Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
Malam ini Erina dan Rasyad benar-benar melakukan video call sampai tertidur. Entah siapa yang terlelap terlebih dahulu. Sampai akhirnya video call mati sendiri karena layar hanphone kena hempas tangan Erina.
Keesokan harinya.
Rasyad bangun jam 5 pagi. Ia mereka kasur di sampingnya. Ia lupa kalau sekarang dirinya sudah berada di rumah bukan di apartemen bersama istrinya.
"Huh... lupa." Lirihnya.
Rasyad segera bangun dan masuk ke kamar mandi. Setelah iru, ia shalat Shubuh. Setelah selesai shalat, ia ingin menghubungi istrinya. Namun Ia baru ingat kalau istrinya sedang datang bulan.
"Mungkin dia masih molor. Aku juga mau molor lagi. "
Rasyad pun kembali naik ke tempat tidur dan merebahkan dirinya.
Di Surabaya.
Erina baru saja bangun pada tidur jam 6. Sama halnya seperti Rasyad, ia meraba kasur disebelahnya yang ternyata tidak ada orang. Ia baru sadar kalau saat ini dirinya sudah berada di rumah dan sedang tidak bersama suaminya. Ternyata ia sudah mulai terbiasa dengan Rasyad. Ia segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, ia membereskan tempat tidurnya.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu di kamarnya.
"Siapa?"
"Bunda."
Erina pun membukakan pintu.
"Dek, kamu baru bangun?"
"Nggak juga bun, ini baru selesai beberes. Erina lagi libur shalatnya."
"Owalah, iya. Maaf ya dek, semalam kami tidak nungguin kamu sampai rumah. Ayahmu lagi nggak enak badan."
"Nggak pa-pa kok, bun."
Tiba-tiba handphone Erina berdering. Rasyad yang menelponnya melalui video call.
"Bun, Erina angkat telpon dulu."
"Siapa, suamimu? "
Erina mengangguk.
Ia pun langsung mengangkat telpon.
Bunda mengulum senyum, lalu pergi dari kamar Erina. Bunda tidak ingin mengganggu obrolan dua orang yang sedang menahan rindu.
Dari sebrang Rasyad uring-uringan. Rasanya ia ingin terbang ke Surabaya hari ini juga. Ia berencana menemui istrinya secara diam-diam.
"Kamu pikir Opa itu tidak akan tahu, mas? Opa itu matanya di mana-mana lho. Lagi pula kamu kan masih puasa, hehe... "
"Sepertinya kamu senang sekali melihatku menderita, sayang."
"Jangan berpikiran buruk dulu. Mana mungkin ada seorang istri yang tega lihat istrinya menderita. Mas, sudah waktunya sarapan. Jangan lupa sarapan ya. Aku mau turun dulu."
"Mana vitamin sebelum makannya?"
"Hah vitamin?"
"Ck... masa' nggak ngerti." Rasyad menunjuk pipinya sendiri.
Erina langsung paham maksudnya. Ia hanya menggelengkan kepala melihat tingkah suaminya.
"Emmuachh.... sudah ya."
"Satu lagi sebelah kiri."
"Emmuachh... "
"Yes... MasyaAllah, terima kasih banyak, sayangku. Jadi semangat ini. Emmuachh...
Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Erina senyum-senyum sendiri setelah menutup telponnya. Ia membayangkan dirinya saat ini sedang merasakan masa pacaran. Begitu indah pacaran halal.
Erina sarapan pagi bergabung dengan yang lain. Rumah itu ramai karena ada Erik dan keluarga kecilnya menginap di sana.
Satu minggu kemudian.
Tiba acara resepsi pernikahan Faiza dengan calon suaminya. Faiza menikah dengan Axel yang merupakan anak dari sepupu umminya sendiri yaitu tante Bianca. Takdir mempersatukan mereka berdua di saat waktu yang tepat. Rasyad juga tidak pernah menyangka jika sepupunya itu akan berjodoh dengan Axel karena mengingat keduanya itu tidak pernah akur. Bahkan Faiza nampak membenci Axel karena memandang Axel adalah playboy kelas kakap. Namun siapa sangka pelabuhan terakhir Axel adalah dirinya. Begitu pun dengan Faiza bahwa sepupu dari umminya (Rasyad) dan sepupu dari abinya (Erina) bisa berjodoh. Padahal yang ia ketahui keduanya sama-sama susah untuk jatuh cinta. Memang takdir manusia tidak ada yang tahu.
