi negosiasi dengan AI-RynTech, akhirnya Sang CEO mulai merasa puas walau masih ada beberapa hal yang perlu di revisi.

Anggota divisinya sudah keluar beberapa menit lalu. Sembari mengemas lembaran dokumen, Aysha melirik Heskal yang masih duduk di kursinya. Tatapan mereka bertemu, Aysha segera mengalihkan pandangannya. Sadar bahwa lelaki itu memang sedang memperhatikannya secara terang-terangan.

Aysha memeluk beberapa berkas itu, kembali menatap Heskal ingin meminta izin keluar, "Saya—"

"Kamu..."

Ucapan mereka bertabrakan. Aysha segera berucap, "Kenapa, Pak?"

"Kamu sebelumnya kuliah di Harvard?"

Aysha menatap Heskal, lalu mengangguk, "Iya, Pak."

"SMA?"

"SMA?" Ulang Aysha kaget, dia mengerjab saat Heskal mengangguk.

"Mighway Highschool, Pak."

"Ahh," Heskal mengangguk, ternyata memang mereka tidak pernah satu SMA apalagi satu Universitas.

Tapi Heskal yakin, mereka pernah saling mengenal. Walau begitu, berapa keras pun dirinya berpikir —siapa, dimana, kapan, bagaimana— ia tetap tak bisa mengenali Aysha. Salahkan dirinya yang dulu karena punya banyak sekali hubungan dengan para wanita.

Lelaki itu berdiri dari duduknya, berjalan mendekat pada Aysha membuat perempuan itu menahan nafasnya. Ia berhenti satu meter didepan Aysha.

"Kita beneran nggak pernah kenal?" Heskal menatap Aysha lekat, berusaha melihat bagaimana ekspresi Aysha.

"Tidak, Pak."

Lalu sudut bibir Heskal tertarik samar tanpa diketahui oleh sang perempuan. Dapat ia lihat Aysha berusaha menahan ekspresinya, berusaha menahan rasa gugupnya. Netranya pun bereaksi saat ia bertanya.

"Tapi saya mulai yakin kalau kita pernah kenal."

Hening menghampiri cukup lama. Aysha benar-benar tak tau bagaimana cara meresponnya supaya tak membuat Heskal semakin curiga. Dia berpikir terlalu lama hingga Heskal semakin merasa dugaannya benar.

Lalu, sepertinya dunia sedang berpihak pada Aysha, handphone-nya berdering.

"Saya izin keluar lebih dulu, Pak. Anak saya nelpon." Ujar Aysha tenang, menundukkan kepala sedikit lalu berlalu keluar ruangan.

Hening. Kali ini heningnya benar-benar terasa dingin. Heskal mematung di posisinya.

"Anak?"

Entah kenapa, rasanya Heskal seperti merasa terhantam keras.

•••

Tangannya gemetar halus di atas meja, matanya terpejam sebentar, menelan sesak yang tiba-tiba datang begitu saja.

Sudah lima tahun. Dan hari-hari seperti ini selalu terasa panjang, seolah waktu sengaja melambat hanya untuk mengingatkannya pada masa lalu yang tak pernah benar-benar hilang.

Ia menghela napas, pandangannya terarah pada monitor. Sebuah pesan baru masuk. Nama di sana membuat jantungnya berhenti sejenak.

Heskala Regantara

| Jangan lupa buat revisi proposal dan PPT

Aysha menatap nama itu lama. Pemilik nama yang pernah ia panggil dengan sebutan "Kak". Bibirnya terangkat sedikit, entah karena gugup atau pahit.

Lucu, ya. Bertahun-tahun lalu, nama itu begitu hangat di telinganya. Sekarang, cuma butuh satu detik untuk membuat seluruh dirinya bergetar.

"Kita pernah kenal, kah?"

Suara itu tiba-tiba terngiang di kepalanya.

"Kita beneran nggak pernah kenal?"

Aysha memejamkan matanya.

"Tapi saya mulai yakin kalau kita pernah kenal."

Ia masih ingat jelas hari pertama di kantor itu, tatapan bingung dari lelaki yang bahkan tak tahu siapa dirinya. Padahal, hanya beberapa hari sebelumnya… mereka sudah bertemu. Di jalan. Sama-sama terburu-buru. Sama-sama menatap sesaat. Dan Heskal—tanpa tahu apa pun—sempat tersenyum.

Senyum kecil yang waktu itu terasa hangat… tapi kini justru menyakitkan.

"Kamu bahkan nggak inget aku orang yang kamu senyumin di jalan waktu itu." gumam Aysha pelan, senyumnya getir.

"Berapa banyak wanita yang kamu senyumin hari itu?"

