Rocella gadis berusia 24 tahun, yang dijual oleh ayahnya sendiri pada seorang mafia berpengaruh di dataran Amerika dan Eropa. Kehadiran orang ketiga dalam keharmonisan keluarga menghancurkan semuanya, hidupnya hancur seketika kala ayahnya berselingkuh. Ibunya meninggal dunia karena syok dan kakak laki-laki yang tiba-tiba menghilang dihari kematian ibunya, dan demi membalaskan rasa sakit itu Roce mulai bersekutu dengan mafia yang telah membelinya. Bertekad untuk membalaskan semua dendamnya kepada ayah dan wanita selingkuhannya.
"Aku punya segalanya maka manfaatkan aku yang hanya bisa kamu miliki." ~Killian Leonardo Dextor (Killian Victorious Leonardo De Dextor)
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
Latar cerita Eropa dan Amerika kalau emang nggak suka budaya mereka skip aja ya guys ya, love you all♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GraceAnastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Killian
"Ahh," Desah Roce, Killian menggila dengan mulai mencumbu bibir Roce tangan kekarnya meremas bulatan yang telah dia keluarkan dari balik lingerie.
Bibir Roce di lahap habis oleh Killian seakan-akan tiada hari esok, tangan Roce menjalar meremas rambut tebal Killian menikmati setiap serangan kasar Killian yang begitu memabukkan. Killian memandang Roce dengan kabut gairah yang begitu membara, dari arah bawah Roce juga memandang Killian dengan tatapan serupa.
Kedua tangan Roce terjulur menangkup wajah Killian, mengusapnya lembut memandangi wajah rupawan itu. Malam ini Roce akan menyerahkan sesuatu yang dirinya jaga selama 24 tahun hidupnya, pada laki-laki yang bukan suaminya bukan juga orang yang dia cintai.
"Lakukan perlahan yah, aku takut." Ujar Roce, memberikan lampu hijau kepada Killian.
"Iya," Jawab Killian, "Tapi kalau ingat." Lanjutnya dalam hati.
Roce memejamkan mata menikmati setiap sentuhan Killian di sekujur tubuhnya, bahkan sampai tidak sadar bahwa dirinya sudah polos begitupun dengan Killian.
"Em," Lirihnya saat merasakan sesuatu menyentuh titik sensitifnya.
Roce membuka matanya, menatap Killian yang sedang menatapnya intens di atasnya seolah meminta izin untuk melanjutkannya. Dengan mata yang sedikit berair Roce mengangguk, sebenernya Killian tidak tega melihatnya dia tahu sebenarnya Roce tidak rela. Tapi dia juga tidak rela kehilangan kesempatan ini, sebagai seorang pria dia sangat menginginkannya tapi tubuhnya selalu menolak jika berinteraksi dengan wanita. Semenjak kehadiran Roce dirinya merasa kembali hidup, dan menjadi pria normal seutuhnya ya walaupun hanya merespon pada satu orang itu sudah lebih cukup. Killian janji akan menjaga dan tidak akan menyakiti Roce setelah ini.
Tumpah sudah air mata Roce saat Killian berhasil menerobos pertahanannya, sambil mencengkram lengan Killian meloloskan tangisnya.
"Hiks," Dengan lembut Killian mengusap kepala Roce mencium keningnya, menenangkan.
"Oh shit, damn ini luar biasa." Batin Killian merasakan sesuatu hal baru yang mungkin akan membuatnya kecanduan nantinya.
Urat di sepanjang leher Killian terlihat begitu jelas, meskipun sudah di selimuti oleh gairah. Killian masih tersadar tetap bersikap lembut pada Roce menenangkannya dan meyakinkan semua akan baik-baik saja.
Killian mengusap air mata Roce dan mengecup mata indah itu, "Percaya sama aku ya, semua akan baik-baik saja." Lembut Killian.
Roce mengangguk meskipun masih cegukan, tanganya di kalungkan di leher Killian memeluknya erat.
"Ayo lanjut." Lirih Roce, dengan perlahan Killian mulai menggerakkannya pelan.
Matanya memejam menikmati setiap cengkraman yang begitu kuat dari milik Roce pada Leo. Tidak Killian tidak sanggup, karena tak tahan tanpa sadar Killian semakin cepat dan melakukannya dengan keras.
Roce hanya bisa pasrah saat Killian mulai menggila, bahkan kini Roce sudah mulai menikmatinya. Hingga entah sudah berapa kali mereka melakukannya, Killian masih begitu kuat bahkan jam sudah menujukan hampir pukul 12 malam. Sama halnya dengan Killian, Roce entah darimana dia mendapatkan kekuatan untuk mengimbangi singa kelaparan seperti Killian. Bahkan kini dirinya tengah meminta lagi pada Killian meskipun nafas mereka sudah sangat berantakan, bahkan kasur mereka sudah tak berwujud saking berantakannya.
"Ian ah lagi cepat." Suruh Roce sambil menjambak rambut tebal Killian.
"Agh El!" Erang Killian terdengar begitu berat,
Tak lama setelahnya mereka mendapatkan apa yang mereka mau, dengan nafas yang saling bertabrakan Killian dengan lembut mencium bibir Roce singkat sebelum akhirnya menjatuhkan diri di samping Roce, memeluknya erat dalam dekapannya.
"Apakah lelah?" Pertanyaan konyol meluncur begitu saja dari Killian. "Menurutmu?" Balas Roce sinis.