Hari ini Rasyad hadir dalam acara pernikahan mereka mewakili dari pihak Axel karena ia ikut bersama rombongan dari Jakarta. Sedangkan Erina dari pihak Faiza. Acara pernikahan akan digelar di rumah mempelai wanita di Sidoarjo. Namun resepsi nanti malam akan diadakan di hotel milik keluarga mereka.
Erina dan keluarga besarnya sudah siap menerima tamu dari pihak laki-laki. Keluarga mereka kompak mengenakan seragam warna putih dengan jilbab warna coklat susu.
Rasyad dan rombongan pengantin pria sedang dalam perjalanan menuju rumah Faiza. Ia sudah tudak sabar ingin sampai di sana bukan karena ingin menyaksikan pernikahan sepupunya, melainkan ingin bertemu dengan istrinya.
"Lihat saja anakmu, Ma. Papa yakin dia sedang meronta-ronta karena akan bertemu istrinya." Bisik Papa.
Mama terkekeh.
"Biarkan saja, Pa. Namanya juga sedang rindu. Papa ini kayak tidak pernah muda."
Tidak lama kemudian, akhirnya mereka sampai di rumah pengantin putri. Mereka memarkirkan mobil di depan pagar, sebagian di tanah Kong yang tidak jauh dari rumah itu.
Pembawa acara menyambut kedatangan pengantin pria bersama rombongannya.
Rasyad sudah celingukan mencari keberadaan istrinya. Ua samosi lupa mengalami keluarga istrinya yang sedang menyambut rombongan.
"Eh, maaf." Rasyad pun menyalami Om Arif suami tante Ira (Anak pertama Opa Tristan dari istri pertama/anak sambung).
"Ini suaminya Erina?" Tanya om Arif kepada Ayah. Fadil.
"Iya kak."
Ayah pun mengenalkan Rasyad kepada yang lain.
Rasyad sambil melirik mencari Erina. Ayah mengantar Rasyad agar menemui Opa dan Oma yang sedang duduk di kursi roda.
"Abi, bunda, ini cucu menantu kalian. "
Dengan perasaan malu Rasyad mencium punggung tangan mereka.
"Apa kabar Opa, Oma?"
"Alhamdulillah, kami sehat."
"Apa lagi Opa. Lihat ini Opa semakin sehat saat tahu Erina mau menikah. Berarti sebentar lagi Opa akan nambah cicit. Ternyata kamu penurut juga ya. Bagaimana rasanya seminggu tidak bersama istrimu? "
Rasyad mengulum senyum sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
"Pake ditanya bi, ya jelas nyut-nyutan." Sahut Ayah.
Oma terkekeh. Sedangkan Opa memelototi putranya.
Acara pernikahan segera dimulai. Namun Rasyad belum juga melihat keberadaan istrinya. Ia pun mengirim pesan menanyakan keberadaannya. Namun chatnya tidak terbaca.
Akad pun dimulai.
Dengan satu kali ucapan, ijab pun sudah sah. Semua orang mengamini do'a yang dibaca oleh pemuka agama. Beberapa saat kemudian pengantin wanita pun keluar didampingi oleh kedua saudara sepupunya. Ada Erina dan juga Sasha. Mata Rasyad langsung berbinar melihat istrinya nan cantik dan anggun.
"Cantik." Ucap orang yang duduk di samping Rasyad. Dia adalah adik sepupu Rasyad.
"Yang mana?"
"Itu yang sebelah kiri pengantinnya. Auranya bagus."
Mata Rasyad mendelik saat tahu yang dimaksud adalah istrinya.
"Jangan macam-macam kamu, dek. Itu istriku." Gertak Rasyad.
"Hah... iya kah? Jangan ngaku-ngaku kamu, kak!"
"Enak saja ngaku-ngaku, memang istriku kok".
" Pantas saja kamu mau mengakhiri status jomblo akutmu, kak. Istri spek bidadari gitu. Coba saja dia masih jomblo aku juga mau biar kata tuaan dia. Haha.... "
Rasyad menoyor lengan sepupunya itu.
Erina tidak sengaja melihat k arah suaminya. Rasyad mengedipkan sebelah matanya. Erina mengulum senyum.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...