NovelToon NovelToon
Kirana Gadis Indigo

Kirana Gadis Indigo

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kirana, seorang siswi SMA dengan kemampuan indigo, hidup seperti remaja pada umumnya—suka cokelat panas, benci PR Matematika, dan punya dua sahabat konyol yang selalu ikut terlibat dalam urusannya: Nila si skeptis dan Diriya si penakut akut. Namun hidup Kirana tidak pernah benar-benar normal sejak kecil, karena ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan arwah yang tak terlihat oleh orang lain.

Saat sebuah arwah guru musik muncul di ruang seni, meminta bantuan agar suaranya didengar, Kirana terlibat dalam misi pertamanya: membantu roh yang terjebak. Namun kejadian itu hanyalah awal dari segalanya.

Setiap malam, Kirana menerima isyarat gaib. Tangga utara, lorong belakang, hingga ruang bawah tanah menyimpan misteri dan kisah tragis para arwah yang belum tenang. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya yang kadang justru menambah kekacauan, Kirana harus menyelesaikan satu demi satu teka-teki, bertemu roh baik dan jahat, bahkan melawan makhluk penjaga batas dunia yang menyeramkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Boneka Berdarah Di Lorong Timur

Penyidikan Awal

" mulai merasa sekolah ini bukan sekolah biasa,” gumam Kirana pagi itu sambil mengangkat boneka ke hadapan Nila dan Diriya sedangkan Kezia sedang memesan minum

“Kalau kamu sudah nemu boneka kayak gitu di kamarmu… itu artinya sudah waktunya kabur ke luar negeri,” celetuk Diriya, setengah serius, setengah panik.

“Diriya, dia mimpi dulu, baru bonekanya muncul. Ini serius,” kata Nila sambil memeriksa boneka itu. “Ini bukan boneka yang bisa dibeli di toko biasa.”

Kirana mengangguk. “Dia anak kecil… mungkin meninggal di sekolah, tapi tidak ada yang tahu.”

“Anak TK masuk SMA?” Diriya mengangkat alis.

“Bukan. Dulu, sebelum jadi SMA, sekolah ini adalah gedung SD negeri. Bahkan katanya pernah ada taman bermain di sebelah timur, yang sekarang jadi gudang arsip.” jawab Kirana

Mereka bertiga saling pandang. Gudang arsip? Lorong timur?

Kirana tahu ke mana langkah mereka selanjutnya. iya mereka menuju Lorong Timur

Setelah sekolah usai, mereka diam-diam menuju lorong timur, tepat di belakang aula olahraga. Lorong ini jarang dilalui karena lampunya mati dan gudangnya selalu terkunci.

Namun hari itu, pintu gudang terbuka sedikit. Seolah-olah... mengundang.

“Yakin kita masuk?” tanya Diriya sambil melirik ke dalam.

“Tidak. Tapi tetap harus,” jawab Kirana.

Mereka masuk pelan-pelan. Udara di dalam ruangan terasa lembap dan dingin. Bau kayu tua dan debu menyengat hidung. Di sudut ruangan, kami menemukan sesuatu yang mencengangkan.

Sebuah boneka besar... duduk di kursi kecil kayu.

Bonekanya persis seperti yang ada di mimpi Kirana, hanya saja kini ukurannya lebih besar. Dan pada bagian perutnya, noda merah itu tampak basah.

Kirana menelan ludah.

“Kalau ini prank, ini keterlaluan,” bisik Nila.

Tiba-tiba, lampu senter berkedip. Dinding-dinding gudang bergetar pelan. Lalu terdengar suara... suara tawa kecil... yang tak berasal dari mulut siapa pun.

“Main… yuk…” terdengar suara anak anak yang mengajak main

Dan tiba tiba muncul sosok anak kecil, dia muncul di balik tumpukan rak besi.

Arwah Gadis Kecil

Dia tampak seperti anak perempuan berusia lima atau enam tahun. Rambutnya dikuncir dua, tapi berantakan. Gaunnya berenda, seperti gaun pesta ulang tahun anak-anak, tapi sudah sobek di sana-sini. Ia menatap kami, terutama aku, dengan mata besar yang kosong.

“Aku... Ines,” katanya.

“Kau ingin main, Ines?” tanya Kirana pelan.

Ines mengangguk. “Tapi… aku ditinggal. Mereka bilang aku menghilang. Padahal aku cuma main… cuma main…”

“Siapa yang meninggalkanmu?” tanya Kirana lagi.

“Mereka… mereka lari saat langit gelap. Aku masuk gudang, karena hujan… terus... pintunya dikunci…” jawab ines kecil

Kirana mulai mengerti.

Ines terkunci di gudang saat badai besar melanda mungkin puluhan tahun lalu. Tidak ada yang sadar dia ada di sana. Dan dia... meninggal perlahan-lahan. Sendiri.

Dingin.

Lapar.

Tak terdengar.

Boneka Berdarah

Ines menunjuk ke boneka besar di kursi kayu.

“Itu teman mainku,” katanya.

Aku mendekat pelan, memegang tangan boneka itu.

Namun begitu jari-jari Kirana menyentuh kainnya, terdengar jeritan. Bukan dari Ines. Tapi dari boneka itu sendiri.

Kirana terlonjak mundur.

Bonekanya bergerak. Perlahan, ia memutar kepalanya, dan dari matanya air merah menetes, seperti darah.

Aku mencabut kantong garam dari tasku dan menaburkannya ke sekitar boneka. Boneka itu bergetar... lalu membisu.

“Kirana…” suara Ines gemetar. “Aku... takut... Dia bukan hanya teman... dia sekarang jahat.”

"Penghuni Boneka" Batin Kirana

Mereka segera mengerti boneka itu bukan hanya milik Ines.

