Sebelum lanjut membaca, boleh mampir di season 1 nya "Membawa Lari Benih Sang Mafia"
***
Malika, gadis polos berusia 19 tahun, tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya dalam satu malam. Dijual oleh pamannya demi sejumlah uang, ia terpaksa memasuki kamar hotel milik mafia paling menakutkan di kota itu.
“Temukan gadis gila yang sudah berani menendang asetku!” perintah Alexander pada tangan kanannya.
Sejak malam itu, Alexander yang sudah memiliki tunangan justru terobsesi. Ia bersumpah akan mendapatkan Malika, meski harus menentang keluarganya dan bahkan seluruh dunia.
Akankah Alexander berhasil menemukan gadis itu ataukah justru gadis itu adalah kelemahan yang akan menghancurkan dirinya sendiri?
Dan sanggupkah Malika bertahan ketika ia menjadi incaran pria paling berbahaya di Milan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Di teras utama mansion, Leana berdiri mematung. Matanya mengikuti siluet mobil sport hitam milik kakaknya yang menghilang di balik gerbang besi tempa.
Mulutnya menganga, membiarkan udara pagi masuk tanpa izin. Itu adalah mobil Alex, mobil yang bahkan tidak pernah ia tumpangi karena Alex selalu berdalih mobil itu hanya untuk satu orang.
"APA?! Dia meninggalkanku?! Lagi?!" Leana berseru kesal sembari menjejakkan kakinya dengan di atas lantai.
Ini sudah kali kesekian Alex meninggalkannya. Biasanya, jika Alex tidak ada, ia akan diantar oleh Albert atau sopir lain.
Tapi hari ini, Alex ada! Lebih parah lagi, Alex yang anti-sentuhan itu baru saja membawa pergi seorang gadis asing, dan dia, adik kandungnya, dibiarkan seperti patung taman.
"Ini tidak adil! Kak Alex aneh! Aku adiknya! Aku yang paling penting!" omel Leana sambil melipat kedua tangannya di dada, wajahnya cemberut maksimal. Ia bahkan nyaris melompat-lompat saking kesalnya.
Jimmy yang sedari tadi menyaksikan drama pagi ini dari dekat pintu masuk, merasa tengkuknya mulai tegang. Ia tahu, Leana yang sedang kesal adalah bencana kecil yang harus segera ditangani sebelum meledak menjadi badai.
Dengan cepat, Jimmy mendekati Leana.
"Nona Muda, kita harus segera berangkat. Anda ada kelas bahasa Prancis pagi ini, dan saya harus segera tiba di kantor," kata Jimmy, meski dalam hati ia sedang panik menghadapi jadwal yang sudah berantakan gara-gara Alex.
Leana menoleh dengan tatapan membunuh. "Tidak mau! Aku mau Kak Alex yang mengantarku! Kenapa dia malah membawa Malika?! Siapa dia memangnya?! Kakak bahkan baru mengenalnya!"
Tanpa menunggu balasan yang panjang, Jimmy dengan sigap meraih pergelangan tangan Leana.
Cengkeramannya memang tidak menyakitkan, tetapi tegas, menunjukkan bahwa ia tidak menerima penolakan.
Leana langsung ditarik menuju mobil sedan lain yang sudah menunggu di sisi lain teras.
"A-apaan ini, Jimmy! Lepaskan aku! Aku bisa jalan sendiri!" protes Leana, mencoba melepaskan tangannya, tetapi Jimmy tidak bergeming.
"Waktu kita sempit, Nona Muda. Kita tidak bisa berdrama di teras pagi-pagi begini. Masuk. Sekarang," perintah Jimmy, nadanya tidak mengizinkan perdebatan.
Jimmy adalah satu-satunya orang selain Alex yang bisa bersikap tegas pada Leana, karena Alex sangat mempercayainya.
Leana akhirnya hanya bisa menggerutu. Ia di dorong masuk ke kursi penumpang belakang. Begitu pintu tertutup, Leana mulai melancarkan serangan verbalnya yang lucu, tetapi menusuk.
"Aku benci kau, Jimmy! Aku benci semua orang hari ini!" gerutu Leana, memukul-mukul jok mobil dengan telapak tangannya yang kecil. "Kau juga sama saja! Kalian semua bersekongkol meninggalkan aku!"
Jimmy yang sudah duduk di kursi depan hanya menghela napas. "Silakan, Nona Muda. Anda bebas membenci saya. Tapi, saya harus mengingatkan, jika kita terlambat, Anda akan melewatkan sarapan croissant almond favorit Anda di kelas."
