NovelToon NovelToon
Anak Yang Terabaikan

Anak Yang Terabaikan

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / Wanita Karir / Mengubah sejarah / Kontras Takdir / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Anak Yang Berpenyakit / Tamat
Popularitas:848.7k
Nilai: 4.7
Nama Author: Muliana95

Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebahagian Adira

Melihat Afandi tetap masuk ke kamarnya membuat Adira tidur juga menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya. Afandi hanya menarik napas dalam.

"Maafkan kami." ucap Afandi mulai duduk disisi ranjang Adira. "Kamu tahukan, jika Vania tadi pingsan. Makanya kita batal pergi, bukan karena kami sengaja." lanjut Afandi.

"Kami juga akan melakukan hal yang sama, jika kamu berada diposisi Vania. Bagaimana kalau kita pergi besok. Kamu libur sekolah aja." tawar Afandi.

Adira membuka selimut dan tersenyum simpul, "Bukankah kalian lebih memilih Kak Vania? Aku pernah ditinggalkan saat demam. Dan kalian malah memilih merayakan kemenangan olimpiade Kak Vania, dan meninggalkan aku sendirian. Aku belum lupa Ayah." keluh Adira dengan mata berembun.

Adira selalu saja merasakan sakit saat mengingat perlakuan yang berbeda dari orang tuanya.

"I-itu, kamu kan tahu sendiri jika kita tidak menuruti kemauannya, dia akan merajuk dan nanti juga berimbas untuk penyakitnya." bela Afandi membuat Adira memalingkan wajahnya.

"Ayah keluar lah, aku ingin sendiri. Lagi pula, aku tidak terbiasa kalian rayu dan bujuk." cetus Adira memutar tubuhnya untuk membelakangi Afandi.

Dengan berat hati Afandi keluar dari kamar Adira. Dia sadar kalau dia salah, namun apa dikata nasi telah menjadi bubur.

"Bagaimana?" tanya Ella pada suaminya. Sekarang mereka sudah berada di kamarnya.

"Dia kecewa." menghembuskan napas berat. "Apakah kita keterlaluan?" tanya Afandi.

"Sebenarnya kita gak salah, ini mungkin karena Vania kepikiran. Sebab tadi saat aku mengatakan rencana kita pada Adira, Adira malah meminta Vania untuk tinggal. Dan itu membuat mereka bertengkar. Jadi menurut aku, disini yang salah Adira. Karena memancing keributan." papar Ella menaiki ranjang dimana suaminya berada.

🍁🍁🍁🍁🍁

Hari-hari berlalu sampai sekarang Vania sudah kelas dua SMA dan Adira kelas satu. Namun, mereka belajar disekolah yang berbeda. Itupun atas permintaan Vania. Karena dia tidak mau Adira satu sekolah dengannya. Sebab Adira lebih unggul dalam pelajaran dari pada Vania.

Vania juga tidak mahu, jika nanti baik teman dan guru-guru membandingkannya dengan Adira. Vania juga bukannya bodoh, dia juga sering mendapatkan juara satu. Namun jika dibandingkan dengan Adira, maka Adira lebih pintar. Sudah cukup Vania merasakan dibedakan saat sekolah dasar dulu.

Hari ini olimpiade antar SMA diadakan, Adira diutuskan sekolahnya untuk mengikuti pelajaran matematika. Sedangkan Vania juga diutus untuk ikut pelajaran Fisika.

Saat sampai disalah satu gedung lomba. Vania dan Adira ketemu. Vania langsung membuang pandangan agar tidak menatap adiknya. Sedangkan Adira, yang semula hendak menghampiri pun mengurungkan niatnya.

Setelah menyelesaikan semua soalan. Semua para peserta lomba diwajibkan untuk bubar. Untuk pengumuman akan diberitahukan pada pihak sekolah dalam waktu dua minggu ke depan.

Vania dijemput oleh Afandi, karena dia sudah memberitahu kepada Ayahnya. Adira yang melihat mobil Ayahnya pun, hendak menghampiri. Namun, langsung dicegat oleh Vania.

