NovelToon NovelToon
Operasi Gelap

Operasi Gelap

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Mata-mata/Agen / Gangster / Dark Romance
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Radieen

Amara adalah seorang polisi wanita yang bergabung di Satuan Reserse Narkoba. Hidupnya seketika berubah, sejak ia melakukan operasi hitam penggrebekan sindikat Narkoba yang selama ini dianggap mustahil disentuh hukum. Dia menjadi hewan buruan oleh para sindikat Mafia yang menginginkan nyawanya.
Ditengah - tengah pelariannya dia bertemu dengan seorang pria yang menyelamatkan berulang kali seperti sebuah takdir yang sudah ditentukan. Perlahan Amara menumbuhkan kepercayaan pada pria itu.
Dan saat Amara berusaha bebas dari cengkraman para Mafia, kebenaran baru justru terungkap. Pria yang selama ini menyelamatkan nyawanya dan yang sudah ia percayai, muncul dalam berkas operasi hitam sebagai Target Prioritas. Dia adalah salah satu Kepala geng Mafia paling kejam yang selama ini tidak terdeteksi.
Amara mulai ragu pada kenyataan, apakah pria ini memang dewa penyelamatnya atau semua ini hanyalah perangkap untuknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Plat Palsu

Amara menghela nafas, lalu menerawang ke cahaya api besar yang menyala di depannya.

"Ayah kandungku adalah Komjen Pol Ardan Malik, dia adalah kepala intelijen. Fai ditemukan di jalanan dan Ayah mengadopsinya secara tidak resmi. Aku tidak begitu tahu tentang komandan, tapi mereka dijadikan agen rahasia negara di bawah kepemimpinan Ayah. Bagian lain cerita mereka, masih aku selidiki."

Haris menghela napas. "Itu menjelaskan banyak hal. Tapi kenapa Ayahmu tidak memberitahumu?"

”Aku rasa dia hanya tidak diberi kesempatan untuk memberitahu siapapun.” Amara lantas menoleh pada Haris. ”Kau cukup tahu, kecelakaan yang merenggut orang tuaku terjadi saat kita masih kecil.”

Haris terdiam, dia ingat saat ia berumur tujuh tahun dan Amara masih lima tahun, kedua orang tua Amara tiba - tiba meninggal dunia. Kabar yang ia dengar, kematian itu terjadi karena kecelakaan mobil, tapi mayatnya tidak pernah ditemukan. Mobil itu terjatuh dari ketinggian seribu meter ke dalam jurang. Karena jurang itu sangat dalam dan tidak bisa diakses, tidak ada yang bisa melihat apa yang tersisa dari mobil itu.

"Apa kau punya bukti? Kau tidak bisa menuduh komandan hanya karena perkataan buronan itu kan! Ayolah Amara, kau tidak seperti Amara yang ku kenal. Kau..kau terlihat berbeda," bisik Haris, nadanya kini penuh antisipasi dan ketakutan.

Amara menarik nafas panjang, seperti menghirup semua udara di ruangan. "Lucian memberikan foto aku, Ayah dan dia saat kami kecil. Dan di belakangnya ada pesan yang di tulis tangan Ayah untuknya. Bukti lain masih aku selidiki.”Amara kemudian menoleh dalam pada mata Haris, ”dan karena kau sudah terlibat, aku harap kau bisa membantuku."

Haris mengerutkan kening dia antara kedua alisnya. ”Baiklah, jika apa yang kau katakan benar, ini bukan hal kecil. Ini melibatkan jaringan yang sangat besar. Kepala intelijen... itu terlalu berbahaya. Apa kau siap Amara?"

Amara membuang napas berat, matanya memantul dari Haris ke api. "Aku tidak yakin, tapi aku juga harus tahu sebab kematian ayah. Aku akan ke apartemen milik Lucian. Aku akan berangkat sendirian, mungkin ini adalah kesalahan besar karena telah menyeret kalian ke dalam masalahku."

"Tidak akan," tukas Haris, tegas. "Setelah semua yang kita lalui, kau pikir aku akan membiarkanmu menghadapi kepala ular ini sendirian? Kita ke sana bersama."