Ada arwah lain yang kini menempati boneka itu. Arwah yang lebih tua... lebih jahat.

Ines mungkin hanya korban. Tapi bonekanya sudah terkontaminasi.

Dan malam itu, saat Kirana kembali ke rumah, Kirana menemukan boneka kecil itu kembali di atas meja belajarnya. Kali ini... dengan bekas cakaran di pipinya.

 

Esok paginya, Kirana pergi ke ruang arsip sekolah, ditemani oleh Pak Aris, guru sejarah yang cukup akrab denga Kirana.

mereka menemukan koran lama tahun 1998. Berita utamanya mengejutkan:

“Gadis TK Ditemukan Meninggal di Gudang Lama Sekolah: Diduga Terkunci Saat Hujan Deras”

Foto hitam putih menunjukkan wajah Ines kecil, tersenyum polos.

Kirana merasa ingin menangis. Begitu lama ia dilupakan, bagaimana bisa gadis sekecil itu terkurung sendirian disana.

Pak Aris berkata, “Gudang itu memang sempat dipaku rapat selama lebih dari 20 tahun. Baru dibuka lagi saat renovasi dua bulan lalu.”

Itu menjelaskan semuanya.

Boneka berdarah itu ikut “terbangun” saat gudang dibuka.

Malam itu, Kirana, Kezia, Nila, dan Diriya melakukan ritual kecil di lorong timur. Meraka menyiapkan bunga, lilin putih, serta menyalakan rekaman musik anak-anak yang dulu populer di masa Ines.

Ines muncul, duduk di samping boneka itu.

Ia tersenyum sedih. “Aku masih ingin main… tapi aku tahu sekarang bukan waktuku.”

Kirana mengangguk. “Kamu bisa pergi dengan tenang. Ada banyak teman di atas sana, Ines.”

“Bolehkah aku… peluk bonekaku sekali lagi?” tanya ines kecil dengan kesedihan

Mereka mengizinkannya.

Dan setelah ia memeluk bonekanya, tubuhnya perlahan memudar, lalu menghilang dalam cahaya hangat.

Keesokan harinya, lorong timur yang biasanya lembap terasa hangat. Boneka itu sudah tidak ada. Gudang ditutup kembali, dan kepala sekolah memutuskan untuk menjadikannya ruang meditasi.

Kirana duduk di bangku taman sekolah, membuka jurnal kecilnya

Kasus keempat selesai.

Namun saat Kirana hendak menutup buku, angin berhembus pelan. Ada secarik kertas terbang ke arah Kirana.

Kertas itu bertuliskan:

"Di perpustakaan tua, ada buku yang berdarah... hati-hati dengan halaman ke-13."

Kirana menatap langit yang mulai mendung.

"Petualangan belum selesai" batin Kirana

Keesokan harinya.

Hari ini Kiara bangun tidur dengan semangat, dan juga berpikir mungkin hari ini ia bisa bersantai dan menikmati hari. Tapi ternyata tidak.

Karena saat ia sedang merapikan meja belajarnya ia menemukan lagi sebuah kertas kecil yang entah dari mana asalnya, terlipat rapi di atas meja.

Tulisan di sana jelas:

"Di perpustakaan tua, ada buku yang berdarah... hati-hati dengan halaman ke-13."

"Ya ampun... Apa tidak bisa aku di beri cuti sehari saja, aku lelah... Bunda kenapa kelebihan ini di turunkan ke kiran" keluh Kirana.

Dan tiba tiba petir menggelegar dan itu membuat Kirana terkejut...

"Haaaa.... Baiklah - baiklah, aku akan terima" jawab Kirana sembari menghela nafasnya.

"Baiklah karena aku gadis luar biasa dan dengan kebiasaan buruk yang terlalu penasaran, tentu saja aku akan pergi ke perpustakaan sekolah" ujar Kirana penuh semangat

Setelah itu Kirana menghubungi ketiga sahabatnya untuk bersiap pergi ke perpustakaan.

Dan semua setuju, mereka bersiap dan membuat janji temu di gerbang sekolah mereka.

Bersambung

1
Husein
kereeennnn 👍👍
Tiara Bella
wow author kesana kemari bawa cerita seru....semangat ya
MARQUES
cerita sangat bagus kalau bs lanjutkan terus pertualangan Kirana tanpa ada cinta cintaan thor biar cerita ny makin menarik trus untuk di baca sekian saran saya thor 🙏😄
Cindy
lanjut kak
mustika ikha
penasaran thor kelanjutannya, /Determined//Determined//Determined//Determined/
Tiara Bella
takut bacanya tp penasaran hehehhee.....
Tiara Bella
berasa lg nnton sinetron sh....
Wulan Sari
ayo lanjut lagi anak indigo mengatasi apa lagi semangat 💪 Thor 👍
Wulan Sari
critanya menarik membuat kadang terbayang sendiri gimana kalau kenyataan🙂
semangat Thor berkarya itu tidak mudah salam sehat selalu ya Thor 💪👍❤️🙂🙏
Tiara Bella
jantung Aman pemirsah.....wkwkwkkww
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Cindy
lanjut kak
RA
ceritanya seru, lanjutttt dan semangat
RA
semangat
Sribundanya Gifran
lanjut
mustika ikha
berasa ikut ke dalam cerita dengan cerita yg menakutkan diikuti suara musik horor atau gamelan yg mistis, thor ceritanya menakutkan tapi membuat penasaran, jd lanjutkan/Joyful/
Wulan Sari
semangat Kirana kamu pasti bisa menyesuaikan semua keseimbangan dunia ayoooo, ....
lanjutkan Thor semangat 💪 salam sehat selalu 👍❤️🙂🙏
Wulan Sari
seru lanjutkan Thor semangat 💪👍 trimakasih 🙏
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!