NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Transmigrasi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

Yoga Permana, 22 tahun, pekerja biasa yang hidupnya terasa hampa setelah patah hati dan gagal move on dari cinta pertama. Pelariannya? Menulis webnovel… meski lebih sering buka Facebook daripada nulis.

Suatu malam, saat mencoba menulis prolog novel barunya Pe and Kob, laptopnya rusak, lalu menariknya masuk ke dalam dunia novel yang bahkan belum ia selesaikan.

Kini terjebak di dunia isekai hasil pikirannya sendiri, Yoga harus menjalani hidup sebagai karakter dalam cerita yang belum punya alur, belum punya nama kerajaan, bahkan belum punya ending.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1: Transmigrasi (3)

Natasya, heroine utama James, tak kusangka yang kutemukan pertama kali adalah dirinya, aku membuat tokoh ini dengan sifat penuh semangat dan penuh percaya diri, sesuai warna rambutnya, merah membara

Namun bertemu dirinya di latar waktu bagian prolog secara nyata, seperti melihat anak kecil polos dan pemalu.

Nama lengkapnya adalah Natasya Dea, nama yang ku ambil dari salah satu mantanku, 'Nasya Dewi Alfariza', Natasya dari Nasya dan Dea dari Dewi Alfariza.

“Yah, mau bagaimana lagi, sebagai Yoga, aku terbentuk karena mantan-mantanku.” gumam batinku dengan senyum, walau dunia tak dapat mendengarnya, aku tahu, melihat Natasya secara nyata seperti melihat bagian dari masa laluku.

Dia tampak tenang tak banyak bicara, tubuhnya lebih pendek dari diriku, aku penasaran berapa usianya. Karena aku belum menentukan umurnya dalam gambaran besar naskah yang kubuat.

“Nasya, berapa usiamu?” Tanyaku, dengan langkah menyusuri desa.

Natasya yang berjalan di belakangku menanggapinya.

“...lima tahun” jawabnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Selisih satu tahun lebih tua dariku, namun tubuhnya lebih mungil.

“Ehhh seriusan? Kamu kecil padahal satu tahun diatasku hehehehe...” godaku pada Natasya.

Raut wajahnya kini cemberut, baginya itu terdengar seperti ejekan.

“Lala itu mirip anak laki-laki! Sering ngejek!.” balas Natasya dengan nada kesalnya, suaranya kini terdengar lebih jelas walau tak keras.

Wajar saja, karena aku memang seorang pria di dalam tubuh anak perempuan.

“Ehh, sering? Padahal baru ngomong...” lanjutku tersenyum pada Natasya.

“Maksudku anak laki-laki itu sering mengejek.” kesal Natasya.

Kami menyusuri desa, melewati pemukiman warga, tatapan nyaman dari para penghuni desa Carrington memang terbaik, tak ada niat jahat, hanya tatapan orang-orang dewasa melihat dua gadis kecil bersenda gurau.

Dari kejauhan aku melihat punggung dua bocah laki-laki rambut hitam legam dan disisinya berambut biru dengan pakaian mahal.

Di belakangku, Natasya tiba-tiba berlari dan berhenti di depan tubuhku sontak langkah kami terhenti.

“James! Ryan!” teriak Natasya memecah jarak diantara kami dan dua bocah dari kejauhan.

Mataku membelalak terkejut, menoleh pada Natasya.

Dalam pikiranku hanya satu yang terlintas.

“James? Ryan?”

Tidak seperti premis yang aku buat, seharusnya latar waktu sekarang adalah prolog yang akan aku tulis.

James menolong Natasya, dan Ryan datang sebagai tukang bully.

“Bagaimana mereka bisa saling mengenal?”

Sebagai penulis yang membuat novel ini dalam gambaran kasar, menerapkan outline, dan menentukan sistem yang bekerja di dunia novel ini. Ini tak seperti yang aku rencanakan

Dua bocah itu menoleh pada kami, berlari dari kejauhan.

“Oii, Natasya.” teriak James si rambut hitam legam.