"Ayah, datang untuk menjemput ku. Jadi, jangan coba-coba untuk ikut." ancam Vania. Namun, Adira tak peduli. Dia tetap menghampiri Ayahnya.

"Ayah ..." panggil Adira pada sosok lelaki yang konon dikatakan cinta pertama bagi anak perempuan.

"Adira, kamu disini juga?" tanya Afandi tanpa turun dari mobilnya. Dia hanya membukakan jendela mobilnya.

"Iya Yah, ikut olimpiade juga. Kan semalam udah aku beritahu." ungkap Adira.

"Ayah lupa, maaf ya." kekeh Afandi menggaruk kepalanya.

"Minggir." usir Vania saat dia sampai di pintu mobil.

"Maaf ya Dira, tadi Kak Vania mengatakan ingin ke kafe yang viral, bersama Ayah. Kamu pulang sama teman-temanmu gak apa-apakan?" tanya Afandi hati-hati.

"Gak apa Ayah, udah biasakan?" ujar Adira menahan perih di hatinya. Namun Afandi tidak sadar jika ia telah menambah lagi luka untuk Adira.

"Yah, aku takut kalah ... Apalagi Adira juga ikut. Bagaimana kalau nanti dia menang. Kan Ayah tahu sendiri jika ia pandai dalam pelajaran matematika." seru Vania sambil menikmati jajanan es krim di kafe yang sedang didudukinya sekarang.

"Kamu kan juga pintar sayang. Walaupun kamu kalah, yang penting kamu udah berusaha. Lagian kamu kan ikut Fisika, jadi otomatis kalian berdua tidak bertanding, karena beda pelajaran."

"Aku malu Yah, Aku takut ..." keluh Vania.

"Menang atau kalah, Ayah tidak menyalahkan mu sayang." mengelus lembut tangan Vania.

"Adira, selesai makan nanti tolong cucikan piring ya, karena hari ini Bu Siti izin tidak masuk. Ibu mau ke butik dulu. Karena ada konsumer yang ingin ketemu Ibu." ujar Ella, begitu melihat Adira memasuki rumah. "Jangan lupa, semua makanan kamu simpan, karena Ayah dan Kak Vania makan diluar. dan kue di kulkas jangan makan dulu. Tunggu Ibu pulang dulu, kita makan sama-sama." lanjut Ella. Kemudian ia pergi meninggalkan Adira sendirian di rumah.

Adira melakukan semua pekerjaan yang di suruh Ibunya, bahkan dia juga menyapu serta ngepel seluruh ruang tamu, juga menyetrika beberapa pakaian yang belum sempat Bu Siti lakukan.

Adira berharap, dengan dia melakukan semua pekerjaan, dia bisa dipuji oleh orangtuanya.

Sore harinya, menjelang malam hari. Afandi pulang bersama Vania dan juga Ella. Sebelumnya, Afandi sempat menjemput istrinya di butik.

"Siapa yang bersihin semua ini?" tanya Ella menatap ruangan yang bersih juga wangi.

"Aku Bu." jawab Adira sambil turun dari tangga.

"Gini kan enak, ada gunanya kalau tinggal di rumah." seru Ella berlalu. "Oya, kami sudah makan diluar. Makanan siang tadi, kamu makan aja. Sebelumnya dipanasi dulu." kata Ella saat dia mencapai pintu kamarnya.

"Bu ..." panggil Adira mendekati Ibunya, sedangkan Afandi sedang membuka baju di kamarnya.

"Tadi, saat kalian makan, apa kalian tidak memikirkan aku yang tinggal di rumah sendirian? Aku juga ingin makan di luar bersama kalian. Kita bertiga, tanpa Kak Vania." ungkap Adira.

"Jangan lebay, kami bukannya sengaja. Kebetulan aja tadi Ibu minta makan di luar karena kelaparan." sanggah Ella.

"Tapi, tidakkah kalian ingat aku. Setidaknya kalian bisa membawa sedikit makanan untukku Bu, walaupun sisa dari kalian makan." ucap Adira berkaca-kaca.