Ancaman itu berhasil meredakan amarah Leana seketika. Makanan adalah kelemahan terbesarnya. Leana menyandarkan punggungnya, melipat tangan, tetapi wajahnya masih cemberut.
"Aku tetap kesal padamu," katanya, suaranya kini lebih pelan, seperti dengungan lebah yang kehabisan tenaga. "Apalagi… semalam!"
Jimmy mengerutkan kening. Ia ingat, semalam adalah malam yang panjang karena ia harus menyelesaikan laporan keuangan mendesak dari Alex, dan sialnya, ia sendiri yang memutuskan agar Leana menginap di kamarnya.
Jelas saja pria normal mana yang tahan jika tubuh indah Leana itu terus menari-nari di benaknya.
"Semalam kenapa, Nona Muda?" tanya Jimmy, mencoba mengingat apakah ia lupa membacakan dongeng sebelum tidur.
"Semalam, saat aku tidur di kamarmu," Leana memulai dengan intonasi dramatis, "Kau malah… malah teleponan dengan wanita lain! Dan kau berbicara dengan suara yang sok lembut!"
Jimmy hampir menginjak rem mendadak. Ia memejamkan mata sebentar, merasakan pening. "Nona Muda, saya tidak teleponan dengan wanita lain. Saya sedang bicara dengan Nyonya Elise. Kami membahas mengenai jadwal perawatan rutin kuda-kuda di peternakan," jelas Jimmy.
Leana mendengus. "Bohong! Aku dengar! Kau bilang, 'Ya, tentu, saya akan pastikan semuanya berjalan lancar, darling'. Siapa darling itu, Jimmy?! Kau selingkuh dari laporan-laporan Kak Alex?!"
Jimmy terdiam. Ia ingat. Dalam kelelahan ekstrem semalam, ia memang sempat keceplosan memanggil Nyonya Elise dengan panggilan yang sedikit lebih informal karena mereka sudah lama bekerja sama.
Itupun atas perintah Elise sendiri yang ingin membuat membuat Diego cemburu. Dan sekarang, Jimmy malah jadi sasaran Leana yang salah mengartikan.
"Nona Muda, dalam bahasa Inggris, darling juga bisa digunakan sebagai sapaan sopan kepada atasan atau anggota keluarga kerajaan, maksud saya, keluarga inti Alex. Tidak ada selingkuhan. Yang saya selingkuhi hanyalah jam tidur saya demi mengurus laporan," jawab Jimmy, berusaha keras menahan diri untuk tidak menggaruk kepalanya.
Leana tidak puas. Ia mencodongkan tubuhnya ke depan. "Jangan bohong! Pasti itu pacarmu yang kau sembunyikan! Kenapa kau harus sembunyikan pacar, Jimmy? Apakah dia jelek? Apakah dia pemakan banyak croissant sehingga kau takut dia menyaingi aku?" tanyanya curiga, matanya memicing lucu.
Jimmy menarik napas panjang. Ia harus membalikkan situasi ini, atau ia akan terus diganggu.
"Nona Muda," kata Jimmy, menoleh sebentar, "jika saya punya pacar, dia tidak akan pernah secantik dan seimut Anda, dan dia tidak akan semanja Anda. Dan pacar saya, jika ada, tidak akan membawanya tidur di atas ranjang saya."
Leana langsung tersentak. "Heh! Aku tidak manja! Aku hanya mencari tempat yang lebih nyaman!" protesnya. "Dan kau benar! Pacarmu pasti tidak seimut aku! Karena kau menyebalkan, jadi pacarmu pasti lebih menyebalkan darimu!"
Jimmy hanya menggelengkan kepala. Sebenarnya, ia sangat menyayangi Leana. Namun, terkadang ia merasa sedang mengasuh anak kecil berusia lima tahun, padahal Leana sudah kuliah.
"Ya, benar. Saya menyebalkan. Tapi yang menyebalkan ini yang akan mengantar Anda tepat waktu ke kelas bahasa Prancis, sebelum croissant Anda habis," kata Jimmy.
Leana mendengus sekali lagi. Ia kembali ke tempat duduknya, tetapi tidak bisa menahan senyum kecil yang muncul di sudut bibirnya. Ia tahu Jimmy hanya menggodanya.
"Baiklah, aku akan maafkan kau untuk sementara, asisten menyebalkan. Tapi nanti malam, aku akan interogasi ponselmu! Dan aku tetap kesal pada Kak Alex!" ancam Leana.
Jimmy hanya tersenyum tipis, pandangannya fokus pada jalan. "Tentu, Nona Muda. Mari kita selesaikan hari ini tanpa ada lagi drama selingkuh di antara kita."
malika dan Leon cm korban😄🤣