Haris mendekati Amara. "Aku akan memasang plat nomor cadangan di motor Juliet sekarang. Sementara itu, kau harus melakukan satu hal, hubungi Raditya. Dia begitu khawatir padamu, setidaknya dia tahu kau baik - baik saja. ”

Amara terkejut. "Haris, aku tidak bisa! Dia akan bertanya terlalu banyak. Aku tidak bisa berbohong padanya."

"Kau harus," potong Haris tegas. "Jika kau tidak ingin terlihat mencurigakan. Kau harus kembali ke jalur, Amara. Telepon Raditya, dan berikan dia alasan emosional yang masuk akal. Katakan kau sakit, atau kau butuh waktu untuk sendirian. Sebaiknya kita tidak perlu menyeretnya dalam masalah ini."

Haris menyerahkan ponsel cadangannya kepada Amara.

"Gunakan ponsel ini, dan segera matikan setelah selesai. Aku akan kembali saat kau selesai bicara dengannya. Setelah ini, kita akan ke apartemen pria mesum itu."

Amara menatap ponsel itu, lalu ke Haris. Mengkhianati Raditya dengan kebohongan, bahkan demi keselamatannya, terasa menyakitkan. Sementara Haris segera bergegas keluar untuk mulai memasang plat nomor cadangan pada motor Juliet, meninggalkan Amara sendirian dengan tugas yang paling sulit, memanipulasi Raditya.

Amara menekan nomor Raditya. Hanya butuh satu kali dering.

"Amara! Astaga! Kau di mana? Kenapa kau tidak datang? Kenapa ponselmu mati?" Suara Raditya terdengar keras, perpaduan antara lega dan marah.

Amara memejamkan mata sejenak. Ia harus mempertahankan suara yang tenang, tetapi cukup lelah untuk membenarkan ketidakhadirannya.

"Radit," balas Amara, suaranya pelan dan serak. "Aku minta maaf. Aku... tidak bisa datang."

"Tidak bisa datang? Itu saja? Setelah aku menunggumu berjam-jam? Kau mau kubunuh ya? Kau membuatku menunggu selama enam jam Amara! Enam jam!" desak Raditya, suaranya meninggi. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Apakah kau baik-baik saja?"

Amara membuang napas perlahan. Dia memilih untuk tidak berbohong secara langsung, karena Amara memang tidak pernah pandai berpura-pura.

"Aku tidak bisa membicarakannya sekarang, Radit," jawab Amara, menjaga nada suaranya tetap datar. "Ada hal yang harus kulakukan, dan aku harus melakukannya sendirian."

Keheningan melanda di ujung telepon. Amara tahu Raditya sedang menganalisis setiap kata.

"Sendirian? Amara, kau jangan terlibat yang aneh - aneh. Apalagi bila ini berhubungan dengan buronan kita." Raditya menurunkan suaranya, kini terdengar dingin dan tajam. "Dengarkan, Amara. Aku tahu kau tidak baik-baik saja. Jika kau diculik, beri aku kode. Tapi jika kau menyembunyikan sesuatu dariku, beritahu aku. Apakah ini ada hubungannya dengan buronan yang bersamamu? Apa kau sedang kasmaran? Kalau kau mau kasmaran, sama Haris saja. Dia lebih jelas daripada pria di club itu."

Amara menggigit bibir. Dia tidak bisa membenarkan atau menyangkal.

"Aku akan menghubungimu, Radit. Aku janji. Tapi... jangan lagi melacakku. Jangan mencari tahu," kata Amara, nadanya kini tegas, bukan memohon. Dia menutup panggilan itu sebelum Raditya sempat merespons, mematikan ponsel Haris, dan menyimpannya.

Saat Amara kembali, Haris sudah selesai memasang plat nomor baru di motor Juliet. Motor Honda CBR250RR hitam itu kini memiliki plat nomor dinas palsu yang identitasnya tidak terdaftar di sistem operasional biasa.

