Tiga tahun pernikahan tanpa cinta dari suaminya, Valeria akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Zelan. Laki-laki yang sebelumnya ia cintai dengan sepenuh hati.
Cinta yang bertepuk sebelah tangan, pengorbanan yang di anggap seperti angin lalu, membuatnya lelah lahir batin.
Di mata Zelan, Valeria hanya sosok wanita jahat dan kejam, sosok yang dia anggap sebagai perebut kebahagiaan nya dengan wanita yang dicintainya.
Namun ada sebuah fakta yang tidak di ketahui oleh Zelan di balik pernikahan nya dengan Valeria. Wanita yang dia anggap sebagai antagonis itu, ternyata adalah orang yang paling banyak berkorban untuk hidup nya.
"Peran ku sebagai istrimu telah usai Zelan, aku pergi, satu hal yang harus kau ketahui. Aku, bukan orang jahat."
Bagaimana reaksi Zelan setelah mengetahui kebenaran tentang Valeria dan bagaimana kehidupanya setelah di tinggal sang istri? Ayo baca kisah nya di sini ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #04
"kalian! Apa yang kalian lakukan kepada Karina?" kata Zelan sambil memeluk Karina.
"Kak! Istrimu ada di hadapan mu dan kau malah memeluk perempuan lain!" ucap Maya menuding sang kakak.
"Zelan, jangan salahkan mereka, aku tadinya hanya ingin keluar untuk mencari udara segar, tetapi aku tidak sengaja melihat ruangan ini dan aku melihat Valeria di dalamnya, aku pikir dia kenapa-kenapa dan aku berniat untuk menjenguk," ucap Karina sambil memegang pipinya dan bicara dengan lembut.
"Bohong! Kau datang untuk menghinanya," kata Maya lagi.
"Cukup! Kalian sudah keterlaluan, dan kau Valeria, kenapa kau begitu kejam? Kau sudah membuat Karina menderita dengan merebut posisi yang seharusnya dia miliki, tidak bisakah kau sedikit saja berbuat baik?" bentak Zelan.
"Zelan, semua yang terjadi tidak seperti yang kau lihat, Maya benar, dia datang hanya untuk menghinaku," jelas Valeria dengan air mata yang kembali menetes.
"Tidak, aku tidak seperti itu," jawab Karina mengelak.
"Sudahlah, kedepannya jangan berbuat baik kepada orang yang tidak tau diri, ayo kembali dan istirahat," Zelan mengendong Karina tepat di hadapan Valeria dan membawa nya keluar dari ruangan tersebut.
Sementara itu Valeria sebagai seorang istri hanya bisa mendapatkan bentakan, Zelan tidak pernah sedikitpun percaya padanya, bayangkan seberapa sakit hati seorang istri melihat suami yang amat sangat dia cintai mengendong perempuan lain di hadapannya.
Hiksss ...
Hikss ...
Hiksss ...
Valeria terduduk di tepi ranjang, ia menangis sejadi-jadinya sambil meremas kerah baju yang saat ini ia pakai.
Maya yang melihat itu segera mendekap sahabatnya dengan hati yang pilu dan rasa malu yang luar biasa.
"Maafkan aku Valeria, maafkan aku," kata Maya yang merasa gagal menjadi ipar setelah melihat perbuatan sang kakak.
"Kenapa Zelan begitu membenciku Maya? Kenapa? Sudah tiga tahun lamanya, kenapa dia tidak bisa sedikit saja bersikap baik dan berpihak padaku? Aku sangat ingin, merasakan kasih sayang seperti dia menyayangi Karina," ucap Valeria di sela-sela isak tangis nya.
"Valeria jika kau sudah tidak tahan, kau bisa mengakhiri semua ini kapanpun kau mau, aku akan selalu ada di pihak mu," ucap Maya ikutan menangis.
"Bagaimana dengan jantung kak Leon? Jika aku pergi aku tidak bisa bersama jantung kakak ku lagi, aku masih tidak kuat," kata Valeria yang kini bertahan hanya karena jantung sang kakak.
Maya yang mendengar itu tak bisa berkata apa-apa selain menangis dan memeluk Valeria.
Sementara itu di ruang rawat Karina.
"Karina aku minta maaf atas kekasaran Maya kepada mu," ucap Zelan sambil mengelus pipi Karina.
"Tidak apa-apa, aku sudah memaafkan nya, biar bagaimanapun dia adalah adikmu,aku tau dia sangat memanjakan Valeria karena mereka bersahabat," ucap Karina sambil memasang wajah sedih.
