NovelToon NovelToon
Istri Yang Disia Siakan

Istri Yang Disia Siakan

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Ibu Mertua Kejam / Tamat
Popularitas:507.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"mas belikan hp buat amira mas dia butuh mas buat belajar" pinta Anita yang ntah sudah berapa kali dia meminta
"tidak ada Nita, udah pake hp kamu aja sih" jawab Arman sambil membuka sepatunya
"hp ku kamarenya rusak, jadi dia ga bisa ikut zoom meating mas" sanggah Nita kesal sekali dia
"udah ah mas capek, baru pulang kerja udah di sodorin banyak permintaan" jawab Arman sambil melangkahkan kaki ke dalam rumah
"om Arman makasih ya hp nya bagus" ucap Salma keponakan Arman
hati Anita tersa tersayat sayat sembilu bagaimana mungkin Arman bisa membelikan Salma hp anak yang usia baru 10 tahun dan kedudukannya adalah keponakan dia, sedangkan Amira anaknya sendiri tidak ia belikan
"mas!!!" pekik Anita meminta penjelasan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4 kamu akan pilih siapa?2

"Mas, baju siapa ini?" tanya Anita dengan nada menyelidik.

Arman melirik ibunya dan mengedipkan mata. "Wah, dia pasti menyembunyikan sesuatu. Oke, aku bantu, tapi ada kompensasinya," pikir Laksmi dalam hati.

Laksmi menepuk jidatnya. "Astaga, Ibu lupa! Ini baju Ibu. Kemarin Arman membelikannya untuk Ibu. Dia kan anak yang berbakti. Sudahlah, jangan ada yang protes. Kita doakan saja semoga rezeki Arman semakin melimpah," ujar Laksmi sambil membela Arman.

Arman merasa lega karena ibunya bisa diandalkan. "Sudah jelas, kan? Sudah siang, aku mau berangkat dulu," kata Arman sambil mengenakan sepatunya.

Anita membantu Arman mengenakan sepatu, lalu mencium tangannya dan mendoakannya. Itu adalah kebiasaan Anita setiap pagi. Sebenarnya, Laksmi senang melihat Arman diperlakukan seperti itu, tetapi sayangnya, menurutnya, Anita adalah istri yang tidak berguna karena bukan wanita karier.

Setelah membereskan rumah, Anita masuk ke kamar dan mulai menulis cerita bersambung. Senyumnya merekah saat melihat jumlah pembacanya semakin bertambah. Ternyata, banyak yang menyukai ceritanya. Dengan keterbatasan kosakata yang dimilikinya, ia tetap menulis dengan bahasa sehari-hari. Awalnya, ia mengira gaya bahasa seperti itu tidak akan diminati, tetapi ternyata banyak pembaca yang justru menyukainya. Dalam ulasan, banyak yang memuji kesederhanaan dan kemudahan bahasanya.

Siang hari, terdengar ketukan di pintu. Anita bergegas membukanya dan melihat Lestari, adik Arman yang kuliah di kota.

"Tari, kamu libur?" tanya Anita.

Namun, wajah Lestari terlihat masam. Ia tidak menjawab dan langsung mengetuk pintu kamar ibunya.

Laksmi keluar dengan wajah masam dan mata masih berbelek.

"Tari, kenapa kamu pulang? Apa kamu libur?" tanya Laksmi.

"Aku ambil cuti, Bu. Aku mau di rumah dulu," jawab Lestari.

"Oke, tapi nanti kamu sekamar dengan Salma, ya."

"Aku tidak mau, Bu. Aku mau kamar sendiri."

"Tapi kamar kamu sudah digunakan Kakak Dewi."

"Aku tetap mau kamar sendiri, Bu. Titik." Lestari bersikeras.

"Anita!" teriak Laksmi.

"Apa, Bu?" jawab Anita.

"Sekarang kamu bereskan kamar Amira. Pindahkan semua barangnya ke kamar kamu."

Anita terkejut dengan keputusan ibu mertuanya. Memang benar ini rumah mertuanya, tetapi semua kebutuhan rumah ditanggung oleh Arman, suaminya. Berkali-kali Anita meminta Arman membeli rumah sendiri, meskipun sederhana, tetapi selalu ditolak. Alasan utamanya adalah karena ibunya melarang, dan bagi Arman, larangan ibunya adalah sabda yang harus diikuti.