“Kami mencarimu, ibumu sangat khawatir!” Ryan si rambut biru

Begitu juga Natasya, gadis itu menghampiri mereka.

“Aku baik-baik saja.” senyum Natasya menghilangkan kegelisahan pada dirinya.

Aku hanya menatap dari posisiku, ketiga tokoh masa kecil sudah saling mengenal sejak prolog.

“Lagi-lagi kamu membuat khawatir kami juga ibumu.” ketus James pada Natasya.

“Ya! betul itu!” sembur Ryan. Nadanya sedikit kesal.

“Aku baik-baik saja tahu, lagipula aku punya teman baru!” dengan santai Natasya berucap, lalu ia menatapku.

“Lala! Kemari sini, ini teman-temanku!” gumam Natasya melambaikan lengannya

Aku menghampiri mereka.

Disana, kutatap mereka, James tersenyum padaku, sedangkan Ryan... Entah kenapa wajahnya begitu terkejut dan panik.

“L-lala R-Rosalia?!” Ia menunjukku.

Sontak aku terkejut, bukan hanya aku, James dan Natasya juga sama.

“Ehh kamu udah kenal gadis ini Ryan?” goda James menutupi senyumannya dengan lengan.

“Ehh.... Kamu mencurigakan Ryan.” ketus Natasya.

“A-apa kita pernah berjumpa?” lanjutku, bertanya pada Ryan.

Ryan kembali tersadar.

“E-ehh maaf, ini pertama kalinya aku melihat Natasya mempunyai teman selain kami hehehe.”

“Ohhh, padahalkan aku ga nyebutin nama?” aku menimpali dengan penasaran.

“T-tadi Natasya memanggil namamu...” Ryan membela diri.

“Ga, Nasya ga nyebut nama belakangku...” tegasku, menyudutkan Ryan.

James dan Natasya hanya menatap kami.

“N-nyebut kok, tadi Natasya nyebut nama panjangmu juga... Kamu cuman ga sadar Lala.” terus mengelak, Ryan mencoba menghindari obrolan ini.

“Ahh, aku ga ingat sih nyebut nama panjang Lala, tapi Ryan ga mungkin bohong.” Natasya menyentuh kepalanya sendiri dengan telunjuk. Seperti berusaha mengingatnya.

“Hmm, siapa Nasya?” James memotong obrolan kami...

“Ahh itu panggilan Lala untukku... Hehehehe” Natasya menimpali pertanyaan James.

“Ohh, Nasya ya... Jadi kenalin namaku James, apa aku punya nama panggilan darimu Lala.” mata James bersinar padaku.

“Hiraukan anak bodoh itu Lala, dia memang seperti itu.” Ryan, mencoba mengikuti arus dan lari dari pertanyaan ku.

“A-ahh salam kenal, aku panggil kamu James aja, dan kamu Ryan kan?”

“Y-ya” Ryan dan James serentak menjawab, namun ekspresi mereka berbeda, James yang kecewa tidak mendapatkan nama panggilan, dan Ryan yang tampak girang dengan topik obrolan yang berubah.

“Ya nanti juga ketahuan sih... Ada yang disembunyikan.” pikirku dalam hati.

Setelah perkenalan singkat, Natasya bergegas ketempat ibunya, yang sedang mencari Natasya.

Kami melambaikan tangan perpisahan, namun James berkata.

“K-kami bakal main sama kamu kapan-kapan.”

Sepertinya anak berambut biru itu punya rahasia besar tentang Pe and Kob. Dan ketertarikan padaku.

“Yah nanti ku cari tahu saja.”

Aku melangkah kembali ke rumah, event prolog sudah selesai, prolog yang belum sempat aku tulis.

Sangat berbeda dengan apa yang kurancang dalam premis, latar waktu tetap sama, namun situasinya berbeda, ketiga teman masa kecil sudah menjadi teman mungkin jauh dari latar waktu sekarang. Apa pemicunya hingga berbeda.