•••

Kali ini, sekali lagi, Heskal benar-benar merasa dirinya tak pernah dewasa. Seperti kembali pada dirinya yang dulu. Dia mengutuk sikap kekanak-kanakannya, tapi tetap melanjutkan kegiatan kekanak-kanakan itu.

"Anak?" Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman miring, "Gue yakin itu cuma akal-akalan lo."

Mobil itu berhenti beberapa meter di depan rumah bergaya futuristik dengan jendala kaca lebar dibagian depan, melihatkan bagaimana suasana ruang tamu didalamnya dengan cukup samar. Heskal, tanpa sadar, juga ikut menghentikan mobilnya beberapa meter di belakang.

Aysha, dia keluar dari mobilnya. Rambutnya sudah tak di cepol, kini tergerai dengan indah walau sedikit berantakan tertiup angin sore. Blazernya sudah dilepas. Saat perempuan itu membalikkan badan ...

Heskal dibuat mematung.

Aysha tersenyum. Bukan senyum sopan di kantor, bukan juga senyum basa-basi saat rapat. Tapi senyum yang hidup. Cerah. Hangat.

Heskal… kaget. Karena selama ini, wajah Aysha yang dia kenal hanyalah tenang, kaku, dan penuh jarak. Tiba-tiba dia melihat sisi lain yang benar-benar asing.

"Dia bisa senyum kayak gitu?" Pikirnya. Senyum itu seperti menghapus seluruh kesan profesional yang selama ini menempel di kepala Heskal.

Tangannya yang tadi memegang setir mulai kehilangan tenaga. Senyum itu membuat dadanya terasa aneh—sesuatu di antara bingung, kagum, dan... sakit.

Heskal tak pernah melihat wajah Aysha seterang itu. Di kantor, perempuan itu selalu rapi, tenang, menjaga jarak, seolah sudah terlatih untuk menutup semua sisi dirinya dari siapa pun. Tapi di sini, di depan rumah itu, dia seperti orang lain.

Dia baru tahu bahwa perempuan itu punya dunia lain, hidup lain, tempat lain untuk tersenyum seperti itu — dan dunia itu jelas bukan dia.

Hah, tentu saja. Heskal tersenyum miris. Tiba-tiba merasa iri dengan siapapun yang ada dirumah itu, karena pasti sudah menjadi pemandangan harian bagi mereka.

Aysha berjalan ke bagasi, mengangkat beberapa paperbag besar berwarna cerah. Di dalamnya tampak kotak-kotak hadiah dengan pita warna biru dan merah muda. Sebuah kotak yang bisa Heskal tebak itu adalah kotak kue, juga Aysha tenteng.

Senyumnya makin lebar.

Dan ketika dua anak kecil berlari dari arah pintu rumah—kembar, mungkin empat tahun—menyambutnya dengan tawa, Heskal nyaris menahan napas.

Anak-anak itu memeluk kaki Aysha erat-erat, dan perempuan itu tertawa. Tawa yang belum pernah Heskal lihat.

Ada sesuatu di dadanya yang menghangat, tapi juga menghimpit pelan. Rasa kehilangan yang bahkan ia tak tahu kenapa bisa muncul.

Dia memalingkan pandangan sesaat, tapi matanya kembali, tanpa ia sadari.

"Aysha." Bibirnya bergerak pelan. "Lo bisa senyum kayak gitu, ternyata."

Senyum itu bukan untuknya. Dan entah kenapa, itu justru yang paling menyakitkan.

Dia menegakkan tubuhnya, mencoba tertawa pelan—tawa hambar yang bahkan terdengar pahit di telinganya sendiri.

"Anak, ya? Lo beneran punya anak..." Heskal bergumam pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Mobilnya masih diam di tempat, tapi pikirannya sudah berantakan.

Ia mencoba meyakinkan diri bahwa rasa ini cuma rasa penasaran biasa, rasa ingin tahu seorang atasan pada bawahannya. Tapi semakin lama ia menatap, semakin jelas bahwa yang ia rasakan bukan sekadar itu.

Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, Heskala Regantara merasa tidak tahu harus bersikap seperti apa.

Dan ketika Aysha menggendong salah satu anak itu, masuk ke rumah sambil tertawa kecil, Heskal menyadari satu hal.

Rasanya... ia baru saja kalah oleh sesuatu yang bahkan tak pernah ia sadari sedang diperjuangkan.

•••

Ruang tamu itu sederhana, tapi hangat. Balon warna biru dan merah muda menggantung di langit-langit, beberapa pita masih setengah miring karena dikerjakan seadanya beberapa saat lalu setelah berganti pakaian.

Kedua anak itu sudah berdiri di depan meja, sudah selesai menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun. Kini mereka sedang menatap kue kecil berbentuk mobil dan kelinci. Api lilin angka 4 di atasnya bergoyang lembut.