"Sudah-sudah, di rumahkan masih ada makanan. Kamu bisa makan yang itu. Jangan mubazir." ucap Afandi yang mendengar perdebatan antara istri dan anaknya. "Besok-besok kita akan pergi berdua ya." kata Afandi mendekati Adira yang masih berada didepan pintu kamar.

"Janji?"

"Janji, besok sore ya." mengelus pelan rambut Adira.

"Makasih," balas Adira karena senang mendapatkan perlakuan kecil dari Ayahnya.

Keesokan harinya, Adira bersiap-siap karena sebelumnya Afandi telah mengabarkan kalau dia dalam perjalan pulang.

Baru saja, Adira turun dari kamarnya, dia melihat Vania sedang memainkan ponselnya di ruang keluarga.

"Rapi amat, mau kemana?" tanya Vania melihat penampilan Adira. Namun Adira melengos tanpa memperdulikan pertanyaan Kakaknya.

"Woi,,, kamu tuli ya. Di tanya bukannya jawab malah ditinggal pergi." teriak Vania.

"Mau jalan-jalan sama Ayah." sahut Adira sekilas.

"What ..." pekik Vania tidak terima.

1
Wiliam Zero
Novelnya bagus dan happy ending 👍
Dede Bleher
sabar ikhlas.
jadilah orang yg selalu rendah ati.
mari kita belajar dr kisah ini dlm mendidik anak anak kita
Muliana: Heum,,, terkadang takut sekali jika ada anak yang merasa di bedakan. Karena pasti rasanya sangat sakit sekali
total 1 replies
Dede Bleher
buanyak pelajaran dr kisah ini.
Dankeschön untuk kisahnya yg sangat apik.
Trinita Hutagalung.
😭. jadi seperti kisah nyata deh 😭😭
Muliana: Jika memiliki kisah yang sama, peluk jauh ya /Sob/
total 1 replies
kompiang sari
Si Vania kapan nyadarnya thor?
Muliana: Barang kali, sampai ajal menjemput /Silent/
total 1 replies
Ana Rusliana
Luar biasa
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
ini mah cari maut namanya👊🏻🔥
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
perangsang kali, kalo penenang mah bikin tidur pulas
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
kalau Adira gak beradab, bererti lo lagi gak beradab kerana kan buah jatuh gak jauh dari pohonnya.. iya kann.. *sindir
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
jangan gitulahh kek, kakek mah tega bangett mau ninggalin cucu kakekkk😭
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
yokk tinggal sama kakek Johan dan kakek Kasim.. mereka banyak uangnya lohh/Bye-Bye//Facepalm//Applaud//Applaud/
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐: benar bangett
Muliana: dan yang pasti, mereka penyayang
total 2 replies
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
dihhh kau kali pembawa sial sama si Van tuh🔥
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
shutttt kau diam aja Sattt.. biar Ifana aja yang urus/Shhh/
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
dihhh udah gede masih di jagain aja.. untung di sabet doang, coba kalau ginjal mu, ku jual.. pasti gak laku laku/CoolGuy/
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
emang situ gak sedar ya
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐
anak mu itu bocornya di jantung loh bukan di otak.. ngertikan
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆𝄞🏠⃟✨м²🔥💥🗡️࿐: gak puas hati sama si Van, apalagi Satria milih Adira.. duhh gak kebayang udah berapa banyak si Van itu rampas dari Adira 🤣
Muliana: Langsung tertawa, apalagi membayangkan nada bicara anda /Curse//Joyful/
total 2 replies
Trias Danu
keren
Muliana: Makasih banyak /Heart/
total 1 replies
Helen Nirawan
pergi yg jauuuuhhhhhhh , ke.ujung dunia sono
Muliana: Kejauhan
total 1 replies
Helen Nirawan
ibu kandung ato ibu tiri seh,situ waras? boleh gk ini emak ny gw jadi in sate ? emosi 😈😈
Muliana: Boleh-boleh, tapi bagi dua ya!
total 1 replies
Helen Nirawan
lu klo gk sayang anak , gk usah bikin anak , buang aj , heran , drpd lu piara ujung2 ny di cuekin gk di anggap ,buat apa , lu ny gk seneng , yg jd anak jg gk tersiksa tau 😓😓😈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!