Pertanyaan demi pertanyaan membentang dikepala ku seperti sistem, namun buka sistem itu yang kumaksud, maksudku, semua pertanyaan bermunculan.

“Mungkin karena aku menjadi Extra?”

“Mungkin Lala bukan sekedar Extra?”

“Aku tidak pernah membuat tokoh Lala pada naskah ini.”

Rasa takut dan gelisah menghantui setiap pikiran yang terlintas.

“Mungkin maksud suara perempuan yang kudengar di alam baka tentang, menulis dari dalam, apa maksudnya aku harus menyelesaikan naskah ini? Novel yang menyebalkan.”

Lala Rosalia adalah bentuk anomali dari penulisnya sendiri. Aku yang kini menjadi dirinya.

“Apa James dan Ryan sudah berteman dengan Lala? Bocah tubuh ini.” tanganku menyentuh dada sendiri, teeasa aneh.

Langkah kakiku kecil, ditengah langkah ku melihat Dave dan Liria, berlari seolah aku adalah anak yang hilang.

Mereka khawatir dengan ingatan Lala, aku juga mengkhatirkannya, jika ingatan Lala kembali apa ingatanku akan tertimpa semua, tergabung dengan kenangan sebagai Yoga Permana.

Mereka sangat panik, namun aku hanya menjawabnya sederhana.

Walau harus diomeli mereka, aku tertunduk, mana mungkin aku bertaruh pada nasib jika kesempatan tepat di depan mata.

Aku juga menjelaskan, bahwa aku memiliki teman baru.

“Aku sudah beritahu pada gadis yang dipanggil Nasya, nanti Nasya akan datang ke rumah bermain denganku.”

Sedikit lega, Dave dan Liria tidak tampak marah lagi.

Kami melangkahkan kaki ke arah rumah kami.

Terkadang apa yang kita rencanakan memang tidak sejalan, cobalah bersikap rasional dan tenang, jangan gegabah saat mengambil keputusan.

Pikirkan inti masalah, selesaikan.

Kesampingkan masalah yang setidaknya belum mampu diatasi.

Dan carilah solusi pada masalah yang dirasa cukup sesuai kemampuan.

Sebagai Yoga Permana, penulis novel ini, aku merasa ditantang dengan hal yang tak dapat dimasukan ke dalam akal.

Transmigrasi ke dalam novel membuat kepalaku sakit, dan sekarang aku harus menjadi Lala Rosalia, putri Dave Rodriguez dan Liria Elphene, tokoh extra yang tak pernah aku rancang.

1
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
Tiga Titik Hitam: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
Tiga Titik Hitam: shappp paman/Applaud/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu aja sih masukkan dari saya kak
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Good kak ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Nah kan... Ini yang selalu saya pikirkan 🤣
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
666
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dikirain namanya bakal punya marga. Ternyata enggak. Soalnya dilihat dari sampulnya sih ada bangunan fantasi abad pertengahan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sebenarnya sih lebih enak "Gak" daripada "Ga" waktu lihatnya kak
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu hanya menurut aku ya kak
total 1 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Buwung nya ilang 🗿
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Pe and Kob. Keseringan kebaca jadi PeKob :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Saran kak. Supaya lebih enak dibaca harusnya begini "Layar laptopku mulai retak seperti pecahan kaca, padahal sebelumnya belum pernah terjatuh." itu aja sih kak.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Gpp kak. Saling berbagi ilmu. Saya juga ilmunya masih dikit ilmunya kak ✌️
Tiga Titik Hitam: ku lupa balas komenmu jir, saranmu oke udah kuliat dinovelmu bg—lumayan serap sedikit ilmu/Smile/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Jd keinget salah satu anime yang dimana villain utamanya terlalu op dan kalah sama MC karena karet gelang yg dilempar MC.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Gak usah pake prolog klo malas nulis prolog :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Mulyono /Hammer/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Ngomong² soal "Citayam" jadi ke inget "Citampi Story"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dibagian "filem" bukannya lebih enakkan story atau alur ya kak? Nanya aja sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!