Aysha menatap mereka sambil tersenyum. Senyum itu masih sama seperti tadi di depan rumah—lebar, tulus, dan penuh cinta—tapi ada sesuatu yang lain di baliknya.

Getar kecil di sudut bibir, tatapan yang sesekali redup.

"Ayo, sayang, tiup lilinnya," ucapnya pelan.

Kedua bocah itu saling pandang, lalu tertawa riang sambil meniup lilin bersamaan.

Suara tawa mereka memenuhi ruangan.

Hangat. Hidup. Tapi bagi Aysha, ada jeda panjang di antara tawa itu—sebuah ruang kosong yang selalu menelan dirinya setiap kali momen bahagia datang.

Dia bertepuk tangan, pura-pura ceria, padahal matanya sudah mulai berkaca.

Empat tahun. Sudah empat tahun. Dan setiap tahunnya, rasa bersalah itu tidak pernah benar-benar pergi.

Aysha memeluk anak-anaknya bergantian, mencium kepala mereka.

"Noa, Shala, Selamat Ulang Tahun, Sayang."

Dua anak kecil itu tertawa. Noa, anak lelaki yang lebih tua 7 menit itu mengecup pipi Aysha disebelah kanan. Sementara Shala, adik perempuannya tak mau kalah dan mengecup pipi Aysha di sebelah kirinya.

"Makacih, Mimia!"

Aysha mengacak lembut rambut mereka, "Ayo, sekarang saatnya buka kado, kan?!"

Shala dan Noa bersorak, segera menerima uluran kotak-kotak kado yang disodorkan oleh Mimia-nya.

Mereka hanya tahu, malam itu Mimia mereka tersenyum lebih lama dari biasanya.

Tapi kalau saja mereka tahu, di balik senyum itu ada hati yang masih berusaha berdamai dengan masa lalu—masa lalu yang kini duduk diam di mobil, beberapa meter dari rumah, menatap dari balik kaca tanpa tahu apa yang sedang ia lihat.

•••

Didalam mobil, Heskal masih setia menatap tanpa suara.

Ia tidak tahu apa yang sedang ia lihat—hanya Aysha, berdiri di ruang tamu rumah itu sembari memotong kue dengan senyumannya, dikelilingi dua anak kecil yang menari-nari di depan meja setelah membuka kotak kado. Tawa mereka, bahkan sampai pada tempat Heskal berada saat ia membuka kaca mobilnya.

Untuk pertama kalinya sejak lama, Heskal merasa asing terhadap dirinya sendiri. Dia menelan ludah. Sakit, tapi entah kenapa juga tenang.

"Lo siapa, sih, sebenernya?" Gumamnya pelan, matanya tak lepas dari sosok perempuan yang sekarang menyuapi kue untuk salah satu anak itu.

Anak. Kata itu kembali menamparnya.

Siapa Ayahnya? Kenapa sejak tadi tak terlihat?

Heskal memejamkan mata sejenak. Ada sesuatu di dadanya yang sesak, sesuatu yang tidak ingin ia akui—rasa kehilangan, rasa marah, atau mungkin rasa takut.

Takut kalau semua dugaannya salah. Atau justru benar.

Ia membuka mata, menatap lagi.

Aysha memeluk dua bocah itu erat-erat.

Dan entah kenapa, pemandangan sederhana itu terasa begitu menyakitkan.

Karena di saat perempuan itu terlihat paling bahagia... Heskal justru merasa paling kosong.

•••

1
styandrie
Bagus bgttt🫶🏻🫶🏻🫶🏻, selalu suka sama novel kakak iniii!! Ceritanya bagus, menarik, selalu bikin kepo tiap episodenya!

Kayak bisa banget jabarin perasaan tokohnya, bikin kita bener2 ngerasain apa yang tokoh rasain😭😭😭

penulisannya juga rapi, tanda bacanya rapi, enak bgt dibacaaa!!
love bgt pokoknyaaa🥰🥰
styandrie
LANJUTTTT PLISSSSS
styandrie
AAAAAAA AMSHSKSJSKSK
DEGDEGANNN
styandrie
Parah bgt aseliii🫵🏻
styandrie
mau nangiss😭😭😭😭😭😭😭😭😭
styandrie
😭😭😭
styandrie
🥹🥹🥹
styandrie
oke, ini flashback malam itu kann
styandrie
LUCU BGTTT😭🤏🏻
styandrie
hahahaa
Dewi Eka
menarik
kim elly
hay aku sudah mampir🥰🥰
styandrie
lepas kangen sama zafnya kenzio jayden dan nara🫠🫠♥️
Raezcha: iyaaaa😭😭✨
total 1 replies
styandrie
LOHHHH??
styandrie: satu ayah mrkaaa?/Gosh/
total 1 replies
styandrie
HAHHH
Yunita aristya
apakah celyn 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!