Bayinya tak selamat, suaminya berkhianat, dan ia bahkan diusir serta dikirim ke rumah sakit jiwa oleh Ibu mertuanya.
Namun, takdir membawa Sahira ke jalan yang tak terduga. Ia menjadi ibu susu untuk bayi seorang Mafia berhati dingin. Di sana, ia bertemu Zandereo, bos Mafia beristri, yang mulai tertarik kepadanya.
Di tengah dendam yang membara, mampukah Sahira bangkit dan membalas rasa sakitnya? Atau akankah ia terjebak dalam pesona pria yang seharusnya tak ia cintai?
Ikuti kisahnya...
update tiap hari...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 #Lamaran Pernikahan
“Ahhhh!!” pekik Sahira membuka mata, terduduk dengan nafas terengah-engah. Kemudian meraba tubuhnya yang masih mengenakan pakaian. Akan tetapi, kamarnya bukan lagi kamar mendiang Ayahnya, melainkan kamar baby Zee.
“Astaga, ternyata cuma mimpi! Tapi, kenapa aku bisa ada di sini? Seingatku…” Suara Sahira tercekat. Kembali teringat Marisa yang telah menaruh obat ke dalam minumannya dan setelah itu ia tak mengingat apa-apa selain mimpi itu.
“Siapa yang bawa aku pulang? Terus apa yang terjadi saat aku pingsan di rumah lama Ayahku?” gumam Sahira.
“Aku yang bawa!” sahut Zander di ambang pintu dengan semangkuk sup panas.
“Anda yang membawa saya pulang, Tuan?” tanya Sahira menunjuk dirinya sendiri.
Zander tidak menjawab, hanya diam sambil menaruh mangkuk sup di atas meja. “Nih, makan dulu supnya supaya efek obatnya hilang. Ini sup khusus buatanku.”
“Obat? Maksudnya?” tanya Sahira tak paham.
Nafas Zander menghembus pelan kemudian Bos mafia itu menatap kesal Sahira. “Kau ini bodoh ya? Atau memang tidak ingat mantan suamimu yang hampir memperko-samu? Untung saja aku datang tepat waktu. Kalau tidak, kau sudah…” bentak Bos mafia itu berhenti, tak sudi melanjutkan ceritanya karena masih kesal pada Sahira yang keluar tanpa seizin darinya.
Sahira menunduk, sudah paham. Ia merasa bodoh sudah ikut pulang bersama Rames. Mantan suami dan Ibu mertuanya masih saja jahat kepadanya.
“Maaf, aku hanya mau melihat anakku,” ucap Sahira lirih dengan perasaan menyesal.
Zander tersenyum melihat Sahira baik-baik saja. Namun senyumnya itu memudar setelah wanita itu menanyakan Rames lagi.
“Tapi bagaimana dengan mantan suamiku? Apa yang kau lakukan kepadanya?” tanya Sahira mulai menyantap sup buatan mentan kekasihnya itu.
“Aku bikin babak belur, kakinya kubuat patah, satu matanya kucongkel keluar.”
BYURSSS…
Sahira menyembur, sangat terkejut. “Serius? Kau melakukan itu padanya?”
Zander mendecak lidah. “Tidak, aku cuma pukul sedikit,” jawabnya membuang muka. Namun yang sebenarnya, Rames sekarang di rumah sakit akibat dihajar habis-habisan oleh Zander. Termasuk Marisa yang juga dirawat karena kondisinya yang langsung menurun melihat putranya hampir mati.
Sahira menghela nafas lega, lalu tiba-tiba pipinya memerah, membuat Zander menatapnya dengan cemas. “Kau kenapa? Sakit lagi?” tanya Zander dengan perhatian.
Sahira menggeleng. Tentu saja ia tak mungkin menceritakan mimpinya barusan. Tapi anehnya, mimpi itu terasa nyata. Apa benar cuma mimpi?
Melihat Sahira melamun, Zander hendak membelai kepala Sahira, namun tiba-tiba sahutan bayi dalam ayunan membuat pria tampan itu menarik cepat tangannya.
“Oaa!”
Sahira menyudahi makannya, kemudian segera melihat dua bayi di sana. Ia tatap dengan lembut baby Zee. Sahira mengambilnya, menimangnya lalu menangis sambil memeluk baby Zee membuat Zander terkejut.
“Hai, kau kenapa sedih?” tanya Zander mendekat.
Sahira mengangkat wajahnya lalu bertanya sambil terisak. “Zan… apa baby Zee sungguh anakku?”
Zander tersenyum lalu mengambil baby Zaena.
“Bukan cuma anakmu, tapi ini anak kita, Sahira,” ungkap Zander lalu tangan kananya mengusap air mata Sahira.
“Ma..maaf, Zan..”
“Hm, maaf? Kenapa minta maaf?” tanya Zander bingung.
“Maaf sudah tidak percaya padamu.”
Zander tersenyum lagi, lalu menaruh hati-hati baby Zaena ke ranjang setelah bayi itu tenang kembali. Kemudian mengambil baby Zee, ia menaruh bayi itu juga ke samping baby Zaena.
Sahira mengusap matanya. Ia pun tersentak saat Zander meraih sebalah tangan kanannya sambil menunjukkan sebuah cincin.
“Sahira, aku selama ini masih mencintaimu, aku sudah lama mencarimu juga. Dan sekarang takdir sudah mempertemukan kita. Aku harap pertemuan ini bisa menyatukan kita. Sahira, maukah kau menikah denganku?” ungkap Zander dengan tulus melamar sahabat sekaligus mantan cantiknya itu.
Sahira tertunduk lalu melirik Zander yang tampak mengharapkan lamarannya disetujui. Bahkan ia bisa mendengar jantung Zander berdebar cepat.
Sahira memejamkan mata sejenak, menarik nafas dalam-dalam lalu tersenyum. “Maaf, Zan. Aku tidak bisa.”
Perkataan Sahira itu seketika membuat dunia Zander hancur. “Kenapa, Sahira? Apa aku masih kurang tampan? Kurang kaya? Kurang kurus? Atau aku memang bukan tipemu?” Nadanya terdengar putus asa dan kecewa.
Sahira menunduk dan tertawa kecil, membuat Zander mengernyit heran.
“Maksudku… aku tidak bisa menolak.”
Degh!
Mendengar itu, mulut Zander langsung terbuka lebar, sejenak pikirannya kosong. Membuat Sahira tertawa lagi. Namun kemudian, wanita cantik itu tersentak begitu Zander memeluknya dengan erat dan bahagia, sampai-sampai Sahira sesak nafas.
“Terima kasih, Hira. Cup!”
Sahira terkesiap menerima kecupan itu. Pipinya sedikit merah merona. “Zan, lepaskan aku!”
“Tidak, aku tidak mau melepaskanmu lagi!”
Di sisi lain, Tuan Raymond mulai membaik begitu melihat dua cucunya datang bersama Joe. Namun kini pikirannya melayang ke Sahira yang merupakan Ibu dari anak Zander, bukan Balchia.
….
Nikahi aja mereka kek daripada cucumu dibuat gila sama Sahira… mending buat cucumu bucin… eaa
percays sama jalang, yg akhir hiduo ny tragis, itu karma. ngejahati sahira, tapi di jahati teman sendiri. 😀😀😀