Mendengar nada sinis dari Roce membuat Killian terkekeh, lagipula dirinya hanya asal bicara saja. "How does it feel after making love with me?" Bisik Killian sensual sambil menjilat ujung telinga Roce.
Roce melotot mendengar Killian yang sangat santai bertanya demikian namun tanpa sungkan pula Roce menjawab, "Amazing, never imagined before— apalagi milikmu sangat besar aku suka."
Kini Killian tersentak mendengar ucapan Roce ada rasa bangga dalam dirinya yang begitu membara.
"Of course Leo memang tidak akan mengecewakan." Bangga Killian, beberapa menit mereka habiskan untuk saling memuji satu sama lain diselingi canda tawa yang semakin menghangatkan suasana.
"Ian aku mau pipis." Killian dengan sigap menggendong Roce kekamar mandi. Setelah keduanya membuang air dan membersihkan bekas pertempuran mereka, Killian memakaikan kaosnya pada Roce tak lupa juga cd serta boxer untuknya.
"Ternyata cukup brutal." Komen Roce saat melihat kondisi tempat tidur, kini mereka sudah siap untuk tidur.
"Ingin tidur di kamar lain, atau perlu aku bersihkan dulu." Tawar Killian, dirinya masih memandang bangga kondisi kamar yang begitu berantakan karena ulahnya dan Roce.
Meskipun Killian memang pencinta kebersihan tapi jika kondisi kamarnya seperti itu karena ulahnya dan Roce itu tidak apa-apa.
"Tidak usah kita tidur disini saja, lagipula kita belum mandi aku sudah sangat mengantuk." Ucap Roce sambil menguap,
Dengan patuh Killian mengikuti Roce, mereka tidur dengan saling berhadapan dimana Killian memeluk Roce dengan begitu posesif seakan menekankan bahwa Roce adalah miliknya.
"Have a nice dream, Amore." Lirih Killian sebelum akhirnya ikut terlelap.
⋇⋆✦⋆⋇
"Hikss papa papa" Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun menangis di pojok kamar mewah, sambil memeluk lututnya anak itu bergumam memanggil papanya.
"Papa hiks Lian mau papa." Lirih anak itu dengan suara yang begitu melukai hati.
Anak seusianya yang harusnya sedang bermain dan merasakan kehangatan keluarga dia malah sedang menangis karena nasibnya. Lahir sebagai anak tak di inginkan membuatnya begitu di benci oleh ibunya sendiri, sosok perempuan yang harusnya menyayanginya justru begitu membencinya. Seperti saat ini, saat ayahnya sedang pergi berkerja ibunya akan datang bersama pacarnya untuk sekedar menyiksanya.
Anak kecil tak bersalah itu harus menanggung rasa sakit itu sendiri, sebenernya lahirnya dia bukan salahnya. Lagipula dirinya tidak meminta untuk di lahirkan, tapi kenapa dirinya selalu di salahkan. Dulu ibunya adalah seorang model terkenal yang memiliki kekasih, namun karena sebuah kesalahan ibunya harus menikah dengan ayahnya karena kehadirannya. Ibunya begitu membencinya karena dengan adanya dirinya di tengah kehidupannya menghancurkan karirnya. Ayahnya sebenarnya sangat menyayanginya namun beberapa bulan terakhir perusahaan ayah mengalami kerugian besar dan terancam gulung tikar, ayahnya harus rela mengorbankan waktunya untuk memperbaiki perusahaannya.
Kesempatan itu di gunakan untuk menyiksa dirinya oleh ibunya sendiri, bertahun-tahun berlalu tepat berumur 10 tahun kebusukan ibu terbongkar ayah begitu marah padanya. Tanpa rasa bersalah ataupun apa ayah menghabisi nyawa ibunya berserta kekasihnya dihadapan anaknya sendiri, dengan kekayaannya yang saat itu sudah sangat besar pria itu tidak tersentuh oleh hukum. Sejak saat itulah anaknya didik dengan keras olehnya, bahkan dirinya mengenalkan dunia bawah padanya berharap suatu saat nanti putranya yang begitu dia banggakan akan di segani banyak orang. 8 Tahun berlalu anak kecil itu sudah tumbuh menjadi pria yang mulai dewasa, bahkan di usia ke 18 tahunya dirinya sudah menjadi orang yang begitu terkenal akan kekejamannya.
Di tahun yang sama dirinya harus kehilangan ayahnya, sosok superhero yang hadir dalam hidupnya. Namun tak ingin membuat ayahnya kecewa dirinya dengan tegar melepaskan kepergian ayahnya, melanjutkan mimpi ayahnya untuk menjadi orang yang begitu di segani dan tidak mudah di tindas.
Anak kecil polos itu kini telah tumbuh menjadi pria dewasa yang begitu kuat, sudah belasan tahun berlalu tak ada lagi sosok lemah itu. Kini hanya ada sosok Killian Leonard Dextor, sosok yang begitu di segani sosok yang dengan mudah menghancurkan lawannya. Masalalu yang kelam membuatnya menjadi seperti sekarang, tapi dirinya berharap masa depan akan cerah meskipun untuk orang yang memiliki masalalu gelap.
Guys latar cerita ini budaya barat ya, kalau emang kalian merasa ini melenceng dari budaya kita it's okey emang ini faktanya. Jadi kalau emang nggak suka bisa langsung skip ya say, see you guys.