"Kau memang sangat baik dan pengertian, sudah jangan terlalu banyak berfikir, sebaiknya sekarang kau segera istirahat, aku akan keluar sebentar," ucap Zelan. Ia menyelimuti Karina dengan selimut dan kemudian meninggalkan ruangan tersebut.
"Sabar? Pengertian? Apa itu, aku benar-benar sudah muak, Valeria, awas saja, sebenar lagi aku akan membuat mu benar-benar pergi meninggalkan Zelan, kalian tidak boleh bersama lebih lama lagi," batin Karina. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan sorot mata penuh arti.
Sementara itu di luar Zelan bertengkar dengan Maya.
"Kak, aku benar-benar keterlaluan, kondisi Valeria seperti ini parahnya kau malah merawat wanita lain dan tidak sedikitpun kau menanyakan kabarnya," ucap Maya sambil berhadapan dengan Zelan.
"Mau dia mati sekalipun aku tetap tidak akan pernah peduli, wanita seperti nya sama sekali tidak layak mendapat kasih sayang dari ku, dia orang yang merebut kebahagiaan kami, Maya kau adalah adikku, tapi kenapa kau selalu ada di pihak Valeria?" ucap Zelan tak habis pikir.
"Karena aku tidak bodoh seperti mu, aku bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, wanita yang kau puja-puji itu, sam sekali tidak layak di bandingkan dengan Valeria, karena Valeria jauh lebih sempurna," tuding Maya kepada sang kakak.
"Haha, aku sudah tau jawabannya, kau, mama dan papa, kalian semua sama saja, kalian termakan hasutan Valeria, sehingga kalian menentang ku dan lebih sayang dengan wanita itu, tetapi tidak apa, aku juga bisa membedakan mana yang salah dan benar," jawab Zelan dengan senyuman tipis seolah-olah meledek Maya.
"Segera lah ubah sikap mu dan minta maaf kepada Valeria, sebelum penyesalan itu datang dan menghancurkan hidupmu," ucap Maya yang kemudian berlalu pergi dari sana.
"Penyesalan? Itu tidak akan pernah terjadi, malah aku sangat menyesal tidak kabur dari pernikahan itu, semua karena papa dan mama," kata Zelan yang kemudian ikut pergi dari sana.
Tampa mereka ketahui sedari tadi Valeria mendengar semua percakapan antara Maya dan Zelan.
"Ternyata dia sangat membenciku, rasa bencinya benar-benar sedalam itu, Zelan jika kepergian ku adalah satu hal yang sangat kau impikan, baiklah, akan aku wujudkan," batin Valeria.
Rasa cinta selama tiga tahun, perasaan kasih sayang yang selalu ia pupuk sendirian itu semakin lama semakin terkikis oleh perkataan dan perbuatan Zelan, yang ada di hati Valeria kini hanya lah sebuah rasa sakit seperti luka basah yang di taburi garam.
Sore harinya ...
"Terima kasih suster, kalau begitu aku permisi," ucap Valeria, ia yang seharusnya masih melakukan rawat inap di rumah sakit tersebut kini memilih untuk pergi, ia tak ingin lagi melihat Zelan dan Karina yang bermesraan di depan nya.
Sebenarnya Maya berjanji untuk menjemput nya sore ini namun tiba-tiba ia tidak bisa datang karena beberapa urusan kantor yang mendesak.
Namun Valeria tidak mempermasalahkan hal tersebut, dia tau sahabat nya adalah wanita karier yang sibuk.
Valeria pun memesan taxi online, namun bukan nya kembali ke apartemen Zelan dia malah datang ke pemakaman, rasa rindu nya kepada Leon tak bisa di tahan lagi, ia membawa sebuah buket bunga Krisan untuk hadiah pertemuan mereka.
"Kak, maaf aku baru datang menjenguk mu," panggil Valeria. Senyum tipis itu terukir di kedua sudut bibir nya, melihat nisan bertuliskan Leonardo.
Ia duduk di pinggiran batu di samping kuburan sang kakak sambil meletakkan bunga tersebut.
"Kak, jantung mu masih berdetak pada tubuh seseorang sudah tiga tahun lamanya aku bersama dengan Zelan karena jantung mu, aku baru sadar kalau mungkin ini bukan lah sebuah cinta, melainkan hanya ketergantungan saja," lirih Valeria sambil memegang nisan sang kakak.
Air mata itu kembali menetes membasahi pipi mulus nya, mata indah nya tak pernah lepas dari kelembapan, penampilan nya yang lusuh menutupi wajah cantik nya yang penuh kelembutan.
"Aku sudah memutuskan, mulai sekarang aku memilih merelakan jantung itu, aku tau kau juga pastinya sangat sedih melihat kehidupan ku sekarang,"
****