"Nanti aku tanyakan dulu ke Mas Arman, Bu," ucap Anita, tidak mau mengambil keputusan sendiri. Bagaimanapun, Amira sudah remaja, tidak pantas jika tidur bersama orang tuanya.

"Ngapain harus menunggu Arman? Arman itu anakku. Dia pasti mengikuti apa yang Ibu ucapkan!"

"Tapi, Bu..."

"Tidak ada tapi-tapi! Cepat lakukan apa yang Ibu perintahkan!" bentak Laksmi.

Lestari menyeringai puas. Sejak kuliah, ia tidak menyukai Anita entah karena alasan apa.

Dengan berat hati, Anita mulai membereskan kamar Amira. Perasaan sedih menyelimutinya. Ia selalu merasa disisihkan. Apa salahnya menjadi ibu rumah tangga? Kenapa keluarga mertuanya sangat membenci ibu rumah tangga? Kenapa mereka meremehkan pekerjaan yang tidak pernah habis ini? Apakah ibu rumah tangga dianggap tidak bisa menghasilkan uang?

Namun, Anita memiliki pemikiran yang lebih maju. Ia adalah seorang penulis daring. Dulu, ia sering mengikuti lomba menulis cerpen, tetapi karena keterbatasan ekonomi, ia tidak bisa melanjutkan sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak belajar.

Baru dua tahun terakhir ia mulai menyalurkan bakatnya, itupun setelah berjuang keras mengumpulkan uang dari Arman. Ia mulai menulis secara daring, dan bulan ini, perjuangannya mulai membuahkan hasil.

"Bu, kenapa kamarku ditempati Ate?" tanya Amira pada Anita.

Anita mengelus kepala Amira. "Nanti Ibu tanyakan ke Bapak kamu, bagusnya bagaimana. Tadi Nenek menyuruh Ibu membereskan kamar kamu dan memindahkan barang-barangmu ke kamar Ibu untuk sementara," ucapnya lembut.

"Bu, kenapa bukan Salma saja yang tidur dengan ibunya? Kalau aku tidur di kamar Ibu, kan, tidak mungkin. Atau aku tidur di ruang tamu saja, Bu. Barang-barangku kutaruh di kamar Ibu," ujar Amira yang sudah memahami ketidakadilan neneknya terhadap ibunya.

Mata Anita berkaca-kaca mendengar ucapan Amira.

"Ibu tidak akan membiarkanmu tidur di ruang tamu. Lebih baik Ibu mencarikan kos putri untukmu daripada kamu tidur di ruang tamu. Kamu anak gadis, Ibu tidak akan membiarkan itu terjadi," ucap Anita dengan tekad bulat. Ia ingin melihat bagaimana sikap Arman nanti.

"Oh iya, Bu. Kalau mau kos, aku ada tempat, khusus akhwat. Ada pembinaan dari ustazah juga. Tapi biayanya mahal, Bu," kata Amira.

"Berapa, Sayang?" tanya Anita.

"Satu juta lima ratus ribu rupiah, Bu," jawab Amira.

"Kalau kamu mau, Ibu akan usahakan, Nak," ujar Anita sambil mengelus kepala Amira.

"Apapun keinginanmu, akan Ibu usahakan, Sayang," tekad Anita dalam hati.

sore hari

Arman baru saja pulang kerja. Wajahnya kusut, matanya letih seperti menanggung beban yang tak pernah benar-benar usai. Anita segera membukakan pintu, menyambutnya dengan senyuman hangat, meski hatinya sedang penuh tanya.

"Mas mau makan dulu atau mandi?" tanyanya lembut, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang bersemayam.

Arman tersenyum tipis. “Aku mandi dulu, habis itu makan, ya.”

“Air hangat sudah kusiapkan,” sahut Anita cepat. “Sekarang aku ke dapur, mau siapkan makan malam buat Mas.”

Ia melangkah ke dapur dengan cekatan. Hatinya sibuk menyusun kata. Ini bukan kali pertama ia harus memilih waktu yang tepat untuk bicara. Tapi setiap kali begitu, tetap saja degup jantungnya berpacu lebih kencang.

Selesai mandi, Arman duduk di meja makan. Aroma tumis kangkung dan ayam goreng kesukaannya menggoda selera. Anita duduk di seberangnya, memperhatikan wajah suaminya yang mulai sedikit rileks.

Dan ketika semua tampak tenang, Anita menghembuskan napas perlahan. Inilah saatnya.

“Mas…” panggilnya pelan, “aku ingin Amira punya kamar sendiri. Mungkin… kamu bisa bicarakan dengan ibunya Salma, supaya Salma kembali ke sana?”