"Selesai," kata Haris, menyeka oli dari tangannya. "Motor ini sekarang terdaftar sebagai motor logistik markas di bagian arsip tua. Jika ada yang melacak plat nomor ini, dia hanya akan menemukan jalan buntu."

Haris kembali ke gudang, di mana ia membuka loker besi tua. Di dalamnya tersimpan tas ransel militer yang usang. Ia mulai mengisinya dengan perlengkapan penting.

"Kita sebaiknya tidak kembali ke rumahmu atau apartemenku," jelas Haris, memasukkan G-17 dan P226, beberapa klip amunisi, dan satu set alat pemetik kunci.

"Kita harus hidup di luar sistem selama beberapa hari. Kita hanya mengandalkan uang tunai dan logistik yang tidak dicatat."

Haris menyerahkan satu pistol G-17 cadangan kepada Amara. Amara dengan sigap memeriksa klip dan mekanisme pelatuknya. Mereka bekerja dalam keheningan yang penuh fokus, kembali ke rutinitas pelatihan mereka.

"Kau ingat buku telepon yang tadi?" tanya Haris, memasukkan kembali buku telepon usang berisi USB ke dalam ransel. "Prioritas pertama kita adalah memastikan buronan itu tidak meninggalkan jejak digital lain. Prioritas kedua, menemukan petunjuk lain di apartemennya."

Mereka berdua mengenakan jaket kulit yang mereka temukan di loker, pakaian sipil yang netral dan tahan lama.

"Baik," kata Haris, mengenakan ransel berat itu. "Kita pergi. Jika ada pemeriksaan polisi, serahkan padaku. Plat nomor ini milikku."

1
Piet Mayong
next up Thor
Piet Mayong
bravo Amara....
fai selalu bisa diandalkan...
Piet Mayong
lanjutkan thorrr....
💪💪💪💪
Piet Mayong
Amara memang anak seorang polisi sejati...
hebat Amara ayo Brantas kejahatan polisi korup....
Piet Mayong
wah bravo buat komandan Alfian 👏👏👏👏👏
betapa lihainya memainkan perasaan mu Amara
Piet Mayong
yok next part
Piet Mayong
hahhahaha....mau jungkir balik rasanya baca part ini...
good job thor
Piet Mayong
wow wwww kerenn sumpah ikut lari larian aku tadi....
ini bisa jadi sekutu itu Raditya kira2 masuk gak ya
Radieen: Terima kasih kak 🙏🙏
Terus ikutin Amara dan Lucian ya, biar author semangat 🥰🥰
total 1 replies
Piet Mayong
lah dalah JD Haris ini polisi bersih apa kotor sih??
Piet Mayong
aduh pak Raditya begitu emosionalnya...
🤣🤣🤣
Piet Mayong
siapa???
Raditya kah???
haduhhhh makin penasaran nih
Piet Mayong
ini komandan sudah tau kalau Amara mengetahui rahasianya kah??
wah dalam bahaya kau Amara.,..
ati ati y
Piet Mayong
Hahahha....
kok bisa ya secerdik itu dia...
Piet Mayong
banyak yg jaga Amara sih sebenarnya cuma aneh gthu perhatian mereka..🤣🤣
Piet Mayong
masih meraba raba karakter Haris.
.
Piet Mayong
ayo cepet temukan fai sekarang sebelum ketangkap..
Piet Mayong
ini pasti ulah dari Haris...
wah g nyangka sekalinya Amara dilingkungan toxic...
semoga Amara berhenti JD polisi aja deh, gak guna lencanamu kalau hidupmu sudah dikondisikan dgn mereka para penjilat uang haram...
yok yok semanggad thor
Piet Mayong
fai harus bertahan ya...jgn menyerah gthu aja.

💪💪💪💪
Piet Mayong
semoga Haris bukan polisi korup seperti komandan Alfian
🙏🙏🙏🙏
Piet Mayong: tapi g mungkin kan komandan Alfian g punya tangan kanan??
atau sebaliknya Haris ini aslinya suka sama Amara dan dia cemburu buta maybe????
next part Thor 🙏🙏🙏
total 2 replies
Piet Mayong
so sweet deh fai dan Amara...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!