Dimana masih ada konsep pemenang, maka orang yang dikalahkan tetap ada.
SAKA AKSARA -- dalam mengemban 'Jurus-Jurus Terlarang', penumpas bathil dan kesombongan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSARA 4
Bel berbunyi nyaring. Pelajaran segera dimulai.
Saka melirik bangku di sebelahnya, kosong.
“Baim gak masuk, ya?” tanyanya pada Alfa, teman di bangku belakang.
Alfa mengedik bahu. “Ya, kali.”
Tapi teman sebangku AlfaーYudistira, langsung menampik, “Ada kok. Tadi gue liat Baim masuk lewatin gerbang.” Ketua kelas itu berkata tanpa beban. Tidak memikirkan kemana Ibrahim, saat sudah sampai di sekolah tapi tidak ada di dalam kelas.
Biasanya Ibrahim akan datang paling pagi dan membaca apa saja dari buku yang dibawanya. Hal seperti ini jelas bukan bagian dari kepribadiannya.
Saka menatap Yudis, lalu tercenung dan berpikir. “Apa ke toilet, ya? Atau ke ruang guru.”
Yudis ikut-ikutan mengedik bahu, seperti Alfa.
“Iya kali, Sak," Alfa yang menjawab. “Mungkin ada urusan sama TU! Muka lu parno amat! Secinta itu sama Baim?”
Teman akhlaknya sengak semua, Saka mengumpat, “Eek banget lu!” Lalu meluruskan posisi duduk.
Guru sudah datang untuk memulai tema.
Absen dipegang Yudis, guru tak ikut campur. Ketidakberadaan beberapa anak bukan masalah yang repotkan di kelas ini.
Semakin lama, Saka semakin gusar.
Sampai dua pelajaran selesai dan tiba di jam istirahat, Ibrahim tak juga nampak batang hidungnya.
“Kemana tu anak? Masa balik lagi, sih?”
Lalu dia menoleh bangku-bangku milik Trio Kalajengking, sekejap langsung melebarkan mata. Baru sadar tiga bocah itu juga tak ada.
“Yud ... lu tau juga gak kemana trio kampret?” tanya Saka sembari mengerling ke arah bangku anak-anak itu.
Yudis melebarkan mata dan terkejut dengan pertanyaan Saka. Diam lalu merunduk.
Saka bingung dengan sikap itu, lalu paham saat melihat tatapan teman-teman sekelasnya.
Setelah mereka semua keluar untuk beristirahat, barulah Yudis menyembur, “Kedengeran mereka mampus lu, Sak!”
Bukan karena pertanyaannya, tapi 'trio kampret' yang tadi diucapkan Saka. “Asal sebut aja lu!”
Saka melengak heran. “Kan ketiganya gak ada,” katanya.
Yudis melengos. “Lu pikir mereka yang di dalem sini selain gua, elu, Baim, Jono, Alfa sama beberapa lain yang gak banyak itu siapa?” tanyanya, tapi menjawab sendiri juga, “Mereka juga anggota kalajengking, Bego!”
Saka terperangah, lalu memasang wajah beneran bego. “Emangnya mereka caleg, sampe punya pengikut pro?”
Yudis mendelik. “Bodo ah! Serah lu. Gua gak mau kebawa-bawa." Dia berdiri lalu pergi keluar juga.
Jadi itu poin-nyaーYudis bukan masa bodo, tapi cari aman.
Sepeninggal Yudistira, Saka termenung sendiri, berkali menatap bangku kosong milik Ibrahim.
“Perasaan gua jadi gak enak.”
Beberapa saat kemudian, seseorang masuk ke dalam kelas, lalu duduk di bangku tepat di depan Saka.
Itu dia anak yang tadi kabur duluan sebelum istirahat, pura-pura mau buang air besar padahal entah kemana.
Saka meliriknya sekilas. Aroma nikotin menyeruak ke penciuman. Tapi dia abaikan, meneruskan kegiatan bermain ponselーchat-an dengan mamanya.
Detik berikutnya anak di depan Saka itu merubah posisi hadap menjadi miring, sementara wajahnya lurus ke wajah Saka, “Sak, lagi motong jalan dari warung Wa Oge tadi, kayaknya gua denger suara dari dalem rumah kosong deh, Sak.”
Itu Jono, eskpresinya kompleks, ada bingung dan cemas di satu raut.
Saka melengak ke wajah si Jono yang berminyak itu. “Suara?” tanyanya, mencubit bagian penting.
“Iya. Kayak suara Baim, kedengerannya kek lagi mohon-mohon gitu," jelas Jono sambil mengingat. “Gua diem aja di pinggir sok-sokan nguping. Lama dikit malah ngeri. Trus kabur.”
“Baim?!"
“Iya.”
“Lu gak liat ke dalemnya? Gak mastiin itu beneran Baim atau bukan?!” Saka langsung terseret diri, mengingat Ibrahim sedari tadi dia cemaskan.
Jono menggeleng pelan, menatap Saka dengan raut yang sulit. “Justru itu, gua takut, Sak.”
Kemudian Saka berdiri. “Rumah kosong itu di mana, Jon?!”
sama-sama beresiko dan bermuara pada satu orang.. yordan..
🙏