Arman mengerutkan kening. “Loh, memangnya kamar Amira kenapa?”

Anita menunduk sebentar, mencoba menahan gejolak emosi. “Ditempati Lestari. Dan aku disuruh Ibu mindahin semua barang Amira ke kamar kita.”

Hening. Kalimat itu seperti lembaran kertas yang jatuh perlahan tapi meninggalkan bunyi keras di hati Arman. Ia tak langsung menjawab. Matanya menerawang, pikirannya entah ke mana.

“Kalau begitu, kenapa bukan Salma saja yang satu kamar dengan Dewi?” gumam Arman, lebih seperti bicara pada dirinya sendiri.

“Aku juga berharap seperti itu…” suara Anita makin lirih, “tapi Ibu tetap bilang begitu. Titah.”

Arman masih diam.

Anita menatap wajah suaminya, mencari sesuatu di sana—ketegasan, keberanian, keberpihakan.

Dalam hati, Anita bertanya, untuk kesekian kalinya, “Mas… sampai kapan aku harus terus mengalah? Apa Amira akan terus jadi yang disingkirkan? Dan Mas… akan tetap diam?”

Tak ada air mata di wajah Anita. Tapi hatinya retak. Berkeping-keping dalam diam yang menyesakkan.

1
Akbar Razaq
kenapa mereka bisa bertemu bukannya arman dan.istri barunya sdh mengundurkan diri.ya
Akbar Razaq
amira gadis kecil perasaan amira usia 15 dan salma yg 5 tahun.
Akbar Razaq
Jangan sampe.lepas dr mulut buaya jatuh k mulut harimau 🤣🤣🤣.
Aku yakin klo keluarga abah umik hampir sama bahkan mungkin lebih parah dr keluarga arman
Akbar Razaq
syukur deh klo anita waras coba mau di.pologami aku kutuk kau hehehe
Akbar Razaq
oalah anita anita.Emang ya wanita klo udah bucin jd bodoh.
Akbar Razaq
ngeluhnya kayaknya uda kadaluarwa deh .16 tahun di babukan d rumah suami dan anak di perlakukan buruk.Baru ngerasanya sekarang.
Azalea New
luar biasa ceritanya, /Angry/
Yanti yulianti
sumpah... cerita nya bagus
Dewi Yanti
inget anita jagan pilih yg sdh beristri walaupun mereka keluarga yg mengerti agama tp ttp mereka jg manusia, jagan sampe menderita lg dlm pernikahan
Puspitahati
keren thor
antha mom
makasih thor 👍
antha mom
Amira Amira teruss jadi penolong disaat ada orang kecelakaan 😄
antha mom
semua yang terjadi ke keluarga mu tetap Anita yang di salah kan, manusia apa keluarga mu ini Arman,apa kau lupa Arman tengah malam kamu mengucapkan kata cerai ke istri, tanpa ada rasa khawatir mu,, kemana nanti dia pergi , tentang keselamatan nya di jalan sementara udah malam 😡😡😡
antha mom
jelas lah dunia mu runtuh, rejeki yang kau dapat selama ini,itu juga berkat doa tulus istri mu yang selalu ikhlas dalam doa sujud nya ke Tuhan,karma sudah datang silih berganti maka nikmatilah karma mu itu hadapi dengan gentleman
antha mom
banyak salah mu Arman, sangat banyak salah mu terutama ke Anita , istri mu minta uang jawab mu tdk ada uang sementara baju gamis Bianca kamu belikan HP Salma juga kamu beli nah sementara istri mu di rumah ibu mu tidak lebih dari babu gratisan paham kau Arman jangan tanya lagi apa salah mu ke Tuhan
antha mom
saat istri mu ada Kamu tak pernah mengganggap ada dengan gampang kamu selingkuh dengan Bianca dan menuruti semua kemauan ibu mu, dengan gampang nya kamu menceraikan istri mu tanpa kamu pikirkan anak mu, nikmatilah karma mu yang sebentar lagi datang bertubi-tubi
antha mom
Arman beda istri beda rejekinya, sampai disini kamu paham kan Arman, boleh sayang ke orang tua, boleh sayang ke adik adik mu tapi jangan lupa hak dan kewajiban mu ke anak istri mu
nia kurniawati
luar biasa
nia kurniawati
beuuuuh.. lega banget Anita🤣🤣🤣
Dewi Erna
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!