Diora, seorang wanita yang hidup mandiri. Kehidupannya cukup senang, tentram, nyaman, dan damai dengan cinta serta kasih sayang yang diberikan oleh kekasih dan sahabatnya.
Namun, ketentraman itu musnah seketika setelah Davis, pria kaya yang arogan masuk ke dalam kehidupan Diora. Hanya karena kebaikan Diora menolong pria itu ketika badai salju membuat Davis begitu menginginkan Diora menjadi miliknya.
Berbagai cara Davis lakukan untuk mendapatkan wanita itu, hingga akhirnya Diora terpaksa harus menikah dengan Davis atas jebakan yang dibuat oleh pria itu.
Kehidupan pernikahan yang mereka jalani tanpa cinta, karena Davis hanya terobsesi dengan Diora. Akankah pernikahan itu membawa kebahagiaan untuk Diora? Atau sebaliknya?
Follow instagram Author yuk : heynukha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
“Maafkan kesalahan kami tuan-tuan,” tutur Diora setelah berhasil membujuk Davis. Ia membungkukkan sedikit badannya untuk menunjukkan kesungguhan kesalahan dirinya.
“Nona, kau terlalu baik untuk menjadi istri seorang pria yang mengerikan seperti dirinya,” celetuk salah satu pengendara yang datang paling akhir untuk melihat.
“Jika kau tidak bisa diam! Pistolku akan menembus kerongkonganmu,” ancam Davis tak terima dirinya dikatakan mengerikan.
“Maaf ... maaf, tapi aku bukan istrinya,” terang Diora dengan memberikan isyarat gerakan tangan. “Aku pun tak ingin menjadi istri pria sepertinya, bisa mati berdiri karena ketakutan setiap hari,” lirihnya namun bisa terdengar oleh Davis.
“Apa katamu!” sungut Davis menatap tajam wanita cantik yang membuatnya sangat terobsesi untuk memilikinya.
“Tidak ada, sudah kita selesaikan masalah berdua jangan di sini,” ajak Diora. Melenggang dan menarik paksa Davis untuk mengikutinya.
“Kita selesaikan di cafe depan sana dengan kepala dingin,” ujar Diora menunjuk sebuah cafe yang terletak dua ratus lima puluh meter dari lokasi mereka saat ini.
“Setuju.” Davis membuka mobil Diora, langsung duduk di kursi kemudi.
“Hei ... kenapa kau masuk ke dalam mobilku,” berang Diora mencoba mengeluarkan Davis dengan menarik lengannya.
“Naiklah! jika kau tak ingin membuat keributan di jalan untuk kedua kalinya,” titah Davis. “Aku takut kau akan melarikan diri dari tanggung jawab, jika ku biarkan kau mengemudi sendiri,” imbuhnya.
Diora menghentakkan kakinya di aspal, kesal dengan Davis yang seenaknya. “Semoga aku tak berjodoh dengannya,” doanya sembari menutup dengan kencang pintu mobil.
Davis tersenyum melihat tingkah Diora yang menurutnya menggemaskan. “Jangan harap kau bisa lepas dariku,” lirih Davis, menarik sebelah sudut bibirnya. Kemudian menancap gas menuju cafe.
Tak butuh waktu lama, hanya tiga menit mereka sudah sampai di depan cafe. Begitu juga dengan George yang mengikuti mereka menggunakan mobil Davis. Mereka keluar dari mobil secara bersamaan.
“Dua hot cappuccino,” ujar Davis ketika mereka memasuki cafe.
“Kau itu berbicara dengan siapa?” tanya Diora tak paham siapa yang diajak berbicara, dirinya atau manusia antartika yang selalu mengikuti kemana perginya Davis. Sambil mengedarkan pandangannya mencari meja kosong.
“Kau! Siapa lagi,” tukas Davis. “Kau fikir aku tak haus berbicara dengan kau,” lanjutnya.
“Ohh ... salah sendiri kau selalu berteriak jika berbicara,” seloroh Diora. “Di sana ... kita duduk di sana saja,” ajaknya menunjuk meja paling sudut yang kosong.
“Kau menyalahkanku!” berang Davis tak terima disalahkan.
“Pelankan suaramu itu ... lihatlah kita menjadi bahan tontonan,” sela Diora setelah melihat tatapan seluruh pengunjung cafe yang merasa terganggung. “Kalian duduklah di sana dulu, aku akan memesankan minuman,” tukasnya. Lalu melenggang menuju tempat bertuliskan order here.
“Dua hot cappuccino dan satu iced caramel macchiato,” pesan Diora kepada karyawan cafe.
“Ada tambahan lagi nona?” tawar karyawan cafe.
“Mmm ....” Diora berfikir sembari melihat kue yang tertata rapi di showcase cake. “Triple choco with cheese mousse cake satu,” tambahnya. “Mereka mau juga tidak ya?” tanyanya pada diri sendiri lalu melihat dua pria yang duduk di sudut. “Ah tidak perlu, nanti malah menambah stamina mereka, bisa-bisa semakin kencang suaranya jika berbicara saat kenyang,” tampiknya.
“Cukup itu saja,” balas Diora tak lupa memberikan senyuman, ketika karyawan menawarkan rentetan rekomendasi menu lainnya.
“Silahkan ... selamat menikmati, dan mohon untuk menjaga ketenangan serta kebersihan cafe,” ujar karyawan cafe memberikan nampan berisi pesanan Diora sembari tersenyum ramah.
“Maaf.” Diora tersenyum canggung mendengar himbauan itu, ia fikir bahwa dirinya ditegur karena ulah Davis. Padahal memang prosedur cafe itu untuk selalu mengucapkannya.
my love cocoknya panggilan itu buat Doria bukan sebaliknya ya Thor ....he....
Dannes
baru emak bapak nya 😁
tapi kesemuanya bagus2 thor
lgsg like, subscribe,vite dan d tutup ☕